Sabana 1

47 9 0
                                    

Meninggalkan hamparan edelweis di pos 3, ini waktunya untuk melanjutkan perjalanan. Mendaki jalur terjal ke Sabana 1, tempat terakhir yang akan kami lewati sebelum akhirnya memilih singgah dan menginap di sabana 2. Aku masih berat meninggalkan pohon teduh yang selama hampir setengah jam menjadi payung alam bagiku.

Aku masih berjalan di belakang Saldan, sesekali ia menoleh memastikan keselamatan rombongan dan melakukan ritual mengacak rambutku. Aku akan mengomel beberapa meter sebelum akhirnya menjerit karena hampir saja tergelincir. Saat itu terjadi Saldan akan bergantian mengomel.

Galak banget asli.

Kemiringan hampir 60°, membuat siapun harus memegang tongkat saat menanjak, setidaknya bisa digunakan untuk bantuan menopang diri.

Aku sendiri benar-benar mengandalkan tongkat ini. Terima kasih Ozi, sudah mengingatkanku untuk membeli track pool. kalau tidak, aku lebih memilih turun daripada naik tanpa bantuan kaki ketiga ini.

Aku mencoba melangkahkan kakiku selangkah demi selangkah, namun ternyata itu tidak cukup untuk mengejar rombongan di depan.

"Lemah banget sih lu May" gerutuku setengah berbisik.

Jarakku dengan rombongan semakin manjauh. sesekali aku mensengar hexa yang berada jauh di depan meneriakkan namaku.

"May siput luuu?" Aku bahkan sudah tidak ada tenaga untuk membalas ejekannya.

Satu langkah lagi, satu langkah lagi, satu langkah lagi dan

"Sssrrrtttttttt"

aku tergelencir saat berusaha menaiki sebuah undakan yang cukup tinggi, menggelinding beberapa meter hingga terantuk sebuah pohon yang entah itu pohon apa karena memiliki duri di bagian batangnya.

Aku tidak pingsan. Jeritan Aliya masih bisa kudengar dengan jelas, aku juga masih bisa merasakan cengkeraman tangan Saldan yang berusaha menggiringku untuk duduk. Saldan melepas sarung tangannya, mengusap wajahku yang tertutupi helaian rambut yang berantakan. Aku masih sangat ingat saat Saldan menghembuskan nafas kasar sebelum akhirnya memelukku.

"Beneran pengen lihat gue mati berdiri ya lu, May?" Saldan bersungut kesal setelah melepaskan tubuhku. Ia kemudian bangkit, manarik lenganku agar aku turut berdiri.

Kakiku sepertinya tertusuk ranting, tidak sampai pincang sih. Hanya saja itu sedikit membuatku harus berjalan lebih pelan dari sebelumnya.

"Kalian duluan aja! Ikutin pendaki lain!" Saldan kembali memberi instruksi pada yang lain, sedangkan dirinya kepayahan memapahku.

"Gak... gue ga apa-apa ditinggal. Biar gue balik ke pos tiga aja," Aku hanya tak ingin menjadi penghalang bagi temanku yang lain.

"Ga usah sok bisa, mau lu di makan harimau?" Saldan menoyor kepalaku.

Kasar banget, anjing emang.

Maaf.

"Ga apa-apa kalian duluan aja," Saldan kembali menoleh ke arah Hexa, Ozi, Naufal dan Aliya yang mematung di tempatnya.

Ozi bergerak mendekat setelah beberapa saat mematung menatapku. Aku tahu setelahnya ini pasti akan jadi bahan ejekan.

"Kan lu sendiri yang bilang, kita berangkat berenam pulang juga harus berenam," Ungkapnya menepuk pundak ku. Aku sempat tertegun, aku kira dia akan tertawa.

Aku memandangi yang lain dengan tatapan haru, mata Aliya masih berkaca-kaca, Naufal dan Ozi juga nampak masih kaget dengan tragedi itu. Masih bisa ku lihat dengan jelas raut khawatir Hexa yang tadi sempat menyumpahiku kesandung batu. Aku ingin memukul pundaknya kala itu sambil mengatakan bahwa aku tidak kenapa-kenapa.

Sebelum 5 CM「COMPLETED」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang