[ 12 ] Azka dan Egonya

73 71 31
                                    

***
Azka dan Egonya }
***
(◍•ᴗ•◍)✧*Happy Reading (◍•ᴗ•◍)✧*。


Rissa kini sudah sampai di rumah. Ia kaget saat melihat Alex dan kelurganya sedang duduk santai di ruang tamu.

"Bu, Yah apa?" tanya Rissa heran.

"Sayang duduk dulu," ucap Micha. Rissa mengangguk, lalu ia duduk di samping Micha.

"Ada apa, sih Bu?"

"Bentar lagi kamu akan tunangan sama Alex," ucap Micha.

Deg! Itu membuat Rissa kaget. Ia tidak menyangka jika di usianya yang masih muda harus bertunangan dengan laki-laki yang tidak ia cintai.

"Apa?! Ibu bohongkan?"

"Tidak, Sayang Ibu nggak bohong. Gimana apa kamu udah siap?" Rissa bangkit dan mengepalkan tangannya.

"Nggak! Sampai kapan pun Rissa nggak mau. Tapi, kalau Ibu sama Ayah maksa lebih baik Rissa mati daripada harus tunangan sama dia," ujar Rissa sambil melirik ke arah Alex tatapan benci. Setelah itu Rissa beranjak ke kamarnya.

Brakk!

Rissa menutup kamarnya dengan sangat kencang.

"Kenapa, sih semua orang egois? Mereka hanya mementingkan diri mereka sendiri, tanpa memikirkan orang lain. Rissa benci! Rissa benci!" ujar Rissa berteriak dengan sangat kencang. Ia meluapkan emosinya dengan beteriak.

"Sayang buka pintunya. Ibu mau ngomong sama kamu," ujar Micha sembari mengetuk pintu kamar Rissa.Rissa sama sekali tak menghiraukan ketukan pintu tersebut. Ia segera berlari ke balkon kamarnya.

"Rissa benci! Lebih baik Rissa mati!" teriak Rissa. Sontak Micha yang mendengar penuturan anaknya merasa panik dan cemas. Segera ia memanggil Alex dan Azka untuk mencoba mendobrak pintu kamar Rissa.

Brakk!

Akhirnya pintu berhasil didobrak. Alex dengan cepat menghampiri Rissa. Kemudian menarik Rissa dari balkon kamar.

"Lo mau bunuh diri? Ini bukan cara untuk menyelesaikan masalah Riss," ujar Alex mencoba menenangkan Rissa.

"Lepas!" bentak Rissa melepaskan tangannya dari genggaman Alex. Kemudian mendorongnya dengan cepat.

"Jangan ikut campur!" bentak Rissa menatap benci ke arah Alex.

"Riss, kalau emang lo nggak mau di jodohin sama gue. Seenggaknya, lo nggak usah lakuin ini. Lo nggak mikirin perasaan Om Azka sama Tante Micha?"

"Untuk apa aku mikirin mereka, kalo mereka aja nggak pernah mikirin aku?!" bentak Rissa.

"Sayang!" Micha merasa sedih saat putrinya berbicara seperti itu.

Plakk! Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus Rissa. Rissa menatap orang yang sudah menamparnya.

"Berani kamu bilang seperti itu, kamu lupa siapa yang selama ini membiayaimu. Ha?!" bentak Azka.

"Azka! Beraninya kau melakukan ini. Kenapa kau menampar Rissa?" ujar Micha kesal. Tanpa Rissa sadari air matanya menetes dengan cepat. Rissa segera membereskan barang-barangnya, kemudian melangkah pergi bersama koper miliknya.

"Rissa!" panggil Micha ketika melihat putrinya melangkah pergi dengan menuntun sebuah koper.

"Sudahlah biarin dia pergi!" ujar Azka. Micha hanya bisa menatap kepergian putrinya dengan air mata yang tertahan.

***

Sepanjang perjalanan Rissa menangis. Ia tak menyangka jika orang tuanya akan setega ini pada dirinya. Sungguh sangat menyakitkan ketika harus merasakan semuanya. Rissa tak tau harus pergi ke mana, ia juga tidak tau akan gimana nasibnya. yang jelas ia ingin pergi jauh dari orang tuanya. Air hujan mulai turun dari langit membasahi jalanan. Rissa menghentikan langkahnya di sebuah pos di pinggir jalan. Ia duduk sembari mengingat saat-saat ayahnya menamparnya. Rissa meluapkan tangisannya di bawah deraian air hujan yang sangat deras. Hawa dingin mulai menusuk tulangnya.

"Aku harus ke mana?" ujar Rissa lirih tubuh mungilnya mulai menggigil.

"Raffa. Ya mungkin bisa membantuku," gumam Rissa tiba-tiba teringat pada sosok Raffa. Di bawah derasnya hujan, Rissa melangkah menuju rumah Raffa. Walaupun sangat jauh dari rumahnya. Selang beberapa menit akhirnya Rissa di depan rumah Raffa.

Rissa mengetuk pintu secara perlahan. Karna jujur, saat ini badannya sangat lemas d an kedinginan. Terlihat seorang gadis membuka pintu rumah Raffa.

"Rissa?"

"Shera ...," ujar Rissa lirih dengan wajah pucat. Shera pun membawa Rissa ke masuk.

"Kamu tunggu dulu di sini. Aku akan buatin kamu teh hangat dulu," ucap Shera beranjak pergi. Di sisi lain, Reno terlihat sedang menuruni anak tangga satu persatu sembari mendengarkan musik dari earphone. Dengan mata yang fokus menatap handphone-nya.

"Reno!" teriak Rissa sambil menatap ke arah Reno. Namun, Reno sama sekali tidak mendengar teriakan Rissa. Karena kesal Rissa pun berjalan ke arah Reno. Namun, kakinya tak sengaja terpleset. Dengan sigap Reno menopang tubuh mungil Rissa.

Heningg.

Mata mereka saling beradu pandang. Sampai Raffa datang dan melihat gadis idamannya bertatapan dengan sepupunya sendiri. Sesak, itu yang sedang Raffa rasakan sekarang. Ia mengepalkan tangannya mencoba menahan emosinya.

"Reno!" teriak Raffa yang membuat Reno dan Rissa tersadar.

"Raffa," gumam Rissa sambil melihat ke arah Raffa.

"Kalian ngapain di sini?"

"Rissa mau ngelamar gue, Bro," ujar Reno tanpa pikir panjang.

"Apa lo bilang!" ketus Raffa langsung menarik kerah baju Reno dengan emosi.

"Wihh ... santai, Bro gue canda kali, nggak usah serius amat. Lagian mana ada cewek ngelamar cowok," ujar Reno. Raffa melepaskan tangannya. Setelah itu ia kembali menatap Rissa yang rambut basah kuyup serta pakaian yang juga basah.

"Kamu kenapa? Kamu kehujanan?" tanya Raffa cemas. Rissa menatap Raffa. Seelah itu ia memeluk tubuh Raffa. Nyaman, itu yang sedang Rissa rasakan sekarang.

"Riss, kamu kenapa?" tanya Raffa. Sesekali ia mengelus lembut rambut Rissa.

"Gue, gue kabur dari rumah," ujar Rissa lirih. Ia masih setia memeluk tubuh Raffa.

"Apa?! Kok, bisa?" tanya Raffa kaget.

"Gue nggak mau nikah sama Alex. Gue nggak mau Raff. Gue nggak suka sama dia," ujar Rissa lirih. Diikuti dengan air mata yang ikut menetes. Raffa mengembuskan napas panjang.

"Kalo gitu gue yang akan nikahin lo," ujar Raffa santai. Rissa dengan cepat melepaskan pelukannya. Lalu kembali menatap Raffa.

"Lo gila apa gak waras?!"

"Dua-duanya karena gue nggak mau lo nikah sama orang lain. Besok gue akan nikahin lo," ujar Raffa sambil menatap serius ke arah Rissa.

"Apa?! Raff, nggak segampang itu nikah. Harus ada kedua orang tua," ujar Rissa. Raffa terdiam, ia juga tau. Saat ini orang tuanya tak ada ditambah lagi kedua orang tua Rissa tidak akan merestuinya.

"Jangan berpikiran seperti itu. Aku tidak akan melakukannya. Aku akan pulang," ujar Rissa sambil melangkah pergi.

"Tunggu!" Raffa dengan cepat menghentikan langkah Rissa.

*"* To be Continued *"*

Lika-liku Cinta ( Sudah Terbit ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang