"Assalamu'alaikum."
Alisa terkesiap. Edward tiba-tiba muncul sambil menatapnya lurus. Alisa juga diam tidak tahu harus berbuat apa.
"Kamu gak menjawab salamku?"
Ya ampun, benar.
"Wa'alaikum salam." ujar Alisa cepat.
Dia ingat, tadi sepulang dari berkunjung ke rumah Edward, Mamanya berpesan agar Edward menginap di rumahnya dulu, rumah Alisa. Para keluarga sudah sebagian besar pulang. Excel dan teman-teman Edward juga sudah pulang. Dan Edward baru saja kembali dari salat Isya berjamaah di masjid bersama Arlan dan Papa Alisa.
"Boleh duduk?" tanya Edward sambil berjalan ke arah tempat tidur.
Alisa hanya mengangguk tanpa mampu berkata-kata. Tentu saja, hari pertama bersama seorang laki-laki di dalam ruangan yang selama ini menjadi area pribadinya di rumah.
Dan laki-laki ini meski sekarang dia sudah berstatus sebagai suaminya, tetap saja masih cukup membuatnya tidak terbiasa dengan kehadiran sosok laki-laki. Edward pasti mengerti dengan sikapnya, benak Alisa.
Edward bergerak mengusak rambutnya, sambil meraih mushaf Alisa di meja. Dia mulai serius membaca Al-Qur'an.
Alisa mencoba menenangkan dirinya lalu ikut duduk di samping Edward. Dia melirik laki-laki itu seakan ingin mengatakan sesuatu, tapi kemudian memutuskan menunggu sampai Edward selesai membaca. Baru sampai satu halaman, Edward berhenti lalu melirik Alisa.
"Kenapa?" dia tahu betul istrinya ini ingin mengatakan sesuatu.
Karena Edward akhirnya bersikap menanggapinya, Alisa tidak perlu lagi memelihara perasaan canggungnya. Selama ini memang tidak pernah menahan dirinya jika ingin mengatakan sesuatu pada cowok itu. Bukan lantas sekarang mereka sudah menikah, lalu Alisa kemudian berubah sikap menjadi orang lain. Edward juga senang dengan Alisa yang selalu blak-blakan, dan mengutarakan apapun yang ada di dalam hatinya.
Alisa menaikkan kakinya ke atas tempat tidur lalu duduk menyilangkannya, menghadap Edward serius. Edward juga sama, menatap Alisa menunggu apa yang ingin dikatakannya.
"Jelaskan, ada apa sih?"
Eh? Harusnya pertanyaan itu diajukan olehnya, pikir Edward.
Alisa menangkap wajah bingung Edward yang membutuhkan perincian terhadap kalimatnya barusan."Kamu, tiba-tiba-" kalimat selanjutnya terasa berat, ini karena malu. "tiba-tiba melamar."
Bibir Edward menyunggingkan senyum tipis. "Gak suka?"
Alisa langsung cemberut. Bukan itu maksudnya.
"Jadi suka?" Edward malah menggodanya. Ayolah, serius dikit dong.
Senyum Edward semakin lebar. "Kamu kasih teori kamu aja, lagi. Nanti aku kasih persentase."
Alisa menatap Edward heran. Dia menyerah, sepertinya jalan ini lebih baik daripada Edward tidak menanggapi atau tidak memberi jawaban sama sekali. Alisa menarik napas dalam. Edward menunggu. Dia rindu dengan kekonyolan istrinya ini.
"Kamu-diminta Kak Arlan untuk melamarku, dan kamu setuju karena dia adalah sahabat kamu sekaligus orang yang sangat kamu hargai."
Edward berusaha menunjukkan wajahnya seakan terlihat sedang berpikir keras.
"Mmm-25 persen."
Alisa menatap tidak percaya. Segitu aja? Oke.
"Ah! Kamu merasa bersalah karena sudah membebaniku mengurusi Excel selama kamu pergi, jadi sebagai ucapan terima kasih, kamu akhirnya melakukan hal ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR NYEBELIN BANGET [END] YIBO X LISA
FanficBukankah hidup itu soal sebab akibat? Tapi, kenapa Alisa yang baik hati harus bertemu dengan pemuda berandalan seperti Edward? Itu kan tidak adil namanya? DIUSAHAKAN UPDATE TIAP PEKAN PG-13 Disclaimer: Lisa Blackpink dan Wang Yibo Uniq adalah milik...