Basecamp

42 10 2
                                    

Lembayung senja sudah menggantung di ufuk barat, aku mencoba meneliti gerak matahari yang semakin turun meninggalkan bumi. Memberi gelap yang kemudian akan diterangi cahaya temaram dari bulan yang menurut kalender akan menyerupai bentuk sabit nanti malam.

Kami sudah sampai di kampung terakhir lereng Merbabu, atas perintah Saldan yang mengetuai kami, akhirnya rombongan  memantapkan diri untuk tinggal di salah satu rumah warga.

Aku masih mendengar tawa Aliya yang pasti sedang bergurau dengan Naufal dari dalam dapur, mereka mungkin berinisiatif membantu yang punya rumah untuk menyiapkan makan malam, sementara Hexa sibuk mencari sinyal, Ozi tidak banyak bicara setelah tadi terpeleset dan masuk ke kolam lele, dan Saldan...

Dia di sampingku.

Duduk tenang sembari makan kacang garuda. Laki-laki itu betah saja menemaniku yang sangat random menatap matahari, tidak ada percakapan khusus, hanya obrolan tak bermutu tentang dirinya yang ingin membangun desa konoha di lereng merbabu.

"Ntar gue jadi hokage ya, May... Lu ntar jadi anbunya."

"Anbu apa anjir? Pasti yang pekerja wanita malam," Aku mengomel walaupun tidak menatap Saldan.

"Kotor otak lu, anbu itu kalau di Indonesia namanya intel."

Aku menautkan alis, menatap Saldan dengan pandangan penuh tanya.

"Intel??? Core?" Celetuk ku yang membuat Saldan menggaruk tengkuknya sendiri.

"Bodoh... Bodoh..."

Aku hanya terkekeh.


https://i

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

https://i.pinimg.com/736x/10/7c/a2/107ca2d9e4f618123a23e3a70dcef02e.jpg


Benar saja, malam ini bulan sabit yang menerangi bumi. Ditemani beribu-ribu bintang yang gemerlap di segala penjuru langit. Aku masih dengan roti coklat yang Saldan berikan, meremas sisi kosong plastik sembari menatap bintang yang berkedip paling intens.

"Cantik ya nduk?" Seorang ibu dengan baju daster motif batik menghampiriku, menyuguhkan secangkir teh hangat yang diberi sepotong jahe bakar.

Aku mengangguk.

"Ibu pasti betah ya tinggal disini?"

"Betah dong... Ibu punya suami yang pengertian, anak-anak yang pintar dan juga rumah yang yaa walaupun sederhana tapi milik sendiri."

Ibu ini, aku beberapa kali melihatnya. Bahkan saat rombonganku datang Ibu ini adalah yang pertama menyambut, mempersilahkan kami istirahat sembari menyiapkan minuman dingin.

Namanya Bu Arum.

"Kamu asli Semarang apa orang luar?"

"Asli Semarang, Bu... Kebetulan kuliah di Jakarta, terus milih liburan di Merbabu," Jelasku panjang.

Sebelum 5 CM「COMPLETED」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang