22. 🌇I hate my self too🌇

33 6 0
                                    

Hay guys bertemu kembali dengan saya si author yang suka ngga tau diri.

Up nya lama-lama.

Saya minta maaf oke

Ya, gimana guys, sekolah full day, Sabtu Minggu, kerkom, kalo ngga ya buat tidur , jadi ya gitu lah, tau sendiri kaum rebahan bage mana.

Oke langsung aja.

Happy reading guys!!

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-


"kita mau kemana lagi?!" Suara Abrina sedikit berteriak di jok belakang motor sport kesayangan Raden.

Setelah hatinya dibuat berdetak tak tenang karna lagu yang Raden nyanyian di panggung saat pensi tadi siang. Saat ini Raden entah akan membawanya ke mana, dengan membawa dua kresek berisi kue yang di beli Raden dari standnya tadi di sekolah.

"Ada deh, lo pegangan aja gue mau ngebut," jawab Raden.

"Apa? Ayam panggang?" Jangan lupakan fakta cewek pendengarannya kurang jika naik motor.

Setelah kurang lebih tiga puluh menit dalam perjalanan kini mereka berhenti di bawah jembatan yang sepi.

"kok berhenti?" Tanya Abrina sedikit takut, karena di tempat ini benar-benar sepi sangat jarang kendaraan yang lewat di jembatan atas mereka.

"Turun," Abrina turun dari motor.

"Sini makannya gue aja yang bawa," ucap Raden

"kita mau nga-

"TEMEN-TEMEN ADA KAK RADEN!"

"WAH KAK RADEN?!"

"KAK RADEN!!"

Ucapan Abrina terpotong karena suara ricuh anak-anak dari belakang mereka.

Ada sekitar enam anak, mereka berlari menghampiri Raden dan Abrina dengan senyum yang mengembang tinggi. Baju sang sedikit kotor dan ada beberapa yang membawa botol, ukulele, dan kotak.

Raden menjongkokkan tumbuhan kemudian Raden dan keenam anak itu saling berpelukan.

"Kak Raden, Kakak kemana aja, kita kangen tau," ucap bocah perempuan yang tadi memegang kotak.

"Iya, ita tangen tau tama kakak," ucap bocah yang paling kecil di antara sepuluh anak-anak itu.

"Maaf ya kakak baru bisa Dateng ke sini, kemaren-kemaren Kaka sibuk,"

"Kak Raden, kakak cantik itu siapa," tanya salah satu bocah itu saat menyadari ada orang lain di belakang Raden.

"Ih, iya Kakaknya cantik,"

"Pasti patalna kak Laden!"

"Eh, anak kecil, tau darimana pacaran-pacaran gitu," Raden gemas sendiri dibuatnya karena bocah cedal ini.

"Kemalen Aby ke taman, ada kakak-kakak tewek tama towok, kata kak Dani meleka lagi patalan," Raden geleng-geleng.

"Lo ngga mau kenalan sama mereka?"  Abrina yang sedang melamun itu pun tersadar.

Abrina mengubah ekspresinya, memamerkan senyumnya yang sangat-sangat lebar.

"Hai, kenalin nama Kakak Abrina,"

"Hai kak nama aku, zahry. Yang ini, Rara, terus sampingnya Rara ada Dani."

"Aku, aku!, Kenalin Kakak cantik mana aku, Dita, ini Didit kembaran aku, kalo ini alby, adik kita,"

"Kakak bawa makanan nih yuk kita makan sama-sama," Raden mengangkat dua kantong plastik yang berisi makanan itu.

"Wah makanan!"

"Bentar kak, aku ambil dulu tikarnya," ujar anak laki-laki yang tadi membawa ukulele.

Tak butuh waktu yang lama untuk Abrina menyesuaikan diri dengan mereka, terlihat kini mereka saling bercanda bersama.

Kini Abrina dan Raden tengah duduk berdua dan melihat anak-anak itu asik bermain, mereka sudah lelah, jadi mereka mengistirahatkan tubuhnya sebentar.

"Lo liat mereka,"

"Gue, kasian banget sama mereka, masih kecil harus ngadepin kerasnya kehidupan kaya gini,"

"Mereka pengen sekolah, mereka juga Pengan hidup yang layak, tidur di atas kasur, bisa makan enak setiap hari. Tapi takdir ngga berpihak sama mereka,"

"Gue banyak bersyukur karena Tuhan udah ngasih kehidupan yang layak buat gue, gue nggak bayangin kalo gue jadi mereka, apa gue bisa sekuat itu."

"Kamu sering kesini?" Tanya Abrina.

"Sering,"

Mereka terus bercengkrama hingga hari sudah mulai petang. Setelah berpamitan pada anak-anak yang ada di sama Raden memutuskan mengajak Abrina untuk pulang.

...

Setelah membelah jalanan ibukota yang cukup macet, akhirnya Raden sampai di depan gerbang rumah Abrina.

"Makasih ya Raden,"

"Your welcome,"

"Yaudah kalo gitu aku masuk ya,"

Saat Abrina akan beranjak dari depan Raden, lengannya sudah di tahanan terlebih dahulu.

"Abrina,"

"Iya kenapa?"

Raden turun dari motornya kemudian memegang kedua lengan Abrina.

"Lo mau ngga jadi pacar gue,"

"Hah?"

"Abrina Harsa swastamita, Lo mau ngga jadi pacar gue," ulang Raden dengan jelas.

"Bercanda mulu kamu, Raden,"

"Gue ngga bercandaan gue serius,"

"Kenapa aku? Di luar sana masih banyak cewek yang lebih segala-galanya dari aku, yang lebih pantes buat kamu,"

"Tapi gue maunya lo, Abrina,"

Abrina menghela nafas panjang

"Kasih aku waktu, aku ngga bisa jawab sekarang,"

"Oke gue kasih waktu dua hari,"

"Satu Minggu," sela Abrina

"Dua hari,"

"Enam hari,"

"Tiga hari fiks, udah ngga bisa di nego lagi," putus Raden.

"Udah masuk sana. Bersih-bersih terus istirahat. Mimpi indah, moga-moga mimpiin gue,"

"Dih apaan,"

"Haha. Udah sana masuk, besok pagi gue jemput. Berangkat sekolah bareng gue,"


# 9 November 2022









I hate myself tooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang