"Lo percaya yang namanya friendzone?"
Saldan mendongak. Menilik ke arahku,sahabat wanita satu-satunya yang berdiri di sampingnya sembari menunduk menarik tali backpack agar lebih erat merangkul punggung.
"Percaya."
"Kok bisa sih orang jatuh cinta ke sahabatnya sendiri?"
Saldan bangkit, meraih pundak ku agar lebih dekat dengannya.
"Dengerin gue! Dalam satu hubungan cowok-cewek, ga mungkin kalau salah satu ga menyimpan rasa suka."
"Dih, jangan bilang lo naksir sama gue!"
Saldan tersenyum.
"Kalau satu diantara kita ada yang memendam perasaan, gue pastiin orangnya adalah lo," Saldan tergelak.
"Dih, mimpi di siang bolong di tengah hutan... Gue mah ngeri lo di colong kunti."
Saldan tidak menjawab, masih sibuk mengecek backpack ku yang baru saja kupastikan aman sampai di puncak nanti. Diberi perhatian sedemikian rupa, membuatku berfikir sejenak, menenggelamkan pikiranku yang tiba-tiba melanglang jauh.
"Lo bisa janji ke gue ga, Sal?"
"Apa?"
"Jangan pernah suka sama gue! Gue ga mau kehilangan sahabat kaya lo."
"Kalau janji gue bisa bikin lo tenang, ya udah."
Saldan menjawab seakan semuanya memang tidak akan pernah terjadi, melontarkan kata seakan memang mereka akan bersahabat... Selamanya.
Dan aku.
Aku menyesal karena telah meminta Saldan berjanji saat itu.
~~~⛰️~~~
Oh.. Hai...
Namaku Wismaya Aluna. Ribet ya? Emang kebiasaan Pak Mulyadi kalo ngasih nama ga ada yang ga bikin orang harus baca dua kali. Dan, iya aku Wismaya, ga apa-apa panggil aja Maya, ada juga yang manggil Uwis yang kalau kata orang jawa artinya 'udah'.
Udah apa?
Udah gila.
Ini mungkin akan jadi sad story yang paling membosankan, tapi aku beneran ingin menceritakan ini. Tentang aku, suryaku dan gunung merbabu.
Sedikit tentang Saldan. Sahabat baik ku.
Saldan Agung Mahesa. Pria berusia 25 tahun yang menjadi sahabatku kurang lebih 10 tahun yang lalu, aku kenal dengan Saldan bukan bermaksud menjadikannya seorang teman, namun sialnya manusia berpostur jangkung itu malah menjadi satu-satunya sahabat priaku.
https://id.pinterest.com/pin/10203536646045484/
Saldan mengenalku terlalu baik, dia tahu detail tanggal-tanggal penting di hidupku, seperti tanggal lahir, tanggal bayar sewa apartemen, dan sialannya dia menghafalkan tanggal haidku juga. Dia akan bersiap dari pagi saat malam-malam aku mulai mengomel tidak jelas kepadanya, menarikku keluar dari ranjang untuk sekedar menemaninya berlari pagi atau berjalan keliling taman kota.
Saldan tahu password pintu apartemenku, dia akan menjadi sosok makhluk menyeramkan yang duduk di sofa dalam ruangan yang gulita, hanya tersorot cahaya layar smart tv sembari bermain ps5. Terakhir kali Saldan melakukan itu, aku hampir saja memukulnya dengan tongkat baseball.
"Udah hilang otak lu? Mau bunuh gue?" Omel Saldan, yang sepertinya mulai tidak tahu diri.
Selain Saldan, aku juga punya satu sahabat wanita. Aku tidak tahu kenapa bisa menjadikan dia sahabat 4 tahun lalu, melihat betapa jauh karakter yang kita miliki.
Karalia Ayyara. Nama estetik yang memuakkan.
Aku memanggilnya Aliya, walaupun dia selalu ingin dipanggil Kara."Jijik Al," Tukasku.
"Jahat banget anjing."
Lembut. Mungkin itu yang orang pertama kali simpulkan soal manusia yang selalu bau shampo itu, Aliya cantik namun ia sedikit manja. Tidak banyak yang bisa aku ceritakan tentang Aliya, tapi sederhananya... Aku sangat menyanyangi Aliya. Dia sudah ku anggap sebagai adik, mengingat aku adalah anak tunggal kesepian yang sebenarnya sangat haus oleh cinta.
Sumpah alay.
Selain mereka berdua, aku cukup mengenal beberapa sahabat Saldan. seperti Ozi (Fauzi Ilham) yang merupakan mahasiswa abadi tampan, usianya paling tua namun dia merasa paling muda diantara yang lainnya.
"May, pinjem ps."
Itu adalah kalimat yang sering Ozi kirimkan kepadaku lewat apkikasi chat WhatsApp. Jujur saja itu membosankan, jadi aku mengharuskan dia memakai bahasa asing ketika ingin meminjam ps5 ku.
Selain Ozi, aku juga mengenal baik sosok Hexa. Jangan berharap nama panjang, karena Hexa memiliki nama panjang yang sedikit jauh dari nama panggilannya, Haryanto. Asli Purworejo, sedikit aneh mirip alien tapi kenyataannya dia adalah murni manusia tanpa mutasi.
"May, pinjem gocap."
Limapuluh ribu yang kelima puluh ribu kali, dan Hexa tidak berniat mengembalikannya, jadi anggaplah aku ikut andil dalam membiayai hidup Hexa yang kurang berguna.
Terakhir adalah Naufal Ardelio. Pria manis dengan lesung di kedua pipinya, pria yang berhasil mencuri hati Aliya dan memacarinya sejak satu tahun yang lalu.
"May, Aliya dimana?" Pesan kelima setelah satu jam aku tidak membuka ponsel.
Ya ga tahu gue. Kan Aliya sama gue ga kembar siam yang kemana-mana selalu nempel.
"Gatau deh, telfon aja!"
"Kuota miris, May."
Bangsat, bangsat.
Semua orang kenapa sih pada ga modal?
Aku tidak tahu kenapa aku ada disini, bersama banyak orang menjengkelkan yang sama sekali tidak ingin ku singkirkan dari kehidupanku yang kurang terang.
Dan inilah kisahku.
Wismaya Aluna, dengan satu sahabat pria yang membawa tiga teman tidak berguna. Dan satu sahabat wanita yang lemah namun selalu menguatkannya.
Semuanya normal, berjalan baik-baik saja. Sampai akhirnya satu persatu mulai pergi, mengganti kalimat chat yang selalu sama setiap harinya menjadi sebuah chat yang terasa seperti kalimat pamit, mengakhiri semua kebiasaan yang sudah terlalu biasa sampai aku harus susah payah melupakannya.
"May.. Dateng ya!"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum 5 CM「COMPLETED」
Short Story📖 Short story 📖 Aku kehilangan Suryaku. Salahku karena merasa terlalu membutuhkannya hingga lupa kalau Surya tidak hanya bertugas untuk memberi namun juga harus mendapat. Cerita yang sebenarnya tidak ingin kuceritakan. Dariku yang merindukan Surya...