9

1.4K 210 30
                                    

"Tapi sebelum itu, ayo kita ngelakuin itu buat yang terakhir kali"

Junkyu ngalungin tangannya di leher Haruto pas Haruto ngegendong dia didepan.

Perlahan Haruto ngerebahin Junkyu. Mata Haruto memandang Junkyu dengan tatapan memuja lebih dari apapun yang pernah Haruto puja selama hidupnya.

Jemari Junkyu ngusap pipi cowok yang udah berhasil bikin hatinya berantakan, "Forget about it for a second. And just going to heaven with me right now" bisik Junkyu didepan wajah Haruto.

Haruto senyum tipis.

Mungkin saat Haruto buka mata dikeesokan harinya bakal jadi hari terberatnya.

Tapi untuk beberapa jam ini. Dunia adalah milik mereka berdua.

Junkyu narik kerah baju Haruto, ngebuat bibir yang saling merindukan satu sama lain bertemu.

Haruto memperdalam ciumannya tanpa memedulikan air mata Junkyu yang kembali keluar.

Junkyu sendiri nyalurin emosinya melalui rematan jemarinya dirambut belakang Haruto.

Haruto lebih dulu ngelepas ciumannya sekedar buat ngelepas kaosnya.

Junkyu diem memperhatikan setiap inch tubuh Haruto. Menyimpannya baik-baik dalam ingatan.

Haruto bergerak ngecup kedua mata Junkyu, pipi, hidung dan berakhir ngelumat dengan basah bibir Junkyu.

"Mine. Always mine" kata Haruto setelah ngelepas ciumannya.

Kemudian tangan Haruto bergerak buat matiin lampu tidur dimeja sebelah kasur Junkyu.

Biarlah cahaya bulan yang menjadi saksinya untuk malam ini.

Malam dimana mereka kembali melebur menjadi satu.

.

.

.

Pukul 5 pagi Haruto ngebuka matanya. Saatnya untuk menghadapi kenyataan.

Haruto nyari bajunya yang semalem dilempar ke sembarang arah dan selama Haruto pakai baju sebenarnya Junkyu sama sekali ngga tidur.

Cowok itu cuma mejemin mata karena ngga mau semakin sakit ngeliat Haruto yang bakal ninggalin dia. Untuk waktu yang entah sampai kapan.

Kasurnya sedikit bergerak tanda Haruto kembali ngedeket.

Sunyi.

Haruto cuma duduk sambil merhatiin wajah Junkyu yang damai banget pas tidur.

Perlahan jemari Haruto menyusuri wajah Junkyu dari mata, hidung dan berakhir dibibir cowok dengan tinggi 179 cm itu.

Haruto lantas berbisik pelan, "Maaf dan terimakasih. You're always my everything, Kim Junkyu"

Setelahnya Haruto pergi ninggalin Junkyu.

Sepersekian detik berikutnya Junkyu ngubah posisi tidurnya dengan milih nenggelemin wajahnya ke bantal.

Junkyu nangis.

"Sialan, sakit banget" Junkyu ketawa pelan dalam tangisnya. Puncak dari rasa sakitnya.

Junkyu ngga tau kalo Haruto diam-diam masih berdiri dibalik pintu balkon yang tertutup korden. Cowok itu juga cuma bisa ngetawain takdirnya sekarang.

Ngga mau berlama-lama lagi Haruto milih turun. Haruto lebih ngerasa sakit pas denger tangisan Junkyu.

.

.

.

Pesawat Haruto akan benar-benar berangkat.

LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang