17. 🌇I hate myself too🌇

60 7 5
                                    

HAPPY READING GUYS!
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
--
-
-
-

"Ya ampun sayang kamu kenapa? Kamu ngga papa kan? Mana yang lecet? Mana yang sakit? Tangan? Perut? Kepala? Jawab sayang? Atau tenggorokan kamu?" Cerca wanita itu.

Ya Wanita itu Widya, mami Raden. Tadi saat ia sedang asik membuat brownies tiba-tiba ada telfon dari indri, teman sekaligus dokter pribadi keluarga. Indri mengatakan bahwa Raden menyuruhnya datang ke sekolahnya. Tak biasanya Raden memanggil dokter jika tidak dalam keadaan terdesak.

Setelah mendapatkan telfon dari Indri, Widya panik kemudian menyuruh Art-nya untuk menyelesaikan acara membuat brownies-nya, sedangkan ia segera bergegas menuju sekolah anaknya.

"I'm fine mi, yang sakit bukan aku," jawab Raden kemudian menceritakan kepada maminya siapa yang sakit.

"Syukur deh kalau bukan kamu, mami udah kawatir banget tau!"

Tak lama setelah itu dokter indri keluar dari kamar.

...

Saat ini Raden, Romi, Septa, dan Widya sedang berada di kamar yang ada di private room, tepatnya kamar yang di tiduri Abrina. Sedangkan dokter Indri sudah pamit terlebih dahulu untuk kembali ke rumah sakit karena ada panggilan dari rumah sakit.

Widya duduk di pinggir ranjang sedangkan Raden, Romi dan Septa duduk di sofa asik dengan ponselnya masing-masing. Sesekali Widya membelai rambut Abrina.

Widya sangatlah kasihan terhadap gadis yang sedang terbaring lemah ini. Bisa-bisanya di sekolahnya ini ada aksi bullying. Apalagi setelah melihat korban dari bullying itu adalah gadis semanis Abrina. Lama menunggu gadis di depannya ini sadar membuatnya haus juga.

"Mau kemana mi?" Tanya Raden saat melihat Maminya berdiri.

"Ke-dapur, ambil minum," jawab Widya, kemudian berjalan keluar dari kamar.

mata gadis yang dari tadi terpejam itu pun mulai mengerjap. Abrina memegangi kepalanya yang amat pusing. Raden yang melihat tangan Abrina bergerak memegangi kepalanya pun mendekati Abrina.

Saat Abrina membuka matanya ia masih belum konek, ia melihat ruangan yang asing baginya. Saat ia menoleh ke samping ia melihat Raden yang berdiri dengan wajah cemasnya.

"Hai," ucap Raden.

Saat Raden menyapanya ia baru konek jika ia saat ini berada di sebuah kamar. Ia teringat kejadian dimana ia di Bully kemudian di kuncikan di gudang dua. Dengan segera ia membuka selimut yang menutupi tubuhnya.

Matanya melotot saat melihat pakainya sudah tergantikan dengan kaos dan celana panjang. Seingatnya tadi ia masih menggunakan seragam yang terpotong-potong kemudian ia tutupi dengan kain putih.

"Baju ku!"

"Tadi-

Ucapan Raden terpotong oleh Abrina, "kamu yang ganti bajuku?!"

"Iya- eh eng-

"Kamu yang ganti bajuku!" Ucap Abrina mencak-mencak saat ia ingin bangun tiba-tiba kepalanya kembali terasa sakit. Tapi Abrina tetap memaksakan dan bersandar pada kepala ranjang

"Bukan, bukan gue kok,"

Abrina memeluk lututnya, dan menutup wajahnya kemudian mulai terisak menangis. "Eh kok nagis sih, beneran bukan gue kok," ucap Raden meyakinkan.

Romi dan Septa mendekat saat mendengar suara Isak tangis dari Abrina."kenapa kok nangis?" Tanya Romi.

 Tak lama Widya kembali ke kamar dengan membawa segelas air putih. "Loh kenapa ini?" Ucap Widya. Ia menaruh gelas tadi di nakas kemudian duduk di pinggir ranjang, samping Abrina.

"Kamu udah sadar, kenapa nangis? Ada yang sakit?" Tanya Widya pada Abrina sambil memberi usapan lembut pada kepala Abrina.

Abrina mengangkat kepalanya saat mendengar suara lembut seorang wanita. Abrina hanya menggeleng untuk menjawab pertanyaan wanita di depannya ini.

"Minum dulu ya," Widya memberikan segelas air pada Abrina.

Abrina menerimanya kemudian meminumnya hingga hampir setengah. Abrina gugup saat empat orang di sana terus menatapnya.

"Udah enakan?" Tanya Widya di jawab anggukan oleh Abrina.

"Tante siapa?" Tanya Abrina.

"Saya maminya Raden,"

Setalah Abrina mulai tenang Raden mulai menjelaskan bagaimana Abrina ada di sini. Dari mulai ia menolong Abrina dari gudang dua, membawanya ke sini, memanggil dokter, dan yang mengganti pakaiannya.

Abrina sangat-sangat malu setelah mendengar penjelasan dari Raden. Bisa-bisanya ia berfikir negatif tentang Raden, padahal Raden sudah menolongnya.

"M-maaf," ucap Abrina menunduk.

"Why?" Tanya Raden.

"Tadi, tadi, aku udah mikir negatif tentang kamu,"

"Iya ngga papa,"

"Kamu masih ada yang sakit?" Tanya Widya.

"Nggak tan, makasih ya kalian udah bantuin saya," ucap Abrina.

"Ya udah, ini kan udah sore, gimana kalo kita pulang," ujar Widya yang di anggukui mereka semua.

"Kamu bareng Tante aja ya," ucap Widya pada Abrina.

"Makasih, tapi nggak usah tan,"

"Loh kenapa? Apa mau bareng Raden aja?"

"nggak gitu, Saya udah ngerepotin kalian semua, jugaan ini masih sore, saya bisa pesen ojek tan,"

"Tante ngga ngerasa di repotin, tante malahan seneng, udah yuk kita pulang."

Setelah itu mereka pulang dengan Abrina yang diantar oleh Tante Widya.

...

Jam sudah menunjukkan pukul 18.06 sedangkan Abrina baru saja memasuki gerbang rumahnya. Setelah tadi di antar oleh Widya.

Abrina masuk ke dalam rumah tanpa melihat sekitar saat ia baru menaiki satu anak tangga suara yang sangat familiar terdengar.

"Bagus ya anak sekolah jam segini baru pulang,"

Deg

_TBC_

28-6-2022

THANK YOU BUAT KALIAN YANG UDAH BACA.





I hate myself tooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang