22 || Gay-ilan

6.3K 384 19
                                    

Vote dan komen nya dung kaks😘

𝓖𝓪𝔂 -𝓲𝓵𝓪𝓷


“Seriously?”

Alina ataupun Cindy bertanya secara serempak, saat Qilla memberikan kebenaran tentang kejadian kemarin di gudang, dia menceritakan semua nya pada mereka, awalnya, Alina tak mempercayai itu, tetapi Qilla benar-benar serius untuk sekarang.

“Dia udah tau. tapi gak tau tu cowok dapat informasi dari siapa?”

Alina mengigit kukunya, terlihat jelas bahwa gadis itu tengah khawatir dengan sesuatu hal. “Jadi kita harus apa sekarang? Percuma untuk lanjutkan dare ini,” lirih Alina.

Cindy yang tadinya duduk pada sofa single, berpindah tempat duduk disamping Alina. Bukan untuk menenangkan sahabat nya, melainkan mengambil sebotol minuman kaleng di meja. “Udah santai, gitu aja takut,” ujar Cindy sembari membuka penutup botol.

Dan …

TAKK!

“Gausah bacot lo!” ketus Alina, melempar bantal pada Cindy, dan ternyata Cindy lolos untuk itu. Bantal tadi tak berhasil menyentuh kepala nya.

“Qilla, untuk dare ini kita gak usah lanjutkan lagi, sekarang terserah lo mau apa, yang penting 50 juta ga akan kita tagih lagi,” ujar Cindy dengan mimik wajah yang serius.

Dan lagi, Alina melemparinya bantal untuk kedua kali. “Gak semudah itu Cindyy!” geram Alina. “Qilla atau Dylan sudah hampir ke tahap ‘saatnya berkencan!’ dan ga semudah itu untuk mengembalikan keadaan seperti semula.”

Qilla melotot setelahnya, matanya melayangkan tatapan protes. “Gak! Fitnah lo, Lin! Gue ataupun Dylan bahkan belum punya hubungan lebih. Cuma sebatas teman satu sekolah,” protes Qilla, menatap sebal dua sahabatnya.

“Ciee, berharap punya hubungan lebih.” Cindy tertawa cukup kencang, tangan nya tanpa sengaja memukul pundak Alina, tidak keras, tapi itu sukses membuat Alina kaget.

Detik berikutnya, keadaan kembali hening. Mereka disana terdiam dengan pikiran masing-masing.

“Mungkin gue akan berhenti untuk dekati Dylan mulai sekarang. Dan dare ini berhenti sudah!” putus Qilla, tapi entah kenapa hatinya sedikit tidak terima.

Bukan kah ini yang ditunggu Qilla, berharap tantangan ini cepat selesai. Harusnya dia berbahagia, Qilla tidak akan melakukan hal itu, dan akan terbebas untuk segalanya.

“Okey, karena penyebab nya disini gue, dan gue yang akan tanggung jawab jika Dylan ganggu lo lagi.” Alina menyentuh pundak Qilla, mengeluarkan senyum yang jarang dia perlihatkan.

Qilla menautkan kedua alisnya, kemudian menghela nafas berat. Harusnya dia tidak terlalu mempersoalkan hal ini, tentu saja Dylan tidak akan menggangu nya, bukan kah begitu?

Lagi pula, Qilla bukan lah tipenya, dan tentu saja dia masih mempercayai berita ‘gay’ begitu

“Gue mau pulang.”

“Serius? Tapi ini udah jam 12 malam, Lla. Lo ga takut gitu, udah, nginep aja.”

Qilla menggeleng, dia meraih kunci motor di atas nakas dan juga sebuah tas hitam. “Gue pulang aja, eiya, mungkin gue lewat jalan ke club malam  yang dulu aja, lumayan rame disitu, ha ha ha!” kata nya dengan candaan.

“Lin, gue minjam motor lo, besok gue kembaliin, thank you atas tumpangan nya malam ini ke Ax Sk8. Bye, gua balik. See you soon, my monkey.” Pamit Qilla, melayangkan flying kiss, lalu  tertawa melihat ekspresi masam Alina.

Gay-ilan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang