5. 🌇I hate myself too🌇

122 37 241
                                    

Happy reading guys....


"Pa- papa,"ucap Abrina dengan terbata merasakan badannya yang bergetar ketakutan. Ia melihat raut wajah sang ayah yang menahan amarah yang amat besar.

Bayu ayah Abrina, beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati Abrina yang berdiri dengan tegang. Saat sudah berhadapan dengan anaknya dengan ringan tangan kanannya-

Plak

-menapar kuat pipi kiri Abrina. Terlalu kuat hingga pipi Abrina terasa kebas. Di perlakuan seperti ini sebenarnya sudah biasa tapi entah mengapa ia masih merasakan sakit yang sangat-sangat luar biasa.

Bukan bekas tamparan, pukulan atau bahkan tendangan dari ayahnya yang sakit. Melainkan hatinya.

Tidak sampai si situ, ayahnya kemudian menjambak kuat rambut Abrina yang terikat menjadi satu itu.

"Sshhh sa-sakit pa," ujar Abrina lirih.

"Udah berani ya kamu! Baru saya tinggal dua hari sudah berani buat masalah!"

Bugh

Dengan entengnya Bayu menendang tulang kering Abrina. Sedangkan Abrina yang belum siap seketika ambruk ke lantai.

"Saya tadi dapat laporan dari sekolah, kamu datang terlambat!"

Bugh

Bugh

"A- ampun pa," lirih Abrina

Lagi-lagi Bayu menendang Abrina.

"Memalukan!"

Bugh

Bugh

Bugh

"Saya benar-benar malu memiliki anak seperti kamu!"

Mendengar ucapan papanya membuat dadanya sesak. Terasa seperti sebuah belati yang menusuk hatinya berkali-kali.
Abrina dengan sekuat hati menahan air matanya yang sudah berdesakkan untuk keluar.

"Saya benci dengan anak seperti kamu! Coba kamu lihat Novi, dia sama sekali tidak pernahkan memalukan kedua orangtuanya tidak seperti kamu!"

Lagi dan lagi, ayahnya itu membeda-bedakan dia dengan Novi. Ia benar-benar sangat muak mendengarnya. Tapi apa yang bisa iabuat ia hanya bisa diam, diam, dan diam.

Bugh

Bugh

Dari arah dapur Abrina melihat ibunya yang berjalan ke arah mereka. Abrina sangat-sangat berharap ibunya bisa membantunya keluar dari amukan Sang papa.

Seketika harapannya pupus saat ibunya hanya melewatinya saja. Bahkan sang ibu tidak meliriknya sama sekali.

Tak Sampai di situ kini ayahnya menyeretnya ke lantai dua ke kamarnya. Dengan kesulitan Abrina menyeimbangkan dirinya dengan ayahnya.

Berkali-kali Abrina terjatuh, tapi ayahnya sama sekali tidak memperdulikan itu. Setelah sampai di kamar ayahnya membuka pintu balkon dan menyeret Abrina kembali ke balkon.

Bruk

"Sebagai hukumannya, malam ini kamu tidur di sini! Jangan berani-berani pergi dari sini sebelum saya yang memberi izin!"

Ceklek

Suara pintu balkon yang di kunci oleh sang Ayah.

Suara pintu balkon yang di kunci oleh sang Ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I hate myself tooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang