vote dan komen kamu jangan lupa, karena itu berarti untuk aku❣︎
𝓖𝓪𝔂 -𝓲𝓵𝓪𝓷
Tidak ada yang menarik saat sepulang sekolah, berdiam diri dan menghabiskan waktu di rumah yang begitu sepi membuat Qilla jenuh. Sekarang, dia benar-benar sendiri. Nadine yang sudah kembali ke Bukittinggi, dan bunda yang masih menemani Jasmine di Bandung.
Malam-malam yang sunyi dengan cuaca dingin dan gemuruh membuat tidurnya sedikit tidak nyaman. Keesokan nya, Qilla memutuskan untuk bermalam beberapa hari di kediaman Alina.
“Gue pulang, ya. Ntar malam gue ke rumah lo!”
“Jam tujuh, ingat!” Alina memperingati, dengan mata yang membulat tajam, tepatnya sinyal peringatan, Qilla tak menggubris, hanya merotasikan matanya dengan malas.
Hari yang normal di sekolah sudah terlewat dua hari belakangan. Dan hampir selama itu Qilla tidak menemui Dylan, setelah kejadian, dimana cowok itu bercerita tentang kebenaran yang membuat Qilla masih tak percaya, juga kaget. Dimana orang-orang beranggapan Dylan adalah seseorang yang tidak normal. Dylan memang tidak tidak normal, tapi kenyataannya mereka tetap saja tidak tau sesuatu hal.
Terakhir saat Qilla bertemu Dylan, hubungan mereka sudah cukup baik, tidak secanggung sebelumnya, setidaknya tidak saat topik Friends with Befenits dimulai, Qilla selalu kesal mengingat hal itu. Sebelum Dylan kembali absen di hari berikutnya.
Dan selama cowok itu tidak hadir, Qilla menjadi perbincangan di sekolah, mendapatkan gosip baru dan Brina yang selalu menatap nya dengan sarat kebencian. Atau sesuatu hal, dan itu bagus, Qilla mengetahui sumber kebencian tetangga nya itu pada Qilla.
Berjalan sepanjang koridor, dengan keadaan siswa yang masih ramai disana, beberapa diantaranya memusatkan perhatiannya pada Qilla. Karena kejadian dua hari yang lalu, dimana Qilla dan Dylan menjadi perbincangan.
Efek itu membuat telinga nya memerah, hampir sepanjang hari.
“Qilla beneran pacaran ya sama Dylan? Gue kira berita lama cuma bohong.” Gadis dengan kuciran di setiap sisi kanan dan kiri, membisikkan sesuatu, tetap saja Qilla dapat mendengarnya.
Qilla rasa, ini adalah gosip panas yang pernah dia dengar, langkah nya terhenti, dengan kepura-puraan, Qilla memperbaiki tali sepatu-yang aslinya masih terikat sempurna.
“Gue nggak tau pasti, tapi Qilla terciduk lagi keluar bareng Dylan dari gudang secara bersamaan, seseorang lihat mereka kemarin. Gue jadi ambigu.” Teman dari gadis yang dikucir menjawab, tapi pandangan mereka beralih menatap Qilla, bertepatan sekali pandangan mereka beradu. Qilla berdecih sesaat.
Qilla kembali melanjutkan perjalanan, saat keduanya sudah tidak kembali membuka suara. Tapi samar-samar saat jarak Qilla sudah tidak lagi dekat, tetapi dia masih mendengar obrolan mereka.
“Mentang-mentang disayang guru fisika, seenaknya nunjukin wajah ketus gitu,” gerutu salah satu diantara mereka, menatap tidak suka kepergian Qilla.
Tidak ada yang lebih menyebalkan daripada obrolan tak bermutu mereka, melihat mereka yang sok tau tentangnya. Qilla sungguh tidak menyukai hal itu.
“Cih, dikiranya gue nggak tau sesuatu. Berani ngatain dari jauh,” desis Qilla dengan kesal.
Berdiri tepat di depan gerbang sekolah. Hari ini Qilla tidak di jemput, ataupun membawa kendaraan pribadi, dia menggunakan kendaraan umum, tapi wujud benda itu bahkan tidak terlihat di penglihatan nya. Fokusnya pada ponsel teralihkan saat suara berat menyapa pendengaran nya. Disana, Dylan sudah berjalan menuju tempat Qilla berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gay-ilan [COMPLETED]
Novela JuvenilNyatanya penyesalan selalu datang di akhir. Qilla merasakan hal itu. Karena truth or dare, Qilla terpaksa harus memenuhi misi gila sahabatnya. MISI YANG HARUS DIJALANI: Qilla harus memacari Dylan, yang rumornya bahwa ia seorang gay. Qilla tentu sa...