18

1.5K 193 25
                                    

Sebulan kemudian.

Saat keduanya sudah memutuskan untuk tinggal bersama di satu rumah yang baru.

"Sayang" panggil Haruto yang baru bangun.

Keluar kamar dan nyari Junkyu.

Di rumah baru, lingkungan baru dan dengan identitas baru.

Rumah baru mereka jauh dari rumah orangtua Junkyu.

Bahkan dilingkungan baru ini ngga ada yang kenal Haruto sama Junkyu.

Kata Haruto sih biar benar-benar totalitas buka lembaran barunya.

Bahkan mereka mengenalkan diri mereka ke masyarakat sekitar adalah kakak adik.

"Junkyu" teriak Haruto lebih keras.

"Didapur" balas Junkyu ngga kalah keras.

"Lagi ngapain?" tanya Haruto sesampainya didapur. Duduk dikursi meja makan.

"Cuci piring. Buat sarapannya kita keluar aja ya. Sekalian beli beberapa barang" kata Junkyu sambil nyerahin minuman jus instan ke Haruto.

Haruto ngangguk.

Junkyu ngebasahin bibirnya. Ada sesuatu yang mau diomongin soalnya.

"Kalau ada sesuatu, ngomong aja" kata Haruto tanpa ngalihin pandangannya dari jusnya.

Junkyu ngehela nafas. Haruto emang paling peka.

"Pas kamu bilang masalah bayi tabung itu gimana? Serius?" tanya Junkyu pelan.

Harus hati-hati. Masalah sensitif.

"Kalau kamu mau. Aku ngga maksa"

"Kalau masalah nyariin cewek? Serius juga?" tanya Junkyu lagi.

Haruto terdiam. Negakin badannya.

"Kamu mau?" tanya balik Haruto.

Junkyu sontak geleng kepala, "Engga mau. Aku ngga suka, nanti juga bakal nyakitin kamu juga"

"Engga papa kok. Aku malah seneng kamu mau bayi tabung atau pakai cewek. Papah kamu berhak gendong keturunan kamu" kata Haruto lembut.

Meski dalam hati sakit.

Ngebayangin Junkyu pakai bayi tabung aja udah sakit apalagi pakai cewek lain.

Jujur, Haruto lebih pengin adopsi anak. Dengan kata lain itu anak bukan miliknya ataupun Junkyu.

Jadi mereka akan memulai bersama.

Bukan memulai dari salah satu sperma keduanya.

Tapi balik lagi. Haruto bakal ngutamain Junkyu.

Apapun keputusan Junkyu, Haruto terima.

"Ngga deh, Ru"

"Coba dulu, Junkyu. Papah mamah kamu pasti seneng"

Junkyu terdiam. Dia dilema.

"Orangtua mana yang ngga pengin liat anaknya punya bayi. Selagi orangtua kamu masih hidup ngga ada salahnya nyenengin mereka kan" kata Haruto lagi.

"Bahagian orangtua kamu selagi masih ada kesempatan"

Junkyu perlahan natap kedalam mata Haruto.

Junkyu tau tatapan itu.

Junkyu bergerak duduk disebelah Haruto, "Kenapa kamu kaya gitu? Hati kamu bakal sakit, Ru"

Haruto geleng kepala dan meraih tangan Junkyu. Menggenggamnya.

"Aku udah egois dengan ngambil kamu dari orangtua kamu. Untuk kedapannya aku ngga bisa terus-terusan egois. Maaf Junkyu" kata Haruto sambil nunduk.

Junkyu ngegigit bibirnya. Ngga kuat ngeliat Haruto merasa rendah diri lagi.

LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang