TLB - 12

34.8K 4.2K 60
                                    

-happy reading!-

"Jadi, kemarin Wulan nggak menginap di rumah Mama?" tanya Deon, mengalihkan pandangan dari layar komputer dan fokus sepenuhnya pada tamu tak diundang yang kini sudah leyeh-leyeh di sofa kuning milik Tuan Putri Rubi.

"Iya, Linka mau menginap di rumah gue soalnya. Nggak enak kalau Wulan nggak ada," kata Petra, seraya mengutak-atik ponsel.

"Ntar jadi skandal, ya?" Deon mencibir.

"Sialan! Gue pria baik-baik," balas Petra, sewot.

Deon terbahak. Mengingat dia tahu betul track record percintaan Petra Wardhana yang sungguh panjang dan kalau dijadikan tulisan bisa setebal buku paket sejarah siswa SMP. Deon dan Petra memang sama-sama memiliki paras yang rupawan, tapi perbedaan mereka cukup kontras. Deon diberkahi fisik serupa dengan almarhum sang ayah, kulit cerah dan berbola cokelat terang serta tubuh tinggi semampai. Sedangkan fisik Petra benar-benar memperlihatkan keturunan lokal asli dengan kulit sawo matang, rahang tegas, alis tebal, dan sorot mata tajam.

Sekali lagi. Mereka memang sama-sama tampan, tapi Petra jauh lebih berkarisma. Tak perlu dua kali menoleh untuk naksir kepada Deon, tapi tidak ada wanita yang berhasil bertahan dengan sikap tidak peka pria itu. Jadilah si Bule sering dianggap sebagai tempat singgah para kaum hawa sebelum mereka melihat pelabuhan yang 10 kali lipat jauh lebih indah yaitu Petra. Sebelum bertemu Wulan, Petra sering gonta-ganti pacar apalagi setelah menetap di Jakarta bersama Deon. Banyak gadis yang menjadi korban harapan palsu dari Petra. Berbeda dengan Deon, Petra adalah sosok yang semakin sering dilihat, semakin membuat hati dan jiwa raga para wanita terombang-ambing minta dipeluk.

Itu jauh lebih berbahaya dari pria tampan mana pun.

"Udah tobat, ya, Mas," goda Deon, membuat wajah Petra memerah. "The power of love."

Namun, setelah berpacaran dengan Wulan, Petra berubah hampir 180 derajat. Deon sendiri sedikit takjub, begitu juga dengan Kiara saat itu, tapi mereka tak terlalu peduli karena biar bagaimana pun yang paling diuntungkan dari perubahan Petra hanyalah Wulan, sang istri.

"Gue jadi pengin tanya Wulan, apa, sih, yang dia lakukan sampai lo tunduk begitu?"

Petra berdecak. "Kalau ngomongin orang aja langsung lancar itu bibir. Pikirin tuh anak lo sendiri. Gimana Rubi? Masih pengin resign jadi anak lo?"

SKAKMAT!

Deon langsung mingkem. Ucapan Petra seperti tombak yang menusuk jantungnya.

"Gue dengar dari Iwan, lo udah ada di kantor dari sebelum dia datang," kata Petra, membahas obrolan dia dengan office boy kantor. "Kemarin lo nggak pulang kan?"

"Ada Yeni di rumah," sahut Deon, mendadak lesu.

"Terus? Lo takut bikin skandal sama dia?" tandas Petra.

SKAKMAT PART DUA!

Deon mendengus. "Bukanlah. Maksud gue, itu berarti ada yang jaga rumah. Lagipula Sally ada sama Rubi, jadi gue nggak terlalu khawatir."

"Makanya lo buruan ajak Rubi baikan, deh. Ntar lama-lama gue adopsi juga anak lo," ujar Petra, seraya menyimpan ponsel di saku jas.

"Gue udah bikin rencana. Weekend ini gue pastikan hubungan bapak-anak antara gue dan Rubi bisa balik romantis," ujar Deon, dengan penuh percaya diri.

Usai deep talk tipis-tipis bersama Joy, mereka lanjut berdiskusi langkah awal. Joy minta DP sebelum memulai rencana mereka dengan bukti kalau dia sudah diangkat jadi karyawan tetap, terserah resminya kapan, baik sebelum atau sesudah masa probation. Deon setuju agar mereka sama-sama nyaman. Lalu Joy juga menerima permintaan Deon untuk bertemu Rubi minggu ini. Mereka juga sepakat bahwa tidak boleh ada yang tahu hubungan mutualisme keduanya di kantor, termasuk Carlos.

The Last Bride ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang