Show Time

991 200 32
                                    

Alisa sibuk membolak-balik materi presentasenya. Bundel itu tidak pernah lepas dari tangannya. Senin nanti dia sudah harus tampil, dan kerja kelompok terakhir dilakukan besok hari. Dia tidak lelah bercuap-cuap di sepanjang rumah. Teman-temannya mengerti, Alisa akan menghadapi presentasi sebentar lagi, jadi mereka mentoleransi kelakuannya yang sebenarnya sangat mengganggu itu.

Sejak keluar dari kamar sudah bergaya seperti juru bicara atau pemandu wisata menjelaskan berbagai hal dengan mimik dan gerakan yang sudah diatur sedemikian rupa. Menuruni tangga sambil matanya tidak lepas dari bundel. Suaranya terus menggema seisi rumah, bahkan ketika masuk ke kamar mandi pun dia membawa bundel itu. suaranya masih terdengar samar berbicara sendiri di dalam kamar mandi, lalu kembali menggaung saat pintu kamar mandi kemudian terbuka.

Dia bahkan memaksa teman-temannya untuk berpura-pura menjadi audiens mendengarkan penjelasannya dari awal sampai akhir. Dan yang lebih parah, menyuruh mereka untuk bertanya dan memberikan komentar. Itu artinya temannya tidak boleh hanya sekedar pasang wajah dan duduk manis, mereka juga harus memasang telinga dan fokus mendengarkan pembahasan Alisa tentang mesin kapal selam yang sama sekali membosankan.

"Kan nambah ilmu."

Itu katanya saat Mawar mengeluh kenapa harus memberikan pertanyaan segala. Mereka akhirnya pasrah dan menyimak setiap rangkaian kata yang diucapkan Alisa.

Mina dan Nayla menunggu Alisa di luar toilet kampus siang ini sambil menenteng bundelan bersampul biru yang menjadi teman dekat Alisa juga belakangan. Mina juga memosisikan diri sebagai seorang moderator mendalami perannya nanti sebelum benar-benar tampil. Nayla ikut andil dalam pembuatan gambar bertugas menjelaskan bagian-bagian tubuh kapal selam secara detail menyeluruh bersama Richi.

"Alisa! Cepetan dong, ditinggal Richi tuh!"

Mina berteriak dari depan cermin toilet sudah tidak sabar menunggu Alisa yang sepertinya ketiduran di dalam sana, lama sekali.

"Sabar dong!" balas Alisa yang kemudian muncul sambil merapihkan rambutnya di depan cermin.

Mina langsung mengangsurkan totebag Alisa yang segera mengokangnya di punggung. Di sana tergantung gelang yang sudah disatukan dengan ukiran nama pemberian Edward.

"Kamu tau kan Richi gimana. Kalau udah bilang cepet, yah harus cepet. Kalau nggak yah beneran ditinggal. Kan maled kalau mesti naik grab ke rumah Kai padahal ada tumpangan. Apalagi bisa hemat." Seloroh Mina yang membuat Alisa dan Nayla geleng-geleng kepala heran mendengarnya.

"Ya udahlah sih, ditinggal juga nggak apa-apa. Jangan mau-maunya ditindas ama Richi."

Mina menanggapi komentar Alisa dengan tatapan datar yang sudah pasti maknanya 'negatif'.

Dari jauh Richi dengan tatapan kesal menunggu mereka tidak sabar di samping pintu mobilnya.

"Dari mana aja sih, Alisa? Lo udah kayak tuan putri tau gak. Gue udah bete nih nungguin sampe dehidrasi."

Richi mengomel kesal menatap Alisa tidak suka. Dia terpaksa harus menunggu cewek-cewek ini karena Kai menyuruhnya mengantar mereka langsung ke rumahnya. Alisa terlihat kesal diperlakukan Richi seperti itu. dari kemarin-kemarin memang cowok itu suka banget stress sambil marah-marah padanya untuk hal-hal sepele, seperti terlambat datang setiap kali kerja kelompok, kadang salah saat presentasi dan selalu pulang lebih cepat dari yang lain.

Kai sendiri tidak pernah mempermasalahkan hal itu, tapi Richi? Dia selalu saja marah-marah. Dan kali ini sepertinya Alisa tidak tahan lagi. Selama ini dia menahan diri tidak ingin membalas karena merasa dirinya memang bersalah, tapi bukan berarti Richi bisa seenaknya terus-terus menyalahkannya seperti itu.

SENIOR NYEBELIN BANGET [END] YIBO X LISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang