Dilla
Paman membawaku ke daerah Kaliurang atas. Perjalanan cukup lama dan waktu sudah semakin malam. Kami terus ke atas hingga melewati gerbang Kaliurang yang sudah cukup sepi. Tak lama setelahnya, kami sampai di sebuah rumah tua dengan pekarangan yang sangat luas. Paman menghentikan mobilnya dan memintaku untuk turun.
"Rumah siapa ini, Paman?"
Aku memperhatikan sekeliling rumah dan sangat gelap karena lampu tak menerangi semua bagian halaman rumah.
"Ini rumah paman. Ayo masuk. Semua datanya ada di dalam rumah."
Aku mengikuti paman dengan langkah berat. Keputusanku untuk ikut sangat tidak tepat. Aku menyesali keputusanku yang sembrono ini.
Paman melihatku yang berjalan lambat. Dia seperti memastikan jika aku terus mengikutinya. Paman membukakan pintu rumah dan mempersilakanku masuk. Aku masuk perlahan dan melihat sekitar rumah. Rumahnya tak terlalu kecil dengan penataan klasik seperti rumah tua Jogja pada umumnya.
"Duduk santai saja. Paman akan ambilkan bukti-buktinya."
Paman meninggalkanku di ruang tamu. Aku duduk dengan waspada dan melihat sekitar ruang tamu. Perasaanku semakin tak menentu. Aku mengeluarkan ponselku dan mengirimi pesan pada Brenda dan Pak Rudi. Tak lupa aku mengirimkan lokasiku saat ini. Ini hanya rencana cadangan jika sesuatu terjadi padaku.
"Maaf menunggu lama."
Paman datang membawa laptop dan beberapa map yang berisi dokumen. Paman duduk di dekatku sambil meletakkan barang-barang yang dibawanya.
"Kamu bisa lihat ini," ucap paman sambil menyerahkan map yang dibawanya tadi.
Aku menerimanya dan mulai membuka map itu. Banyak sekali kertas di dalamnya. Aku membaca sekilas kertas-kertas itu. Aku terkejut dengan apa yang tertulis di sana.
"Apa maksudnya ini, Paman?" tanyaku penasaran.
Di sana tertulis jika kematian kedua orang tuaku bukan sebuah kecelakaan melainkan ada orang yang sengaja membunuh mereka. Semua kejadian direkayasa untuk menutupi kasus pembunuhan. Aku tak percaya ini. Kenapa ada orang yang setega ini pada orang tuaku?
"Itu adalah bukti jika si Rudi-lah yang membunuh kedua orang tuamu. Dia melakukan itu untuk mendapatkan bisnis keluargamu," jelas Paman Yoga.
Aku masih tak mempercayainya. Aku tak yakin dengan apa yang disampaikan oleh Paman Yoga adalah sebuah kebenaran. Pak Rudi tak mungkin melakukan itu. Keluarga Pak Rudi sudah mengabdi turun-temurun pada keluargaku. Mereka selalu membantu keluargaku mengelola bisnis
"Paman mempunyai bukti yang lebih akurat."
Paman menunjukkan sebuah rekaman CCTV yang sedikit buram padaku. Di sana aku bisa melihat seorang lelaki yang sedang membuka kap mobil yang dulu digunakan kedua orang tuaku. Aku tak bisa terlalu jelas melihat apa yang dilakukan karena resolusi dari kamera pengawas ini terlalu buruk. Aku juga tak yakin siapa laki-laki itu. Tapi jika dari siluet itu, aku mengenalinya. Itu siluet dari Pak Rudi.
Aku melihat tanggal yang ada di CCTV itu menunjukkan tanggal sebelum kejadian. Aku sedikit mengingat saat itu memang Pak Rudi yang menyiapkan mobil untuk kedua orang tuaku. Ayahku waktu itu sempat mengeluh jika mobilnya ada masalah dan Pak Rudi mengulurkan bantuan dengan mengeceknya.
"Lihat, kan. Si Rudi itu pasti mengotak-atik mobil orang tuamu hingga akhirnya kecelakaan. Dia pasti sudah merencanakan ini," hasut Paman Yoga.
"Tapi Pak Rudi tak mungkin melakukannya, Paman!" seruku tak percaya.
"Bukti-buktinya sudah ada, Fara. Kamu tak bisa mempercayai Rudi lagi."
Aku sedikit melempar map yang aku bawa hingga isinya sedikit berantakan. Aku langsung berdiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
HATRED (TERBIT)
General FictionFaradilla seorang yatim piatu yang tak mempunyai tempat bergantung berhasil keluar dari masa lalu kelamnya yang menorehkan luka teramat dalam di hatinya. Begitu dia bisa menikmati masa kuliahnya di kota Jogja, ujian kembali datang dengan membawa ses...