11

130 12 0
                                    

Al membanting tubuhnya ke atas kasur dengan kasar. Setelah Eci mengantarnya sampai apartemen, gadis itu langsung pergi tanpa mampir terlebih dulu. Al berdecak kesal tidak menyangka jika Eci dan Bima sudah melangkah sejauh itu, terlebih tanpa sepengetahuan dirinya. Ia merasa kesal karena sebagai sahabat harusnya ia tau perihal ini sejak dulu, bahkan harusnya ia tau jika mereka berdua memang sedang dalam fase pendekatan.

Semua orang tau betapa dekatnya ia dengan Eci. Mereka telah bersahabat sejak bertahun-tahun yang lalu, sejak mereka masih sama-sama mengenyam pendidikan hingga sampai saat ini mereka telah dewasa. Tidak sedikit yang heran mengapa mereka hanya sekedar bersahabat saja padahal jika dilihat mereka berdua sangatlah cocok dan seperti memahami satu sama lain. Banyak juga yang tak percaya jika mereka berdua memang hanya bersahabat saja, termasuk para gadis yang pernah dekat dengan Al.

Dengan wajah tampan, badan proporsional dan juga karir yang mapan tentunya sangat menguntungkan bagi Al. Banyak gadis yang mengidamkannya dan berharap bisa menjadi kekasihnya. Al sendiri menikmati hal itu ia tak segan untuk menanggapi para gadis yang mendekatinya, toh ia juga senang. Karena hal itu banyak yang mengira jika Al adalah seorang playboy yang senang bermain wanita padahal kenyataannya ia hanya mengikuti arus, siapapun yang tertarik padanya akan ia tanggapi. Namun siapa sangka dari sekian banyak gadis yang pernah dipacarinya ia masih belum menemukan yang benar-benar membuatnya jatuh cinta. Namun tidak ada yang tau selain dirinya sendiri jika sebenarnya hatinya enggan berpaling dari gadis yang bertahun-tahun ini mewarnai hidupnya, dengan dalih seorang sahabat.

"Bangsat" gumamnya.

***

"Kamu cantik banget Sayang" ucap Bima sambil melirik Eci yang duduk di kursi penumpang sebelahnya.

Eci melirik sambil menahan senyum malu. "Bukannya dari dulu ya aku udah cantik?"

Bima tertawa lepas mendengarnya, "Iya makanya aku jatuh cinta sama kamu"

"Jadi kamu jatuh cinta cuman gara-gara menurutmu aku cantik?"

Mendengar hal itu membuat Bima menghembuskan nafas berat, heran mengapa wanita senang menyimpulkan sesuka hatinya, "Eci pacarku yang paling cantik, kamu bikin aku jatuh cinta karena pribadi kamu yang juga memang cantik, kan aku udah sering bilang kenapa aku bisa jatuh cinta sama kamu sayang"

"Alah gombal"

"Astaga hih kamu ngeselin banget deh bikin pengen buru-buru ngehalalin kamu"

Tentunya Eci tersipu malu mendengarnya. Hari ini mereka akan pergi untuk sekedar jalan-jalan ke mall untuk melepas rasa suntuk akibat pekerjaan. Nyatanya Eci menyukai hal simpel seperti ini, dengan berjalan mengelilingi mall lalu ketika dirasa telah lelah ia akan mampir untuk mencari makan yang sedang ia ingin. Bima pun dengan senang hati menuruti keinginan kekasihnya yang menurutnya sangat simpel. Jika biasanya para wanita muluk-muluk ingin untuk melepas penat dengan liburan mahal nyatanya Eci tidak sama dengan wanita di luaran sana.

Tak lama mereka sampai di parkiran dan mematikan mobil. Sebelum keluar Eci merapikan dandannya terlebih dulu walaupun pada kenyataannya ia tidak dandan dengan berlebihan. Mereka berjalan beriringan masuk ke dalam mall karena memang rencananya Eci juga ingin membeli beberapa perlengkapan untuk event yang akan ditanganinya mendatang. Ia pun bersyukur ternyata Bima dengan senang hati mau menemaninya padahal kalau dipikir-pikir jadwal Bima cukup padat dan seharusnya ia memanfaatkan hari liburnya untuk beristirahat.

Mereka berkeliling mencari perlengkapan yang Eci cari hingga satu persatu barangnya terkumpul. Setelah dirasa keperluannya sudah terpenuhi semua mereka memutuskan untuk istirahat sembari mengisi perut karena nyatanya mereka sudah kelaparan.

Drrtt..Drttt...

Bima melirik ponselnya yang berdering kemudian mengangkatnya saat tau jika yang menelpon adalah mamanya.

Seribu PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang