Rencana

67 11 1
                                    

Aku masih setia dengan laptop kesayanganku, duduk di meja belajar Saldan yang baru saja ku bersihkan. Bukan, maksudnya ku turunkan, semua isinya. Mungkin Saldan mengomel sebentar, namun karena aku adalah Maya si bebal, maka Saldan akan diam hanya dalam hitungan menit.

Percayalah, itu menyenangkan.

"Laper May," Saldan berguling dari posisi miringnya, masih dengan dua tangan yang memegang ponsel, mengendalikan hero nya dalam permainan mobile legend.

"Sama."

"Sono May masak mie!" Perintah Saldan.

"Dih, gue tamu ya."

"Nugget juga ada tuh, goreng sana, ah."

"Sianjing, gofood aja sih."

"Ngaco, sono ah udah numpang wifi belagu lagi."

"Awas lo ya sampai malem-malem ke apartemen gue cuma buat main ps! Gue ganti password apartemen gue, lihat aja!"

"Nyenyenye."

Aku terpaksa bangkit menuju dapur, walaupun sebenarnya ingin memukul batok kepala Saldan lebih dulu.

"Mana mie sama nugget sih, Sal?" Keluhku setelah membuka kulkas satu pintu yang penuh dengan catatanku sendiri, dan tidak menemukan satu pun makanan kecuali tahu goreng yang sepertinya dikirimi oleh Ozi seminggu yang lalu.

"Di warung lah."

Aku tertegun.

Anjing.

"Maksud lu, gue harus beli dulu gitu?"

Saldan hanya tertawa, ia mungkin tidak tahu kalau aku bisa saja menusuknya dengan pisau saat itu juga.

"Udahlah gofood aja!"

Hari-hari seperti itu sudah terlalu biasa bagiku, aku akan datang ke kosan Saldan saat wifi di apartemenku tiba-tiba tidak bisa digunakan. Menghabiskan waktu bertengkar dengan laki-laki yang bahkan tidak risi saat aku tiba-tiba menyusulnya rebahan di kasur lantainya. Kosan dua petak ini sebenarnya nyaman namun terlalu berantakan karena Saldan tidak sempat mengurusnya dengan baik, mahasiswa gitulah ya bahasa kerennya padahal mah jarang masuk.

Hari itu Saldan berjanji dengan Ozi dan Hexa untuk mabar, kadang aku akan ikut mabar, tapi aku main pubg. Kita akan berteriak dalam masalah yang berbeda-beda.

Berisik?

Iya sadar, sudah sering di gedor-gedor ibu kontrakan juga kok.

"Sumpah ini siapa sih user mamaeren? Beban sialan," Umpat Naufal yang tidak bergabung dalam satu ruangan karena harus menemani Aliya ke salon untuk mengecat rambutnya.

"Pasti cewek nih," Timpal Hexa.

"Why always cewek?" Aku tidak terima walaupun memang benar kebanyakan cewek itu beban.

"Ga usah komen May, lu bukan cewek."

Babi juga ya Hexa.

"Kalo lu cewek mana mungkin kalian bisa sahabatan sepuluh tahun tanpa pacaran," Naufal nimbrung.

"Atau jangan-jangan Saldan yang cewek."

"Matamu."

"Eh tapi, kita kan bentar lagi sidang. Masa empat tahun ini mau di akhiri dengan sia-sia sih?" Hexa meletakkan ponselnya yang sedang buffering.

"Mau ngapain? Ga ada bercanda ya!" Ucapku sudah lelah dengan ide gila Hexa yang terakhir memintaku menjadi manusia silver untuk meminta sumbangan banjir Banten.

"Kita harus bikin kenang-kenangan sih, habis sidang kita harus jalan-jalan!" Saldan berkomentar.
"Gue kan harus balik ke Semarang setelah lulus S1."

"Dih masa lu ninggalin gue, Sal?" Hexa mengguncang tubuh Saldan yang tengkurap.

"Ga usah lebay, rumah lo di Purworejo doang. Jalan kaki juga lumpuh," Saldan nyengir.

"Ya kalo lumpuh, kalo dibegal gimana?"

"Nanti gue siapin dulu ilmu kebal."

"Najis mistis!" Hexa menoyor kepala Saldan, membuat laki-laki itu sedikit miring dari posisi awalnya.

"Berisik banget lo pada," Omelku lelah, mereka kalau bertengkar mirip perempuan.

"Jadi kita kemana nih?" Hexa nampak masih bersemangat, mungkin memang Tuhan memberi pikiran pada Hexa kala itu agar kami benar-benar bisa pergi... Berlibur berlima untuk terakhir kalinya.

"Ke Merbabu aja yuk. Gue sama Maya deket, lo juga deket nanti Ozi biar nginep di gue, Aliya di rumah neneknya Maya, Naufal..." Saldan berfikir sejenak.

"Mana ga punya ongkos," Naufal masih menyahut dari dalam game nya.

"Jogja deket ya anjing, ntar biar Hexa jemput."

"Dih gue?" Hexa protes.

Protesan Hexa hanya mendapat tatapan sinis dari semua yang ada dalam satu ruangan bersamanya, termasuk Ozi yang sedari tadi diam saja. Katanya lagi sariawan tiga tempat di lidah.

"Ya udah tapi beliin bensin!" Hexa cemberut, melempar ponselnya asal.

"Beres. Solar, kan?" Naufal terkekeh.

"Asu, naik truk sapi aja lu."

Aku hanya terkekeh, malas menimpali pertengkaran laki-laki yang kurang penting bagi kesejahteraan rakyat Indonesia ini. Dan semenjak saat itu pembahasan yang menjadi topik utama saat kita berkumpul tak pernah lepas dari Merbabu, ada bagusnya karena mengurangi intensitas para laki-laki dalam bermain game. Namun dengan mereka aku tak pernah berharap pembahasan itu mencakup hal penting. Karena faktanya, terakhir kali kita berkumpul, Hexa dan Saldan malah membicarakan hantu pendaki wanita, macan loreng dan mitos jembatan setan.

Random kan?

Makanya aku sempat pesimis kalau perjalanan itu tidak akan pernah terjadi.

Tapi aku bisa pastikan, tidak ada yg lebih menyenangkan dibanding mendengarkan perdebatan kecil antara kita berlima. Aku merindukan itu, kalian harus percaya.

Akan ada masanya... Kita merindukan hal yang dulu terasa sangat membosankan.


 Kita merindukan hal yang dulu terasa sangat membosankan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

https://i.pinimg.com/736x/21/a5/8e/21a58e12d8c2eb326796bab2c466c2a3.jpg

-

Sebelum 5 CM「COMPLETED」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang