Up lagi nih guys, semoga suka ya, Maaf kalo ceritanya makin hari makin aneh, aku juga masih belajar guys. Thank you buat kalian yang udah jadi pembaca setia Abrina. Sorry kalo belum puas dengan tulisannya.
Happy reading guys...
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-Hari sudah kembali pagi. sepertinya pagi ini mengerti perasaan Abrina, pagi yang cerah secerah dengan hati Abrina. Kemarin setelah Raden mengantarkan ia menuju bimbel Raden pun menunggunya di cafe pojok gedung bimbelnya.
Saat ini Abrina tengah berjalan di koridor sekolahnya menuju kelasnya kelas sebelas MIPA satu. Seperti biasanya berpenampilan dengan rambut yang terikat kuda dan kacamata bulat yang hanya sebagai hiasan.
Dari jauh suara riuh dari kelas Abrina sudah terdengar, tapi saat Abrina tiba di kelas semua anak tiba-tiba diam. biasa, ya itu sudah biasa, sebenarnya ada beberapa teman Abrina yang kasihan dengan Abrina. Tapi mereka selalu diancam oleh Erika, ya bagaimana mau melawan mereka tidak memiliki kekuasaan di sini jadi mereka hanya menuruti apa mau Erika saja.
Tak lama setelah sampai di kelas berbunyi saat ini adalah pelajaran bahasa Indonesia. pelajaran yang paling Abrina sukai. Entah mengapa ia sangat suka tentang pelajaran ini, padahal dulu saat SMP Dia sangat-sangat benci dengan yang namanya pelajaran bahasa Indonesia. Tapi saat dia mulai menginjak SMA dia sangat-sangat suka dengan bahasa Indonesia apalagi saat setelah mengenal tentang novel.
Di lain tempat seorang laki-laki yang biasanya selalu berangkat siang entah mendapat hidayah dari mana hari ini ia sudah sampai parkiran sekolah saat bel masuk sekolah sudah berbunyi. Padahal biasanya Ia baru berangkat pukul delapan ataupun sembilan tiga puluh, bahkan ia pernah memecahkan rekor berangkat sekolah pukul sebelas siang. kalian bayangkan saat yang lainnya sudah istirahat dia baru berangkat sekolah.
Laki-laki itu adalah Raden, ya Raden Dwi Amarta, anak pemilik Amarta internasional High school. Jadi ya itu semua bebas, tak ada larangan baginya, mau senakal apa dia di sekolah itu, guru-guru tidak bisa berkutik. Bagimana mau men-DO, sekolahnya saja punya orang tuanya.
Raden berjalan menuju kelasnya sebelas ISOS tiga. Sebenarnya kelas Raden tidak melewati kelas Abrina Tapi entah mengapa saat ini ia berjalan melewati kelas Abrina padahal jika melewati kelas Abrina seperti berjalan dua kali jauhnya dari jalan yang biasanya.
Saat ia sampai di depan kelas Abrina iya memelankan jalannya sambil melirik-lirik jendela kelas Abrina. Di sana ia melihat Abrina yang sedang serius memperhatikan guru Yang sedang menjelaskan materi. Duduk di pojok belakang sebelah kanan di bawah jendela. kemudian Raden mengetuk jendela samping Abrina dan ya Abrina menoleh, Raden tersenyum sambil melambaikan tangannya dan juga dibahas senyum dari Arbina.
"Nanti pulang bareng gue ya, "ujar Raden lirik
"Apa?"
"Nanti pulang bareng gue," ucap Raden sedikit keras.
"Ngga denger," ucap Abrina hanya dengan gerakan mulut, takut guru di depan mendengarnya.
Sedangkan Raden yang sudah geram segera masuk ke dalam kelas Abrina. Semua murid kini fokus pada pintu yang dibuka dari luar. Dan muncullah Raden. Para kaum hawa di kelas sebelas MIPA satu sudah getar-ketir dengan ketampanan Raden. Siapa sih yang tidak terpesona dengan wajah Raden yang sangat-sangat sempurna, yang sangat-sangat tampan itu.
Pak Rohman selaku guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas itu, menyengit bingung saat melihat anak pemilik sekolah ini masuk ke dalam kelas yang bukan kelasnya.
"Mengapa anda masuk di kelas ini? " Tanya pak Rohman. Memang guru bahasa Indonesia ini selalu menggunakan bahasa formal saat berbicara dengan muridnya.
"Ya mau belajar lah," ujar Raden kemudian berjalan memiliki bangku. Sedangkan pak Rahman hanya geleng-geleng kepala. Untung anak pemilik sekolah.
"Minggir lo!" Ucap Raden pada seorang laki-laki yang duduk di meja samping Abrina. Tak membantah sama sekali, laki-laki itu kemuadian pindah ke bangku lainya yang kosong.
Abrina geleng-geleng kepala melihat tingkah Raden. Raden duduk di bangku samping Abrina, dan sedikit menggeser kursinya.
"Udah sarapan? " Tanya Raden.
"Udah,"
"Pulang sekolah sama gue, " ucap Raden tiba-tiba.
"Nanti?"
"Besok,"
"Owlh-
"Ya nanti lah," geram Raden.
"Iya," Raden mengela nafas 'sabar ya diri sendiri' lirih Raden dalam hati.
Raden beranjak dari duduknya dan akan menuju kelasnya. Tapi sebelum itu ia di tegur oleh pak Rahmat.
"Mau kemana?" Tanya pak Rahmat.
"Balik ke kelas lah,"
"Katanya mau belajar,"
"Udah pinter," jawab Raden asal kemudian keluar dari kelas Abrina.
Raden kembali melanjutkan jalannya menuju kelas 11 isos 3. Dari jarak 50 meter saja suara riuh kelas Raden sudah terdengar. yah biasa cara kelas Raden itu kelas paling-paling paling paling lah pokoknya.
Lagu Orange 7!! Versi koplo terdengar dengan jelas. Bagaimana tak jelas, jika kelas lain memutar musik di kelas hanya mengunakan handphone-nya, kelas Raden menggunakan speaker bluetooth yang di bawa oleh Romi pastinya.
...
Bel istirahat sudah berbunyi dari lima menit yang lalu. Abrina berjalan menuju kantin. Tapi saat di tengah perjalanan ada seorang perempuan yang menahannya.
"Lo Abrina kan?"
"Iya, aku Abrina,"
"Lo di tunggu Bu Sri di gudang dua," gudang dua? Gudang dua kan gudang lama, laku untuk apa Bu Sri, si guru killer itu menyuruhnya ke sana. Positif thinking aja, mungkin ada sesuatu yang harus di Abrina bantu.
"Iya, makasih ya. " Ucap Abrina kemudian berjalan menuju gudang dua.
Sedangkan perempuan tadi tersenyum miring," Lo polos banget sih. Ah mending tiga ratus ribu bisa buat jajan," ucap perempuan itu kemudian berjalan meninggalkan tempat itu.
Saat Abrina sampai di depan pintu gudang ia tak melihat Bu Sri, tapi ia melihat pintu gudang yang sedikit terbuka. Mungkin Bu Sri ada di dalam, Abrina masuk ke dalam gudang itu, gelap satu kata yang mencerminkan keadaan gudang itu.
"Bu?" Ucap Abrina tapi tak ada sahutan.
"Bu Sri," masih tak ada sahutan.
Brak
Tiba-tiba pintu gudang tertutup, ada senter yang menyalakan, ternyata di sana ada Erika dan kedua temannya. Dijebak, satu kata yang ada di dalam otak Abrina.
"come play with me," ucap Ericka.
_TBC_
THANK YOU BUAT KALIAN YANG UDAH BACA.
LOVE YOU...
KAMU SEDANG MEMBACA
I hate myself too
Random❛❛ Diantara luka dan lara, semoga kamu datang tak membawa nestapa ❞ __________________________________ Abrina Harsa Swastamita, Abrina yang berarti pembawa rezeki dan keberuntungan, Harsa yang berarti kebahagiaan, dan Swastamita yang berarti matahar...