Dilla
Aku berlari dari kos ke kampus. Aku terlambat mengikuti rapat bersama tim komposer. Sial sekali aku tadi ketiduran dan tak menyangka jika akan bangun telat sekali. Kami berjanji rapat jam tiga sore dan sekarang sudah jam empat lebih. Aku pasti akan dimarahi oleh teman-teman.
Aku berlari sekuat tenaga tak memedulikan tatapan para mahasiswa yang aku lewati. Ini masalah genting karena hari ini adalah penentuan musik mana yang akan digunakan saat acara drama musikal. Aku terus merutuki diriku sendiri dalam hati dengan nafas yang sudah ngos-ngosan.
"Maaf!" seruku, begitu aku sampai di ruang musik di mana semua berkumpul.
Aku terengah-engah diambang pintu ruang musik. Aku memegangi dadaku yang begitu sulit untuk bernafas setelah berlari tadi. Aku menatap teman-teman yang ada di dalam dengan pandangan bersalah. Semua orang tampak terdiam melihatku yang masih berada di dekat pintu.
"Masuk, Dil," ucap Kak Bayu.
Aku tersenyum canggung dan beberapa kali membungkukkan badanku tanda aku meminta maaf. Ada yang menatapku dengan menggelengkan kepalanya. Ada yang menghela nafas dan ada yang diam saja seakan tak peduli dengan keterlambatanku.
"Kamu tak terlambat. Kami juga baru saja mulai. Rencana yang awalnya jam tiga jadi mundur karena aku harus ketemu sama dosen dulu tadi," jelas Kak Bayu.
Aku menghela nafas lega. Untung saja Kak Bayu terlambat juga. Jika tidak pasti semua sudah menatapku dengan wajah kesalnya. Aku duduk sedikit jauh dari Kak Bayu agar leluasa saat memperhatikannya. Aku juga tak terlalu suka berdekatan dengan Kak Bayu. Auranya terlalu terang untukku yang sedikit gelap. Menurutku begitu.
"Aku akan mendengarkan musik yang nanti akan kita gunakan. Kalian bisa mendengarnya dulu dan memberi masukan," ucap Kak Bayu memulai rapat hari ini.
Aku dan teman-teman lain serius memperhatikan arahan dari Kak Bayu. Kami sesekali menimpali perkataan Kak Bayu dan memberikan usulan kami. Semua berjalan lancar dan waktu terasa cepat. Kami baru menyelesaikan semuanya saat waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Kami juga sempat beristirahat untuk makan malam yang dipesankan Kak Bayu.
"Cukup sekian hari ini. Hati-hati pulangnya," ucap Kak Bayu membubarkan rapat kali ini.
Semua berteriak lega karena rapat panjang ini. Bukan pertama kalinya kami rapat hingga malam. Hanya saja dengan seluruh kegiatan kami tentu itu membuat energi kami habis. Walaupun begitu senyum sumringah tetap terlihat di wajah teman satu timku. Ini adalah event besar yang bisa menunjang pengalaman mereka nantinya. Sama sepertiku yang memanfaatkan momen ini untuk membuat pengalaman dan pengamalan semua materi yang pernah disampaikan oleh dosen. Tak heran jika tim yang tergabung ini hanya dari tahun ketiga ke atas saja. Mengingat seleksi yang ketat juga.
Aku sudah bersiap pulang dengan menyapa singkat teman-teman yang juga berhamburan pulang. Kak Bayu berjalan mendekatiku dan tersenyum padaku. Aku tersenyum kilas. Walaupun kami sekarang jauh lebih dekat tapi tak membuatku bisa ngobrol dengan nyaman.
"Pulang sendiri?" tanyanya. Aku mengangguk.
"Kakak temenin aja gimana? Sudah jam segini tak baik anak gadis berjalan sendiri ke kos," tawarnya.
"Makasih, kak. Aku bisa sendiri. Biasanya juga begitu," tolakku halus.
Aku melihat kak Bayu mengedarkan pandangannya.
"Tapi kamu bener-bener sendiri, lho. Semua cewek pulang paling ga ada cowok yang nemenin."
Itu memang benar. Semua wanita di timku pulang bersama diantar oleh teman pria setim. Hanya aku yang tak terlalu dekat dengan mereka yang tak mempunyai teman untuk kembali ke peraduan. Mungkin karena itu kak Bayu menawarkan untuk mengantar pulang.
![](https://img.wattpad.com/cover/304817767-288-k845524.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HATRED (TERBIT)
Ficción GeneralFaradilla seorang yatim piatu yang tak mempunyai tempat bergantung berhasil keluar dari masa lalu kelamnya yang menorehkan luka teramat dalam di hatinya. Begitu dia bisa menikmati masa kuliahnya di kota Jogja, ujian kembali datang dengan membawa ses...