Ukiran Hati

1.2K 211 72
                                    

"Saya sudah periksa masing-masing judul materi yang kalian ajukan. Jujur saja, bagi Bapak semuanya menarik. Materinya lain dari yang selama ini Bapak tangani."

Pak Hasan mengedarkan pandangan ke sekeliling kelas. "Ingat, proyeknya akan kalian presentasikan minggu depan. Jadi tolong persiapkan materi kalian dan lakukan yang terbaik."

Semua wajah terlihat tegang. Beberapa mahasiswa sibuk berkasak-kusuk.

"Hasil presentasi akan menjadi nilai utama kalian di mata kuliah Bapak nanti. Tapi ingat, meski berkelompok, penilaian tetap per individu."

Kalimat terakhir itu membuat seluruh kelas jadi riuh yang tadinya hanya bisik-bisik, sekarang berubah menjadi ungkapan protes dengan kebijakan itu. meski begitu, keputusan pak Hasan sudah bulat. Dan tahun-tahun sebelumnya memang sudah seperti itu.

Alisa terlihat sedikit khawatir, begitupun dengan Mina dan Nayla. Sedangkan Kai dan Richi, mereka tidak pernah memandang apapun tentang masalah kuliah adalah beban.

Selesai dengan sambutan singkatnya, Pak Hasan melanjutkan kuliah hari itu. Bagi mahasiswi jurusan Matematika seperti Alisa, mata kuliah Fisika hanya akan muncul sekali. Jadi dia harus bisa mendapatkan hasil yang terbaik untuk mata kuliahnya kali ini. Apalagi dosennya orang hebat seperti Pak Hasan. Bagi semua mahasiswa, beliau adalah dosen Fisika terhebat dan yang paling disegani di kampus.

Saat sedang serius menulis, Mina malah iseng menusuk-nusuk ujung pensilnya yang runcing ke arah tangan Alisa. Meski terganggu, Alisa berusaha tidak menghiraukannya. Dia terus berkutat pada setiap rumus yang dituliskan Pak Hasan di whiteboard.

"Alisa!" tegurnya sambil berbisik. Alisa meiliriknya kesal hanya sekilas lalu kembali menulis.

"Kai!" bisik Mina lagi dengan merapatkan mulutnya ke telinga Alisa.

Alisa yang mendengar nama Kai disebut langsung berbalik dan menatap Kai ke bangkunya di paling belakang. Tapi Kai baik-baik saja, maksudnya biasa-biasa saja. Dia juga sedang sibuk mencatat setiap hal yang menurutnya penting dalam bukunya.

Alisa kemudian kesal menyadari Mina barusan mengerjainya. Dia melotot tajam ke arah Mina yang ternyata sejak tadi menahan senyumnya.

Mina jadi sering menggodanya dengan Kai sejak tahu, bahwa Kai pernah membantunya dan mengajaknya berangkat bersama ke kampus.

Tidak ada yang memberitahu itu melainkan teman-temannya yang terlalu cepu dan hobi bergosip. Sedangkan soal Kai yang pernah membantunya, cowok itu sendiri yang bertanya ketika mereka sedang kerja kelompok, "Motor lo gimana?"

Alhasil Mina dan Nayla meliriknya selidik ditambah Richi yang makin gencar membuatnya kesal.

Satu per satu teman-temannya mulai berhamburan keluar kelas. Alisa juga sudah selesai merapikan buku-bukunya saat tiba-tiba Mina menarik tangannya, membawanya ke belakang kelas-tempat Kai dan Richi.

"Kerja kelompok siang ini di rumah gue. Kita akan melakukan pembagian tugas sampai presentasi nanti. Kita harus serius kalau ingin menjadi yang terbaik." Pidato Kai di hadapan teman-teman kelompoknya disambut dengan tatapan Richi yang penuh khidmat, dan ketegangan di wajah Alisa, Mina dan Nayla.

"Dan ingat, gak ada jam karet lagi. Kalau terlambat bakal dapat hukuman." Tegasnya sambil melirik Alisa, Mina dan Nayla.

Meski sebenarnya Alisa yang paling merasa tersindir dengan hal itu, mengingat dirinya seorang yang pernah terlambat.

Alisa, Mina dan Nayla merenung di kantin kampus setelah penyampaian Kai tadi. Ketiganya hanya terdiam sambil sesekali menyeruput jus yang dipesannya.

"Maksud Pak Hasan tadi soal 'nilai individu' apa sih?" tanya Mina akhirnya membuka pembicaraan.

SENIOR NYEBELIN BANGET [END] YIBO X LISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang