13

100 9 0
                                    

"Cie yang lagi pdkt" ledek Eci ketika ia dan Al baru saja masuk ke dalam apartemen Al.

Ketika hendak menuju ke apartemen Al tadi ternyata ia melihat Al dari kejauhan dengan seorang wanita yang ternyata adalah Rena teman sekolahnya semasa SMA dulu, walaupun mereka tidak pernah satu kelas tapi ia cukup mengetahui nya karena Rena sekelas dengan Al. Ia terus memberondong Al dengan berbagai pertanyaan mengenai bagaimana ia bertemu dengan Rena, sejak kapan dan ada hubungan apa diantara mereka berdua.

"Bacot, dibilang nggak sengaja ketemu tadi" jawab Al dengan kesal sembari merebahkan tubuhnya di sofa.

Eci mencibir kemudian meletakkan bungkusan yang ia bawa dari rumah. Sejak pagi tadi ia sudah mencoba menghubungi Al namun ternyata pria itu tidak dapat dihubungi. Pagi tadi mamanya memasak banyak kemudian memintanya untuk membagi sebagian dengan Al, mamanya selalu seperti itu. Karena Al tidak bisa dihubungi akhirnya dengan terpaksa ia mengantarkan makanan itu ke apartemen Al, walaupun awalnya ia menolak tapi ternyata mamanya malah menceramahinya.

"Kok bisa ketemu sama si Rena? Denger-denger dia jadi dokter kan sekarang?"

Al meliriknya yang sedang berjalan kemudian meneguk air dingin yang ia ambil dari dalam kulkas. "Tadi ga sengaja ketemu di Pak Rudi pas aku sarapan, yaudah akhirnya ngobrol gataunya unit dia juga disini cuman beda lantai doang"

"Dia makin cantik banget ya ga sih? Aku sempet pangling tadi kalau dia nggak nyapa aku"

"Iya aku juga nggak sempet ngenalin tadi awalnya. Btw, ngapain pagi-pagi udah kesini?"

Eci menunjuk dengan dagunya ke arah dimana ia menaruh bungkusan yang berisi masakan mamanya tadi, "Biasalah nganterin makanan buat kesayangannya mamaku"

Mendengarnya membuat Al mencibir sembari ia memejamkan matanya. Mereka berdua sama-sama hening, dengan Eci yang asyik dengan ponselnya. Tadi ia mengabari kekasihnya jika sedang berada di apartemen Al hanya saja belum mendapat balasan, mungkin Bima sedang sibuk dan ia mencoba mengerti.

"Udah yakin Ci sama Bima?" Tanya Al dengan mata terpejam yang membuat Eci meliriknya dengan kenging berkerut.

"Kenapa emangnya?"

Al membuka matanya kemudian melirik Eci yang kembali bermain ponsel, "Cuman mastiin aja sebagai sahabat yang baik seenggaknya aku harus ngerti kan kalian tuh emang ada niatan serius atau masih main-main"

"Dih kok ngomongmu gitu sih Al. Sejauh ini kita cocok-cocok aja dan nggak ada niatan buat main-main doang. Kalau kedepannya emang gaada masalah juga nggak nutup kemungkinan kalau kita bakalan lanjut ke tahap yang serius dan nikah kali" jawab Eci dengan sedikit ketus mendengar pertanyaan Al yang seolah meremehkan hubungannya dan Bima.

"Aku kan cuman nanya Ci, siapatau kan Bima enggak niat serius sama kamu gitu"

Ucapan Al yang seperti itu malah menyulut emosinya. Eci merasa kesal mendengarnya yang terkesan ia hanya dijadikan objek main-main oleh Bima padahal hubungan mereka tidak seperti itu.

"Kamu kenapa deh ngomong gitu segala kalau nggak tau tuh jangan asal ngomong gitulo Al. Kamu tau sendiri kan Bima orangnya gimana, kamu kenal deket juga sama dia harusnya kamu tau juga kalau Bima tuh bukan tipe orang yang kayak gitu. Bukannya ngeyakinin aku kamu malah bikin seolah-olah aku sama Bima tuh ga cocok tau ga"

Merasa Eci sedikit meninggikan nada bicaranya malah membuatnya ikut tersulut emosi. Jelas saja Al tidak terima dengan pernyataan itu karena ia memiliki perasaan lebih dari sekedar sahabat dengan Eci. Namun nyatanya Eci terlihat yakin dengan Bima dan itu membuatnya sungguh kesal.

"Aku cuman pengen kamu dapet cowok yang baik dan serius sama kamu doang kali Ci"

"Bima baik banget kali, dia juga ga aneh-aneh dan punya niatan serius sama aku. Kalau kamu nggak ngerti tuh jangan ngomong yang enggak-enggak deh Al, yang ngeja-"

Seribu PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang