20. 🌇I hate myself too🌇

42 6 1
                                    

Hallo guys, i'm so sorry, aku udah kecewain kalian, lama banget aku ngga up. Aku minta maaf banget sama kalian. Bukannya aku ngga mau lanjutin cerita ini tapi aku lagi sibuk sama dunia reall aku.
Setiap hari ada notifikasi dari kalian tentang cerita ini, dan hal itu yang buat aku ngerasa udah ngecewain kalian, sekali lagi aku minta maaf.

Happy reading

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

Adzan subuh berkumandang membanggakan setiap umat muslim yang harus menjalankan kewajibannya. Seperti seorang gadis yang kini tengah berjalan tertatih menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat. Gadis itu tak lain adalah Abrina.

"Apa sesalah itu hamba hidup di Dunia ini ya Allah?"

Curhat kepada yang di atas selalu Abrina lakukan. Di dunia yang nyata ini ia tak memiliki seseorang yang siap mendengarkan nya. Bahkan tak ada satupun. Dan seperti ini lah yang selalu ia lakukan. Membagi keluhkesahanya pada sang Tuhan setelah selesai sholat.

"Sebenarnya part indah bagian mana yang kau tunjukkan pada hamba, hingga hamba menyetujui untuk dilahirkan ke dunia ini?"

"Bahkan hamba belum pernah ngerasain bahagia yang sebenarnya,"

"Papah bilang adanya hamba juga karna ngga di inginkan,"

"Sebenarnya aku hidup untuk apa?"

"Hamba lelah, hamba ingin seperti anak-anak yang lain,"

Air mata Abrina sudah berjatuhan sedari tadi membasahi pipinya yang penuh lebam kebiruan. Sesak, dadanya sangat sesak.

"Maaf ya Allah jika hamba kurang bersyukur, maaf..."

Itu adalah akhir kata yang Abrina ucapkan karena setelah itu ia terisak hebat dan bersujud, meminta maaf pada yang kuasa, hingga tak sadar ia tertidur di atas sajadah dengan masih menggunakan mukena.

Abrina terbangun dari tidurnya.

"Ya Allah aku ketiduran," ucap Abrina sambil melepaskan mukena dan membereskan alat sholatnya.

"Jam tujuh. Untung libur, kalo ngga aku bisa telat masuk sekolah," ucap Abrina kemuadian ia turun ke bawah untuk membantu bi Sari. Abrina berjalan menuju dapur. Ia akan membantu bi Sari memasak sarapan.

Saat ia baru sampai di depan pintu dapur ia melihat seorang wanita yang sedang sibuk memasak. Bi sari? Bukan, itu bukan bi sari. Di lihat dari bentuk tubuh, itu seperti mamanya.

Dan benar ternyata wanita itu adalah mamanya. Sudah lama mamanya datang ke dapur untuk memasak, apalagi setelah kepergian kakannya. Mamanya, sekalipun belum pernah memasak lagi di dapur ini.

Tapi entah mendapat pencerahan dari mana, hari ini mamanya kembali memasak.

"Ma-ma?" Ucap Abrina terbata sangking terkejutnya.

Sedangkan Walanda hanya memasang wajah datarnya dan mengangkat sebelah alisnya. Seolah sedang berkata 'apa?' . Padahal jauh di dalam hati kecilnya ia sedikit gemetar melihat gadis di hadapannya.

Gadis yang ia lahir-kan. Gadis yang lahir karena kesalahan. Kini sudah remaja, tubuhnya kurus, pipinya tirus.

"Mama masak?" Lamunan Walanda buyar saat mendengar perkataan Abrina. Ia segera menormalkan wajahnya.

"Memang tidak boleh?" Jawab Walanda sinis.

"Eh, bukan gitu mah. Boleh kok, boleh banget malah," Walanda mengabaikan perkataan Abrina kemudian melanjutkan acara memasaknya.

"Keliatannya enak,"

"Ada yang Abrina bisa bantu?"

"Mamah masak apa?"

"Mamah masak nasi goreng seafood?"

"Diam!" Sentak Walanda saat mendengar pertanyaan beruntun dari Abrina.

Tak lama setelah itu nasi goreng telah matang Walanda menyajikannya di meja makan. Sedangkan Abrina hanya diam menyaksikan setelah mendapat sentakan dari Walanda tadi.

"Duduk," ucap Walanda yang sudah duduk di kursi meja makan. Abrina menurutinya.

Walanda mengambilkan nasi goreng  kemudian memberikannya pada Abrina. "Makan,"

Abrina tersenyum manis, hari-hari yang seperti ini yang Abrina tunggu. "Makasih mama," ucap Abrina girang.

Ia menyantap nasi goreng seafood itu dengan lahap, melupakan bahwa dirinya memiliki riwayat alergi terhadap seafood.

...

Tadi saat asik menyantap sarapan pagi bersama mamanya. Mamanya mendapatkan telefon darurat dari kantor dan harus segera datang ke sana.

Saat ini Abrina berada di kamarnya, perutnya mual, kepalanya pusing, dan kulitnya mulai muncul ruam kemerahan. Sepertinya efek dari seafood tadi sudah mulai beraksi pada tubuhnya.

Abrina berlari ke kamar mandi saat makanan yang ada di dalam perutnya memaksa untuk keluar. Ia memuntahkan seluruh sarapan pagi yang masuk ke dalam tubuhnya.

Bukannya merasakan lega ia malahan merasa sedih, ia sudah mengecewakan mamanya yang sudah memasaknya sarapan untuknya, ia malah memuntahkannya.

Abrina berjalan tertatih menuju ranjangnya.

"Ya Allah, nduk kamu kenapa?!" Ucap bi sari panik saat melihat tubuh Abrina limbung. Bi sari memapah tubuh Abrina mendekati ranjang.

Wajah Abrina terlihat pucat dan banyak rumah merah di seluruh tubuhnya.

"Aku ngga papa bi,"

"Ngga papa gimana to nduk, kamu pucet gini, terus ini kenapa kulit kamu merah-merah?"

"Abrina ngga papa bi,"

"Kamu abis makanan apa nduk? Kamu abis makan seafood?"

Bukannya menjawab Abrina malah memeluk bi sari dan menangis.

"Kenapa hmm?" Ucap

"Hiks, bi? Pasti mama kecewa sama aku,"

"Tadi pagi mama udah Masakin sarapan buat Abrina susah-susah tapi Abrina malah muntahin. Mama masakin Abrina nasi goreng seafood, itu enak banget bibi. Tapi, cuma karena Abrina alergi, Abrina jadi muntahin,"

"Abrina jahat banget ya bibi?"

"Abrina udah buat mama kecewa,"

"Shutt, udah ya. Abrina ngga jahat kok, kan Abrina muntahin karena Abrina ada alergi seafood. Mamah juga ngga tau kalo Abrina ada alergi seafood,"

"Udah ya nangisnya, cup cup, masa cantik-cantik gini nangis,"

Abrina terus terisak di dalam pelukan bi Sari.

Tak tau di luar kamar ada Walanda yang sedang menegang, dan kecewa pada dirinya sendiri.

Hal yang sangat besar pun ia tak tau tentang Abrina. Abrina alergi seafood. Dan tadi pagi ia memasakkan nasi goreng seafood.

Tapi saat gadis itu kesakitan saat alerginya kambuh bukannya menyalahkannya Gadis itu malah menyalakan dirinya sendiri.

Niatnya pulang kerumah hanya mengambil berkas yang tertinggal malah mendengar sebuah hal yang menyakitkan.

5 September 2022

I hate myself tooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang