12. 🌇I hate myself too🌇

70 11 12
                                    

Hallo guys aku up lagi, sebenernya aku ngga mau up hari ini, tapi karna tadi kepencet published pas lagi nulis, aku jadi ngga enak sama kalian jadi aku paksain buat up.

Semoga kalian semua suka sama part dadakan kali ini ya guys!

Happy reading<3

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

06.45

Hari kamis pagi ini, terasa begitu damai, sepagi ini Abrina sudah sampai di sekolahnya. Tadi malam papanya pulang, itu sebabnya ia berangkat sepagi ini, karna ia sedang malas bertemu sang papa.

Abrina melewati koridor demi koridor hingga sampai di kelasnya. Sepagi ini baru beberapa anak yang sudah ada di sekolah.

Setelah sampai di kelas ia duduk anteng di bangkunya yang ada di pojok belakang itu. Karena gabut akhirnya ia mengambil ponselnya yang berada di tas.

Ia teringat tentang aksara Jawa yang ada di buku kakanya semalam. Ia juga sempat memfoto tulisan itu.

Abrina membuka penelusuran Google, ia akan mencari translate Aksa Jawa, semoga saja ada. Dan ya, benar untung saja ada. Dengan segera Abrina mengartikannya.

"Witing tresno jalaran soko kulino,"

Begitulah hasil dari translate-nya. "Apa lagi ya ini artinya," Sekarang giliran ia mencari translate Jawa-indonesia.

"Cinta datang karena terbiasa," beginilah hasil penelusuran dari internet.

"Jadi, kak Mala pernah friendzone, tapi sama siapa?" Abrina berfikir sambil menyangga dagunya.

Tak sadar ternyata kelas sudah ramai, tak lama setelah itu bel masuk berbunyi.

...

07.15

Seorang pria tampan masih bergulung dengan selimut tebalnya, padahal waktu sudah siang. Bahkan sinar-sinar matahari yang masuk lewat jendela tak mengusik tidurnya sama sekali.

Di ruang makan seorang wanita yang hampir menginjak umur berkepala empat tapi masih terlihat sangat cantik dan terawat, ia sedang menunggu putra kesayangannya turun.

Geram karna putranya tetep belum turun akhirnya ia yang naik ke lantai dua untuk menemui putranya. Ia mengetuk pintu kamar putranya tapi tak ada sahutan sama sekali. Ia mencoba memutar kenop pintu dan ya, untungnya putra kesayangannya ini sangat jarang sekali mengunci pintu.

Saat ia masuk ke dalam kamar hal yang ia liat adalah ranjang yang berisikan seorang lelaki yang masih bermesraan dengan selimut tebalnya. Wanita itu membuka tirai yang menutupi jendela besar yang ada di kamar itu, mengunakan remote.

Dan ya, tidur laki-laki itu sedikit terusik, wanita itu duduk di tepi ranjang kemudian mengusap kepala putranya. "Sayang ga bangun hm..."

"Lima menit lagi mi,"

"Ini udah siang lo, kamu juga pasti udah telat sekolahnya ini," ujar wanita itu sambil menepuk-nepuk pipi putranya.

"Ngga papa, kan sekolah punya kita mi," ucap laki-laki itu, ia masih belum niat membuka matanya.

"Raden,"

"Iya-iya ini aku bangun," Ya laki-laki itu adalah Raden, dan wanita itu adalah Widya, maminya Raden.

Raden bangun dari tidurnya, berjalan menuju kamar mandi masih dengan mata yang tertutup. tak tau apa maminya itu, semalam ia baru tidur pukul tiga.

Widya yang melihat anaknya berjalan sambil menutup matanya itu geleng-geleng kepala, "awas sayang nanti nab-

Bruk

-Brak," Bahkan saat Widya belum menyelesaikan ucapanya, putranya itu sudah terlebih dulu menabrak tembok samping pintu kamar mandi.

"Shit, siapa yang naruh tembok di sini sih!" Gerutu Raden, baru setelah tragedi nabrak tembok, ia membuka matanya dan berjalan menuju kamar mandi dengan kaki di hentak-hentakan, sudah seperti anak gadis yang kurang asupan seblak.

Sekarang sudah hampir pukul setengah sembilan. Setelah drama panjang yang Raden Lalui di rumah, akhirnya kini ia sudah sampai di depan gerbang sekolah, AIHS (Amarta International High School).

"Pak gerbang!" Teriak Raden pada satpam yang menunggu gerbang utama sekolah.

Dengan segera satpam itu membukakan gerbang untuk anak sang pemilik sekolah, yang sangat sering berangkat siang.

Namanya juga anak pemilik sekolah mau berangkat pagi, siang, subuh, sore, gerbang akan tetap terbuka untuknya. 'Kenapa? Iri? Makanya minta bapak lo bikin sekolah sendiri' itulah yang selalu Raden katakan jika ada yang menegurnya bebas berangkat sekolah.

...

14.30

Setelah belajar selam enam jam lebih, akhirnya jam bel pulang sudah berbunyi, abrian membereskan semua bukunya kemudian berjalan keluar dari kelasnya.

Saat sampai di ujung gedung b tiba-tiba ada yang menarik tangannya. Saat ia ingin berteriak mulutnya sudah di bungkam oleh tangan besar, berotot.

"Ini gue," ucap laki-laki itu, kemudian melepaskan Abrina.

Abrina menghela nafas panjang. "Raden! Aku kira aku mau di culik," ucap Abrina sambil memukuli Raden dengan tangan kecilnya.

"Iya, iya, ampun-ampun!" Ucap Raden, tapi tak di hiraukan oleh Abrina.

Raden menangkap kedua tangan Abrina yang hampir mengenai badannya lagi, kemudian ia mendorong tubuh Abrina hingga membentur dinding.

Tubuh Abrina mematung saat ia berada dengan jarak sedekat ini dengan Raden. Bahkan ia bisa merasakan hembusan nafas Raden yang menerpa wajahnya.

Beberapa saat kemudian Abrina sadar dari lamunannya, " lepas Raden,"

"Hehehe sorry-sorry," ucap Raden sambil menggaruk telungkuk-nya yang tak gatal.

"Kenapa?" Tanya Abrina.

"Temenin gue ke, toko buku yuk,"

"Hah?"

"Ck, udah deh ikut aja." Ujar Raden kemudian menarik tangan Abrina menuju parkiran.

Adegan itu pun tak luput dari pandangan para siswa dan siswi yang masih berada di area sekolah.

"Wih, si Raden, gas pol aja nih," ucap Romi yang sedang duduk di motornya.

"Ngga usah di dengerin, anggep aja suara anak setan," ucap Raden dengan santainya.

"Cangkemu, anak setan,"

"Ngga boleh gitu kak," ucap Abrina saat sudah sampai di samping motor Raden.

"Sory-sory," ucap Raden kemudian menaiki motornya.

"Ayo naik,"

"Em... Itu,"

"Why?"

"Helem-nya kak?"

"Oh iya gue lupa, lo tunggu bentar," ucap Raden kemudian pergi meninggalkan Abrina.

"Ati-ati neng kalo sama Raden, dia itu- anjing!" Umpat Romi saat tiba-tiba ada sebotol air mineral yang mengenai kepalanya.

Ternyata yang melempar botol itu adalah Raden. Ia mendekat dengan sebuah helem yang ia pegang di tangan kanannya.

"Jangan dengerin Romi, dia sesat. Nih pake,"

"Makasih," ucap  Abrina kemuadian memakai helem itu.

"Udah? Naik,"

"Pegangan, gue ngga mau lo terbang," ucap Raden. Abrina menurut, ia berpegangan pada pundak Raden.

"Ati-ati sama Raden neng!" Teriak Romi.

"Diem lo anak setan!" Sentak Raden.

"Ampun anak mami!"

...

_Tbc_

Thank you buat kalian yang udah baca luv<3

12-6-2022

I hate myself tooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang