Hanya sebotol air mineral yang jadi saksi atas tanganku yang masih gemetar. Ini kali pertamaku mendaki gunung, dan ini juga kali pertamaku menjajaki merbabu. Aku tidak ingin membohongi siapapun bahwa sebenarnya aku kehilangan keberaninku. Sosok Maya yang biasanya akan maju paling depan dalam hal apapun kini lenyap, berganti dengan Maya yang lebih banyak bersembunyi di balik punggung Ozi.
Aku hidup di Semarang cukup lama, namun tak cukup lama untuk memantapkan diri menaiki gunung agung ini. Beberapa kali Saldan mencoba membujukku kesini, dengan kata-kata...
"Ayolah May, belum tentu kita besok satu kota lagi."
Aku tidak pernah mau karena aku percaya, kemanapun aku Saldan pasti akan berusaha untuk ikut serta.
Namun kali ini...
Hm... Mungkin Tuhan memang memberikanku kesempatan itu.
Saldan masih sibuk di saung bambu, kembali mengecek air dan juga stock makanan. Ini bahkan belum mulai pendakian namun dia terlihat gelisah sendiri.
"Lu udah makan?" Saldan mendekatiku, melihat isian botolku yang terguncang.
"Lu udah ga marah?" Pertanyaan bodoh yang keluar begitu saja dari mulutku ini rasa-rasa ingin ku makan kembali.
"Marah?"
"Cieeee udah ada benih-benih cinta nih antara Saldan dan Maya, aduh gue yang salting anjir," Hexa menggeliat-geliat, menatapku dan Saldan bergantian sembari terus melontarkan kalimat yang membuatku muak.
"Apaan sih bodoh, geli gue lihat lo," Naufal menoyor kepala Hexa, membuat laki-laki itu hampir terpelanting.
Saldan menghela nafas dalam lalu kembali memandangku. Satu tangannya naik mengacak pelan puncak kepala yang sengaja ku tutupi topi.
"Nih roti, gue bawa banyak. Kalau laper jangan ragu ngomong ke gue!" Perintahnya.
"Oiya..."
"Gue engga pernah bisa marah sama lo," Saldan meninggalkanku bersama dua buah roti isian coklat. Aku tidak akan bisa menghabiskannya, aku tahu. Tapi aku juga tidak akan memberikannya pada siapapun.Biarlah roti itu kusimpan untuk ku makan nanti.
"Saldan udah ga marah sama lu?" Aliya menghampiriku, mengikuti caraku memandang Saldan yang berjalan menjauh.
"Katanya dia ga marah."
"Maaf ya May," Ucap Aliya memaksaku menoleh.
"Tapi gue rasa, persahabatan kalian ga akan bertahan lebih lama."Aku terdiam, memilih memandang dua roti di genggamanku. Sejauh ini aku mengerti arti ucapan Aliya, dan aku sendiri juga merasakan hal yang sama. Entah aku yang akan menyerah dengan perasaanku, atau...
Saldan yang akan meninggalkanku.
Yang pasti aku tidak ingin kehilangannya. Dan apapun atau bagaimanapun kita nanti, aku tidak akan pernah lupa bahwa aku pernah ada di fase perasaan bimbang seperti ini.
"Berdo'a dulu sebelum berangkat," Saldan memimpin, menggiring rombongan untuk melingkar.
"Berdo'a sesuai agama dan keyakinan masing-masing. Mulai!"Hening.
"Cukup!"
"Inget ya! Kita berangkat berenam pulang juga harus berenam!"Aku masih mendengus, menatap raut wajah teman-temanku yang berubah serius. Hexa yang paling teliti, ia tidak mau kita kekurangan apapun nanti di atas.
"May," Satu kata yang mampu membuat degup jantungku terasa lebih teratur. Saldan merangkul pundak ku, tersenyum simpul sembari menatap tegas ke arah gerbang jalur pendakian selo.
"Apa?"
"Sebelum kita benar-benar naik, gue mau bilang makasih."
"Buat?"
"Gue ga pernah tahu apa jadinya gue kalau lu ga ada buat dorong gue... Gue ini payah dan keberadaan lu bikin gue merasa lebih payah. Tapi semenjak itu gue tahu, kalau gue mau lu tetep di samping gue, gue harus bisa mensejajarkan diri sama lo," Saldan masih tersenyum.
Entah kenapa jantungku kembali berdegup.
"Dan sekarang gue merasa jauh lebih baik, jadi sebelum kita melewati gerbang ini gue mau lu janji!"
Aku menghentikan langkahku, benar-benar tepat di bawah gerbang jalur pendakian selo, memutar haluanku agar bisa menatap Saldan lebih leluasa.
"Janji apa?"
Saldan menghela nafas dalam, menjulurkan kedua tangannya di pundak ku. Melekatkan pandangannya di dua manik ku yang sangat jelas menunggu jawabannya.
"Terus di samping gue May! Kita berjalan sejajar terus sampai akhir, ya!"
sumber : google.com
....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum 5 CM「COMPLETED」
Conto📖 Short story 📖 Aku kehilangan Suryaku. Salahku karena merasa terlalu membutuhkannya hingga lupa kalau Surya tidak hanya bertugas untuk memberi namun juga harus mendapat. Cerita yang sebenarnya tidak ingin kuceritakan. Dariku yang merindukan Surya...