[ 21 ] Shera Kritis

59 53 108
                                    

***
{ Shera Kritis }
***
(◕ᴗ◕✿) Happy Reading (◕ᴗ◕✿)

Bughh! Brakk!

Raffa menghampiri Alby dan memukulnya secara secara tiba-tiba. Setelah beberapakali memberikan pukulan pada wajah Alby. Ia segera mendorong tubuh Alby sampai membentur meja dan kursi yang ada di kelas.

"Penghianat! Lo sahabat gue, gue kira lo gak bakalan nusuk gue dari belakang!" bentak Raffa penuh dengan emosi.

"Raff, lo apa-apaan? Kenapa lo tiba-tiba mukulin Alby?" tanya Reno.

"Diam lo! Gue gak butuh nasihat lo!" bentak Raffa.

"Dan satu lagi, lo udah berhasil buat gue sama Rissa menjauh," ucap Raffa menampakan senyum kesalnya. Raffa bertepuk tangan. "Hebat! Sangat hebat! Lo udah buat Rissa menjauh dari gue," ujar Raffa.

Alby menatap Raffa dengan rasa sakit di wajahnya dan tubuhnya akibat serangan dari Raffa.

"Asal lo tau Raff. Gue selama ini suka sama Rissa, tapi gue gak sejahat yang lo pikirkan. Gue gak mungkin ambil dia dari lo," ujar Alby.

"Benarkah? Lalu kenapa Rissa bilang dia suka sama lo?" tuding Raffa.

"Gue gak tau," sahut Alby sambil melangkah pergi.

"Arrggh!" Raffa mengepalkan tangannya. Reno masih menatap Raffa.

"Bro, gue yakin Rissa pasti bohong dia gak mungkin suka sama Alby. Bukannya selama ini Rissa suka sama lo? Bisa aja dia ngelakuin ini agar lo ngejauhin dia," ujar Reno. Raffa terdiam ia terlihat berpikir.

"Lo benar. Rissa lakuin ini karena dia ingin gue ketemu Shera dan itu tidak akan pernah terjadi," ujar Raffa dengan emosi yang mulai mereda.

***

"Kamu Rissa 'kan?" panggil seseorang dari belakang. Rissa menoleh ke arah suara tersebut.

"Perkenalkan namaku Sena," ucap Sena sambil mengulurkan tangannya.

"Iya. Gue Rissa," jawab Rissa
membalas uluran tangan Sena.

"Apa kau bisa ikut denganku?"

"Ke mana?" tanya Rissa. Dengan cepat Sena menarik tangan Rissa, menuju sebuah rumah sakit, Sena membawa Rissa ke sebuah ruangan di mana ia melihat seorang gadis tengah menjalani perawatan medis dengan beberapa alat penunjang hidup yang terpasang di tubuhnya.

"Dia sahabatku. Dia di rawat di sini sudah lama dan belum juga sadar," ujar Sena lirih. Tanpa sadar ia meneteskan air mata, Sena tak lagi kuat melihat sahabatnya terbaring lemah di atas brankar. Tiba-tiba air mata keluar dari pelupuk mata Rissa. Melihat seseorang yang ia kenal kini tengah berbaring dengan kondisi kritis.

"Kenapa dia bisa seperti itu?" tanya Rissa lirih.

"Dia menderita leukimia. Selama ini dia menutupinya dari semua orang. Aku sering mendengar dia mengatakan kalau kamu sahabatnya juga, kamu orang yang dia percaya. Dia sering mengatakan semua itu padaku, dia bilang dia kangen sama kamu. Dia juga bilang ingin bertemu kamu, untuk yang terakhir kalinya sebelum penyakitnya itu mengambil dirinya," ujar Sena. Lagi dan lagi cairan bening itu keluar dari pelupuk mata Rissa.

"Bangunlah," ujar Rissa lirih sambil menatap sendu gadis yang sedang terbaring lemah di balik kaca trasparan.

"Dia pernah mengingau dan menyebut nama seseorang," ujar Sena.

"Siapa?" tanya Rissa.

"Raffa. Dia pernah menyebut nama itu saat dia tak sadarkan diri. Dan aku ingin tanya siapa Raffa, di mana dia dan apa hubungannya sama Shera?" tanya Sena. Seketika Rissa terdiam, ia tak ingin menjawabnya. Akan tetapi, ia tidak ingin egois, ia juga tidak ingin sahabatnya itu terus-terusan seperti itu.

"Raffa. Dia seseorang yang Shera cintai. Bahkan mereka pernah pacaran," jawab Rissa. Tanpa sadar ia meneteskan air mata.

"Humm baiklah di mana rumahnya aku akan menjemputnya," ujar Sena.

"Tidak usah. Biar aku sendiri yang bawa dia ke sini," ujar Rissa. Setelah itu melangkah kembali menuju sekolahnya untuk menemui Raffa.

***

"Raff!" panggil Rissa menghampiri Raffa.

"Rissa." Raffa langsung bangkit dari tempat duduknya saat melihat gadis yang ia cinta datang menghampirinya.

"Stop!" ujar Rissa menghentikan Raffa saat akan memeluk dirinya.

"Kenapa?" tanya Raffa ketika Rissa menolak untuk di peluk.

"Apa kau bisa ikut denganku?"

"Tidak. Sebelum kau tarik ucapanmu yang tadi," ujar Raffa.Rissa kembali menatap Raffa.

"Sampai kapan pun aku tidak akan menarik ucapan itu, untuk apa kau memaksaku?"

"Kenapa kau hanya memikirkan perasaan orang lain? Apa kau tidak memikirkan perasaanku? Dengar. Aku tidak akan menemui Shera sebelum kau menerimaku kembali."

Plak! Sebuah tamparan mendarat di pipi Raffa.

"Shera lagi kritis Raff. Dia menderita leukimia dan kau sama sekali tidak menghiraukannya? Dia ingin bertemu kamu!" bentak Rissa. Raffa terdiam seketika pikirannya melayang saat dia dulu di rawat oleh Shera ia sembuh dari depresinya juga karena Shera.

"Jika kau peduli sama dia datang ke rumah sakit. Aku akan mengirim alamat di ponsel," ujar Rissa kemudian melangkah pergi.

Raffa masih mematung, ia tak berkutik sama sekali mendengar ucapan Rissa jika Shera kini tengah kritis di rumah sakit.

*"* To be Continued *"*

(◕ᴗ◕✿)

Lika-liku Cinta ( Sudah Terbit ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang