The New Student

1.4K 231 12
                                    

Sonya memberitahu bahwa hari ini adalah hari pertama jadwal Alisa akan mengajar. Gadis itu berpikir bahwa Sonya benar-benar mengenal jadwal kuliahnya dengan baik. Sehingga bisa mengatur jadwal privat sampai demikian sempurna.

Jadwal privat tiga hari berturut-turut sejam setelah salat Ashar juga disesuaikan dengan jadwal Excel di sekolah. Jadi Alisa bisa langsung ke rumahnya selepas kuliah. Sedangkan hari yang lain kebetulan memang hari libur.

Setelah beres-beres kamar pagi itu, Alisa bersiap menuju ke rumah sang siswa baru berbekal alamat yang diberikan Sonya padanya. Jaraknya lumayan jauh dan Alisa sedang tidak ingin berjalan kaki, karena itu dia menggunakan skuter Sonya satu-satunya kendaraan yang ada di kontrakan mereka. Alat transportasi itu hanya digunakan untuk keperluan berbelanja, atau jika ada urusan-urusan penting keluar rumah, tapi tidak untuk kuliah. Kak Arlan yang menghadiahkannya, dan mereka semua boleh memakainya. Alisa bersyukur, di saat seperti ini ada skuter itu yang bisa menyelamatkan hari-harinya untuk mengajar.

***

Alisa menatap sebuah rumah elite di hadapannya. Dia melangkah pelan memasuki halaman rumah dan menekan bel memberitahu bahwa ada dirinya yang saat ini berdiri di depan pintu. Rumahnya terlihat sepi, dan mata Alisa tidak bisa untuk tidak memperhatikan sebuah mobil yang terparkir di halaman. Sadar atau tidak, dia seperti pernah melihat mobil itu tapi tak ingat di mana.

Perhatiannya teralih saat pintu kemudian terbuka memperlihatkan seorang Ibu berjilbab yang Alisa pikir pasti adalah orang tua dari calon siswanya. Sonya waktu itu bilang namanya Bu Ayu. Terlihat seumuran dengan Mamanya.

"Assalamu'alaikum, Bu. Saya Alisa."

Belum sempat Alisa menjelaskan lebih jauh, Ibu di depannya ini sudah lebih dulu terlihat antusias seperti sudah mengenal dan tahu maksud Alisa datang ke rumahnya pagi ini.

"Oh iya, Alisa yang guru privatnya Excel, kan? Silakan masuk." sabutnya ramah membuat ketegangan di pundak Alisa berkurang seketika.

Alisa diajak menuju sebuah ruangan yang sepertinya tempat belajar anaknya, sambil terus bercerita tentang putra bungsunya yang sebelumnya tidak tertarik belajar tiba-tiba meminta ingin dicarikan guru privat matematika.

Alisa tidak pernah mempermasalahkan hal seperti itu. Sebelumnya dia juga sudah pernah memberikan privat dan tidak begitu memikirkan alasan siswa-siswanya memilih belajar. Yang penting mereka punya minat dan tekad untuk menuntut ilmu, semuanya bukan jadi masalah.

Mereka berdua tiba di depan pintu sebuah ruangan belajar. Dan anak yang dimaksud, terlihat sedang duduk dengan tenang di depan meja belajar sambil mencatat-catat sesuatu. Saat menyadari ada orang lain di dekatnya, kepalanya terangkat dari bukunya dan beralih menatap ke arah pintu. Bukan melihat Mamanya, tapi padanya. Dan Alisa tahu tatapan itu, sepupu Alisa yang kecil saat tidak suka dengan seseorang, wajahnya akan terlihat seperti itu.

“Ini Excel anak bungsu saya. Usianya sudah sepuluh tahun.”

Dan meski sudah dijelaskan demikian, tatapan bocah di depan Alisa ini belum berubah sedikitpun, saat berikutnya dia berujar, “Mama, aku nggak suka sama dia, cariin yang lain aja.”

Alisa menatap tidak percaya. Apa benar anak kecil di depannya ini baru saja menolaknya? Alisa mengerti, dia masih kecil dan pasti mengatakan hal seperti itu sudah bukan lagi hal yang tidak biasa. Tapi jujur saja, seumur hidupnya ini pertama kalinya dirinya mendapat perlakuan seperti ini dari seorang anak kecil dan calon siswanya sendiri. Bohong jika Alisa bilang dirinya tidak kecewa: bayangkan saja senangnya dia saat Sonya memberitahu tentang hal ini, atau saat dia berangkat pagi ini dengan niat untuk mengajar. Siapa yang bisa menebak akan terjadi hal seperti ini?

Tapi dia sadar tidak bisa berbuat apa-apa. Lagipula Excel tidak mungkin dipaksa untuk menerimanya menjadi guru. Sekarang sebaiknya Alisa berusaha untuk mengerti dan ikhlas untuk pulang saja.

SENIOR NYEBELIN BANGET [END] YIBO X LISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang