One-Hate

195 36 14
                                    

Dilla

Aku berjalan menyusuri koridor kampus yang penuh sesak dengan mahasiswa. Hari ini adalah hari dimana mahasiswa baru memulai pengenalan kampus. Setiap tahun, kampus mengadakan acara untuk menyambut setiap mahasiswa baru dengan menghadirkan alumni-alumni kampus untuk berbagi rahasia kesuksesan mereka di kampus dan di tempat kerja. Aku seorang mahasiswa tahun ke-3. Sebenarnya untuk mahasiswa senior tak perlu menghadiri acara pengenalan kampus tapi aku ikut membantu temanku menyiapkan acaranya.

Aku bukan tipe mahasiswa yang aktif berorganisasi maupun ikut kegiatan kampus. Aku hanya akan ikut aktif jika teman dekatku yang meminta atau jika aku sedang mood saja. Aku tak terlalu suka dengan keramaian. Menururku sangat melelahkan terjebak dikeramaian dalam waktu lama walaupun aku tak melakukan apa-apa.

Aku bergegas menuju auditorium yang sudah penuh dengan mahasiswa baru. Seharusnya aku bertemu dengan temanku di depan auditorium tapi sepertinya dia sedikit terlambat karena kegiatannya. Setiap orang terlihat antusias dengan acara kali ini. Semua menapilkan senyum bangganya saat memasuki auditorium. Yah...mereka pasti bangga karena bisa masuk ke salah satu kampus seni terbaik di Indonesia. Aku pun dulu juga begitu saat awal masa pengenalan kampus.

"Dilla!!"

Aku menoleh saat ada orang yang memanggil namaku. Aku tersenyum kecil saat orang itu berlari kecil menghampiriku.

"Kau menunggu lama?" tanya temanku.

"Sedikit," jawabku.

"Maaf. Ada yang harus aku selesaikan sebelumnya," katanya sambil nyengir.

"Ah!! Kita tak punya waktu. Ayo!!"

Tanganku mulai ditarik oleh temanku. Sepertinya dia mulai kehabisan waktu karena sebentar lagi acara akan segera di mulai.

Perkenalkan namaku Faradilla Kumala Adiwilaga dan teman-temanku biasa memanggilku Dilla. Aku mahasiswa jurusan seni musik tahun ketiga di salah satu kampus seni yang ada di Jogja. Temanku tadi bernama Brenda Dian Lestari yang dipanggil Brenda tapi aku selalu memanggilnya dengan nama Bree, dia satu fakultas denganku dan seangkatan denganku hanya saja kami beda jurusan. Aku mengambil jurusan penciptaan musik sedangkn Bree mengambil jurusan musik. Kami berdua sudah berteman akrab sejak awal masuk kuliah. Dia orang yang amat ceria dan aktif yang mampu membuat orang pendiam sepertiku masuk ke dunianya. Mungkin dia satu-satunya teman paling berisik di dunia. Satu hal lagi, aku seorang wanita dengan tinggi rata-rata orang Indonesia pada umumnya. Tak terlalu pendek dan tak terlalu tinggi sekitar 165 cm.

"Hari ini kau hanya perlu memainkan piano untukku dan mungkin sedikit bernyanyi. Aku sudah menyiapkan mikrofon disampingmu. Lakukan seperti biasa dan kita bisa pulang dengan cepat," oceh Brenda.

Aku hanya mengangguk-anggukkan kepalaku. Kami sudah sering melakukan hal ini. Brenda akan memintaku untuk mendampinginya menyanyi di acara-acara kampus. Bukan sebagai penyanyi melainkan sebagai pianisnya. Aku bisa memainkan beberapa alat musik dan tentu menyanyi. Hanya saja aku tak terlalu percaya diri jika disuruh bernyanyi dipanggung dan disaksikan banyak mata.

Beberapa orang menyapa Brenda dan sesekali mengobrol dengan teman-temannya. Brenda yang tau jika aku tak nyaman berlama-lama disana, langsung mengakhiri pembicaraan. Dia membawaku dibelakang panggung yang sudah ramai oleh panitia yang sibuk menyiapkan acara.

"Kita tak punya waktu banyak. Untung saja kau selalu berpakaian rapi jadi outfitmu kali ini tak akan terlalu bermasalah," ujarnya sambil melihat penampilanku.

"Memangnya kenapa? Ini hanya acara pengenalan kampus biasa," tanyaku.

Brenda menggerakkan jarinya memintaku untuk mendekat kearahnya. Aku mencondongkan badanku kearahnya ingin mendengar apa yang ingin ia katakan.

HATRED (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang