11. 🌇I hate myself too🌇

83 10 10
                                    

Hallo guys up lagi nih, yang udah nunggu-nungguin akhirnya saya up.

Sorry kalo agak lama, soalnya author lagi sibuk, ini Alhamdulillah udah senggang jadi author up.

Happy reading guys...

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

Sekarang sudah pukul tujuh malam, semenjak kejadian Abrina hampir sekarat karna kelakuan Ayahnya itu, sampai sekarang Bayu belum pulang ke rumah. Sedangkan ibunya kemarin pulang tapi hanya numpang tidur dan sarapan setelah itu ia pergi lagi. Yah seperti ini kehidupan Abrina dan kedua orang tuanya yang gila kerja itu.

Abrina sekarang sedang berjalan menuju ke kamarnya setelah tadi turun ke bawah untuk makan malam. Saat melewati pintu kamar kakaknya ia menjadi ingat jika ia masih belum bisa membuka pintu perpustakaan pribadi kakanya itu.

Abrina turun ke bawah lagi dan mengambil kunci kamar kakaknya. Abrina kembali masuk ke kamar milik kakaknya ini, kamar bercat cream dengan semua dekorasi menambahkan kesan estetik.

Abrina duduk di pinggir kasur kingsize yang ada di kamar itu. Ia mengambil figuran kakanya yang terdapat di nakas samping ranjang.

"Kak, Sasa kangen banget sama kakak, kenapa kakak harus ninggalin Sasa, kakak cape ya punya adik kaya Sasa, Sasa nyusahin ya," air mata Abrina lagi-lagi tak bisa di bendung.

"Sebenernya apa penyebab kak Mala pergi, semua berita tentang kepergian kakak masih semu di aku, semuanya kaya, janggal, aneh,"

"Kak, papah sama mama, mereka masih sama. Andai kakak masih di sini, pasti aku ngga bakal kesepian kaya sekarang kak,"

"Kakak jangan sedihya di sana, Sasa pasti bisa dapetin jawaban dari semua pertanyaan ini,"

"Tunggu Sasa di pintu itu ya kak," ujar Abrin.

"Astaga, kenapa aku malah lupa sih, kan aku tadi mau cari kunci buat buka perpustakaan," karna terlalu terburu-buru figuran yang Abrina akan letakkan ke nakas malah meleset. Alhasil figuran itu jatuh ke lantai dan pecah.

"Astaga! Ceroboh banget sih aku, " gerutu Abrina pada dirinya sendiri.

Ia menyisihkan foto kakaknya sebelum membereskan pecahan kaca itu. Saat Abrina membereskannya ia menemukan sebuah kunci.

"Kunci, ini kunci apa? Perasaan tadi ngga ada deh. Atau jangan-jangan-

...

Malam ini meja makan keluarga Amarta bertambah dua orang, yaitu Septa dan Romi. Entah apa alasannya mereka tiba-tiba datang ke rumah Raden saat makan malam. Saat Raden turun dari kamar dua curut itu sudah anteng duduk di kursi yang ada di ruang makan.

"Ayam balado buatan Mami paling top deh!" Ucap Romi antusias, sedangkan Raden yang mendengarnya hanya memutar bola matanya.

"Pasti dong,"

"Aku mau tambah ya mi?"

"Bo-

"Ngga ya!" Raden mengambil mangkuk berisi ayam balado yang masih tersisa tiga potong. Enak aja main tambah, ini kan ayam balado kesukaannya.

"Sayang" tegur Widya, Mami Raden.

"Apa sih mi, orang ini punya aku. Lagian lo ngapain numpang makan di sini, kaga di kasih makan lo sama bonyok Lo!"

"Raden, jangan gitu ah," tegur Widya.

"Honeymoon," jawab Septa singkat.

"Hah?"

"Ck, bonyoknya si Asep lagi honeymoon, nah bonyok gue juga ikutan. Cape banget, kita di telantarin, ya ngga sep," ujar Romi melas.

"Honeymoon mulu mereka," sela Widya.

"Kita jangan kalah mi besok kita juga harus berang-

"Ngga ya Dad! Baru seminggu yang lalu lo kalian pergi honeymoon!"

"Iri kamu," sela Raja Dady Raden.

"Siapa juga yang iri," Raden memutar bola mata malasnya.

"Yaudah mi besok kita berang-

"Kalo kalian tetep mau berangkat besok, besok aku jugak mau ajak cewek ke OY*," Sela Raden dengan entengnya.

"HEH! APAAN OY*-OY*!" jawab Raja dan Widya bersamaan.

"Kalo sampe kamu ke tempat laknat itu, dady nggak segan-segan gusur tempat itu, dan coret nama kamu dari kk," ucap Raja.

"Dih siapa juga yang mau ke OY*," jawab Raden kemudian berdiri dari duduknya.

"Kalo bisa ke bintang lima kenapa harus ke OY*!" ucap Raden sambil berlari menaiki tangga sebelum sendal estetik milik dady-nya melayang.

Prak

Dan benar saja sendal estetik milik dady-nya melayang, tapi tak sampai mengenai Raden, karna ia sudah lari lebih jauh.

"Raden Dady kutuk kamu jadi CEO muda!"

Sedangkan Romi dan Septa hanya geleng-geleng melihat kelakuan keluarga Amarta ini, cool di luar bobrok di dalam.

...

Cklek

Pintu perpustakaan pribadi yang berada di kamar Mala akhirnya terbuka.

Ruang itu sangat gelap, Abrina mencari saklar lampu terlebih dahulu, setelah menelusuri tembok-tembok, akhirnya ia menemukan saklar lampu itu.

Terpampanglah rak-rak buku yang berisi buku penuh, dan ada satu meja belajar dan kursi.

Abrina menelusuri rak-rak buku yang kebanyakan berisi tentang sastra lama. Ia membaca beberapa judul buku, tapi tiba-tiba manik matanya terfokus pada sebuah buku yang berjudul, "Buanaku"

Abrina duduk di kursi yang ada di sana. Kursi itu berdebu, sebelum ia duduk di sana ia sedikit membersihkan kursi itu agar tidak mengotori bajunya.

Saat membuka halaman pertama Abrina di suguhkan dengan tulisan aksara Jawa " ꦮꦲꦶꦠꦶꦁ​​ꦠꦿꦺꦱ꧀ꦤꦺꦴ​ꦗꦭꦫꦤ꧀​ꦱꦺꦴꦏꦺꦴ​ꦏꦸꦭꦶꦤꦺꦴ "

Abirna tidak paham dengan tulisan itu, kemudian pada halaman selanjutnya Abrina di suguhkan dengan untaian kalimat, yang di tulis sendiri oleh Mala, karna terlihat dari tulisanya itu adalah tulisan Mala.

Aroma petikor setelah hujan
Aku masih ingat sekali
Dengan tempat itu
Titik temu sebagai penyatu
Kita berjalan mengikuti arusnya
Hujan perlahan turun
Menjadi saksi kita berjalan
Pada malam gelap tanpa bintang.

_BA_


_TBC_

Hallo guys gimana sama part ini, maaf ya kalo makin lama makin absurd, tapi semoga kalian suka<3

10-6-2022
















I hate myself tooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang