Vote dan komen nya, jangan lupa❣︎
𝓖𝓪𝔂 -𝓲𝓵𝓪𝓷
Hujan mengguyur kota malam ini, dari balkon kamar, dapat dilihat seluruh kota yang telah di basahi oleh rintik-rintik yang turun. Genangan air terlihat jelas pada beberapa jalan berlubang. Qilla masuk, lalu menutup pintu balkon, teras nya sedikit kotor karena air.
Cahaya kuning yang berasal dari lampu di sekitar kompleks menerangi jalanan, cukup indah dengan turun nya butiran air yang berasal dari langit. Qilla ingin rasanya duduk tepat pada tengah jalanan, membuat dirinya terkena percikan air yang tumpah itu.
Membiarkan dirinya basah dan mengigil pada rintik air yang turun dengan derasnya itu, Qilla yakin, dengan itu dia bisa membuat pikiran nya sedikit jernih, dia ingin bercerita panjang lebar pada langit, menyampaikan segala sesuatu yang masih bersarang pada otak nya.
“Fuck with my heart, you’re more than just a annoying!”
Qilla mengeluarkan kata sampah serampah nya pada Dylan, walaupun cowok itu tidak disini, tapi Qilla masih cukup kesal dengan Dylan hingga saat ini. Dylan memang pemain ulung, cowok itu tidak lebih dari seorang player, Huhh.
Gay? Bahkan cowok itu tidak terlihat seperti seorang gay kemarin, Qilla melihat secara langsung, Dylan selesai melakukan seks malam itu dan tubuhnya dipenuhi jejak kepemilikan.
“Benar-benar cowok sialan!” umpatnya Qilla, kesekian kalinya.
“Kenapa harus Dylan yang nguasai diri gue sekarang, padahal kan hal itu bukan apa-apa untuk gue. Harusnya gue nggak marah untuk kejadian kemarin.” Qilla bergumam pelan.
Qilla tentu seperti orang kebanyakan, mengalami patah hati, mempunyai ketertarikan terhadap lawan jenis, berpacaran, dan menjalani genre romance dalam hidupnya. Memang jarang, tapi Qilla tentu paham bagaimana rasanya.
Malam ini Qilla terkesan seperti cewek yang sedang … patah hati?
“Sayang!!” itu suara Bunda, wanita paruh baya itu berdiri di pintu masuk. “Ayo makan!” seru Bunda, melihat putrinya yang masih memandang ke luar dari pintu balkon.
“Kamu lihat apa diluar?” tanya Bunda penasaran, menghampiri Qilla dan melihat objek yang tengah di pandangi putrinya itu. “Mau kesana?” tanya Bunda kemudian, jari telunjuk nya mengarah ke luar, tepat pada jalanan rumah.
“Boleh?”
Bunda menggeleng, saat Qilla menatapnya dengan permohonan yang terselip disana. “Ya nggak dong Kak, ntar sakit, udah ayo makan!” seru Bunda, menarik pelan tangan Qilla dan membawanya ke ruang makan.
Rupanya ayah lebih dulu tiba disana, duduk dengan tenang pada kursi yang biasa ia tempati.
Bunda masih menyiapkan makanan, jadilah Qilla juga Ayah yang masih duduk tenang pada kursi milik mereka masing-masing. Kenapa tidak Qilla membantu? Bunda melarang, katanya sih hanya tersisa gelas-gelas yang harus di siapkan. p
KAMU SEDANG MEMBACA
Gay-ilan [COMPLETED]
Teen FictionNyatanya penyesalan selalu datang di akhir. Qilla merasakan hal itu. Karena truth or dare, Qilla terpaksa harus memenuhi misi gila sahabatnya. MISI YANG HARUS DIJALANI: Qilla harus memacari Dylan, yang rumornya bahwa ia seorang gay. Qilla tentu sa...