Sekitar jam 2 pagi Haruto keganggu sama bunyi hpnya.
Haruto baru tidur satu jam lalu dan dipaksa bangun gegara bunyi telfon.
"Apasih sialan" umpat Haruto pelan.
Nomor tidak dikenal.
"Halo?"
"Halo? Anda salah satu keluarga bapak Watanabe Hanbin?"
Haruto sontak bangkit dari tidurnya, "Iya saya anaknya. Ada apa?"
"Begini bapak Hanbin mengalami kecelakan beruntun. Bisa kamu datang ke rumah sakit XXX?"
Dunia Haruto serasa berhenti. Tangannya gemetar.
"S-saya kesana dalam 15 menit" kata Haruto.
Tanpa ganti baju Haruto langsung pergi rumah sakit tempat ayahnya dirawat.
.
.
.
Rambut acak-acakan, kaos dan celana selutut. Haruto berlari dilorong rumah sakit.
Mencari ruang operasi ayahnya.
Nafas Haruto ngga terkontrol pas sampai depan ruang operasi ayahnya.
Ngga ada siapapun disana, karena hanya Haruto dan ayahnya selama ini.
"Anda keluarga bapak Hanbin?" salah satu suster menghampiri Haruto.
Haruto mengangguk.
"Bisa ikut saya sebentar. Salah satu dokter yang tadi sempat menangani bapak Hanbin ingin berbicara dengan anda"
Tanpa banyak bicara Haruto ngikutin suster ke ruang dokter.
"Silahkan duduk"
Haruto masih diam seribu bahasa. Terlalu shock dengan semuanya.
"Bapak Hanbin mengalami tabrakan beruntun dan parahnya mobilnya berada ditengah. Membuatnya terhimpit. Karena kondisi bapak Hanbin yang terlalu parah membuat kami langsung mengoperasinya tanpa meminta persetujuan anda. Saya mewakili pihak rumah sakit meminta maaf" kata dokter lelaki itu.
Haruto mengenggenggam ujung kaosnya erat, "Apa ayah saya bisa diselamatkan?"
"Saat ini kami hanya berharap pada takdir Tuhan"
Haruto tertawa miris. Haruto tidak menangis, namun hatinya berteriak kesakitan.
Haruto pergi dari ruang dokter tersebut tanpa pamit.
Langkahnya terasa berat untuk kembali ke ruang operasi.
Dia dudukan dirinya dibangku yang tak jauh dari ruang operasi.
Haruto menundukan kepalanya, tangannya saling menggenggam.
Berdoa pada Tuhan.
Ayahnya adalah satu-satunya yang Haruto punya. Tolong jangan ambil darinya.
Biarkan ayahnya hidup sedikit lebih lama lagi.
.
.
.
Junkyu yang pagi-pagi denger kabar kalo ayahnya Haruto dibawa ke rumah sakit langsung aja nyusul kesana.
Saat sampai dirumah sakit mata Junkyu bergerak liar, nyari keberadaan Haruto.
Langkah Junkyu berhenti ngga jauh dari ruang operasi ayahnya Haruto.
Disana Junkyu ngeliat Haruto yang duduk tertunduk sendirian.
Perlahan Junkyu berjalan mendekat.
Cowok dengan tinggi 179cm itu nyentuh pundak Haruto.