Kejujuran

1.2K 216 38
                                    

Cowok kalo udah bucin bisa apa selain jujur?

Minggu pagi..

Jadwal membersihkan rumah bagi Alisa dan Nini. Kali ini Alisa tidak mau lagi disuruh membuang sampah, tidak juga menyiram tanaman, apalagi mengepel. Dia sudah mengambil jatah-jatah itu kemarin. Dia hanya akan menyapu, dan membantu Sonya dan Mawar memasak siang nanti.

Nini hanya bisa pasrah mengangkut sampah sambil menjauhkannya dari tubuhnya, mengenakan masker aneh seperti yang digunakan tim kesehatan saat menyemprot gas anti nyamuk, yang saat berbicara suara terdengar seperti robot. Mawar membantu menyapu pekarangan yang luas dan penuh dengan daun-daun pohon mangga kering bertebaran di mana-mana dengan iming-iming hadiah dari Nini selama itu bukan membuang sampah.

Alisa berkali-kali mengelap keringatnya sembari menggerakkan vacum cleaner di sekitar sofa, rak buku, gorden, dan langit-langit rumah.

Haaattchuu! Itu adalah bersinnya yang kesekian kali pagi ini. Alisa memang sangat sensitif dengan debu, atau segala hal yang berwujud seperti itu dan menusuk indera penciumannya. Saat memasak ketika membubuhkan lada, maka dia akan bersin; saat membuat mie instant dan menuangkan bumbunya ke mangkuk, maka dia akan bersin; saat Sonya membuat sambal ekstra pedas dengan cabe rawit yang tak terhitung banyaknya, maka itu adalah keadaan paling kritis, jangankan Alisa yang bersin, seluruh penghuni rumah termasuk tetangga yang menciumnya juga akan ikut bersin.

“Festival semalem keren yah!”

Nini bergerak mengepel lantai sambil mengajak Alisa mengobrol. Alisa hanya tersenyum kecil. Semua keindahan kembang api terhapus dari otaknya karena kejadian lain yang lebih luar biasa.

“Eh Alisa, semalam kok kamu mesti pulang bareng Excel sih? Urusan sepenting apa sampai Edward nitipin adiknya gitu?”

Alisa terlihat panik harus menjelaskan apa ke teman-temannya. Dia tidak mau berbohong, tapi menceritakan tentang kejadian semalam rasanya tidak mungkin.
Alisa mengangkat bahu sambil menggosokkan vacum ke arah tumpukan buku di rak.

“Gak tau. Kai cuma bilang, Edward minta tolong anterin Excel pulang.”

Kai memang tidak mengatakan apa-apa. Alisa terdiam, dia kembali teringat kejadian semalam saat dia memaki-maki Edward. Padahal cowok itu terlihat kesakitan setelah perkelahian mengerikan itu, wajahnya juga terlihat memar.

Semalam Alisa bahkan gelisah, susah tidur gara-gara terus memikirkan kejadian itu. Dia sebenarnya ingin tahu alasan kenapa Edward berkelahi seperti itu; kenapa dia memilih pergi dan mengabaikan perasaan adiknya, Excel; kenapa cowok itu mau mencelakai dirinya sendiri dengan berbuat bodoh seperti semalam.

Setelah pengakuan Edward beberapa waktu lalu, Alisa mencoba untuk berpikir baik tentangnya. Dia beranggapan, semua kenakalan tentang Edward yang tersebar di mana-mana hanya gosip dan cerita yang dilebih-lebihkan saja; baginya Edward lebih suka menyambangi bengkelnya, atau senang berkumpul dengan kawan-kawan sejurusannya.

Tapi semalam, apa yang terlihat oleh Alisa membuatnya sadar bahwa ternyata Edward memang seperti berandalan: senang berkelahi, berbuat onar dan mementingkan diri sendiri.

Sejujurnya, Alisa kecewa. Upaya untuk membuka hati dan mau berteman dengan Edward, semuanya rusak. Alisa tidak tertarik lagi berhubungan dengan orang seperti itu. Orang seperti Edward tidak cocok diajak berteman.

Mawar muncul dengan wajah lemas dan keringat mengucur. Dapat tugas di luar rumah dengan skala bersih-bersih yang lebih luas, membuatnya seperti siap untuk terkapar seharian. Dia menjatuhkan tubuhnya, duduk di lantai. Nini dan Mawar tersenyum-senyum melihatnya sambil mencoba membantunya berdiri.

SENIOR NYEBELIN BANGET [END] YIBO X LISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang