2

541 30 0
                                    

Salah satu nilai plus dari seorang pengusaha adalah waktu yang mereka miliki lebih fleksibel daripada mereka yang bekerja kantoran ataupun yang lainnya dengan jam kerja yang terikat. Jadi tidak heran, jika Eci akan berangkat ke kantor dimana EOnya berada dengan waktu yang tidak terjadwal. Hanya karyawannya saja yang stay tiap hari disana, bahkan saat sedang malas keluar rumah, ia hanya akan ke kantor saat ada meeting dengan pelanggan saja. Jadi tidak heran, Rabu kali ini ia masih bergelung dikasurnya padahal jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh. Mamanya tadi sudah membangunkannya, tapi ia kembali memejamkan mata saat mamanya keluar dari kamarnya.

Daritadi ponselnya berdering tapi ia mengabaikannya karna ia yakin jika itu telepon dari Al. Pria itu memintanya agar menemani ke bengkel cabangnya hari ini. Saat ponselnya berdering lagi, ia memilih mengangkatnya karena ia tau jika Al tidak akan berhenti menelponnya sebelum ia mengangkat, "Halo"

"Aku udah duga kalau kamu masih molor. Udah jam segini lho Ci, aku udah siap tapi kamu masih bau iler. Kecewa aku tuh"
Eci mendengus mendengarnya, Al memang suka mendrama seperti ini, yang kadang sangat jahil kepadanya.

"Iya iya bawel. Ini mau mandi nih, kamu tinggal berangkat aja repot banget sih"

Kini giliran Al yang berdecak, "Cepetan mandinya gausah pakai lama"

Setelah menutup panggilan Eci merenggangkan ototnya sebelum bangun dan beranjak ke kamar mandi. Sebenarnya waktu mandinya tidak butuh waktu yang lama, hanya saja ia kan seorang wanita. Jadi wajar saja jika produk di kamar mandinya ada banyak dan hampir ia pakai semua. Semoga saja si Al tidak mencibirnya habis habisan setelah ini.

***

Setengah jam kemudian Al sampai di kediaman Halim Kusdinar. Ia turun dari mobil dengan gayanya yang santai seperti biasa. Hanya mengenakan kaos putih polos dengan celana jeans hitam selutut. Santai sekali karna ia tak suka keribetan, berbeda dengan sahabatnya satu itu yang pasti akan riweh di segala hal.

Ia masuk ke dalam rumah setelah mengucap salam dan menemukan istri dari pemilik rumah ini yang sedang duduk manis di depan tv. Al memang sudah seperti rumah sendiri disini, jadi tak heran jika ia sudah luwes dan hafal semua tata letak sekaligus kebiasaan penghuninya.

"Assalamualaikum Tante" sapanya setelah mendekati dan menyalami mama Eci.

"Eh ada Al, walaikumsalam. Mau keluar sama Eci?" Melihat Al yang mengangguk, mamanya Eci meneruskan, "Eci kayaknya masih tidur tuh, Tante bangunin bentar"

Saat hendak berdiri, namun Al mencegahnya, "Enggak usah Tan, habis ini dia juga turun kok, tadi udah Al telepon"

Istri Halim itu mengangguk mengiyakan, "Kamu udah sarapan Al?"

Menderngarnya, Al meringis. Tante Ari hafal kebiasaannya yang sering melewatkan sarapan, selain karna ia yang tinggal sendiri di apartemen, ia juga malas untuk sekedar masak untuk ia makan. Jadi dengan senang hati ia bergegas menuju meja makan saat Tante Ari menyuruhnya sarapan, seperti biasa.

Begitu makanannya habis, Eci baru turun dari tangga dengan celana panjang dan kemeja navy. Eci memicing melihat Al yang sedang meneguk air putih di meja makan, "Wih, enak bener ya dateng dateng langsung dapat makan" cibirnya.

"Iyalah, aku kan anak kesayangannya Mama Ari, ya nggak Tan?" Al mencari sekutu sedangkan yang disebut namanya hanya mengangguk mengiyakan.

Eci memilih duduk di meja makan juga untuk sarapan karna perutnya sudah keroncongan sejak mandi tadi. Sedangkan Al lebih memilih memainkan ponsel di sampingnya sambil menunggu Eci makan.

"Ma, kita berangkat dulu"

"Kita berangkat dulu ya Tan, Eci aman kok, kayak biasanya"

Eci memutar bola matanya, sedangkan mamanya tertawa, "Ya harus aman dong, kalau lecet kamu bisa dituntut sama ayahnya lho, Al"

"Assalamualaikum, Tan"

"Walaikumsalam"

Mereka berdua sudah duduk di dalam mobil. Dan Al langsung mengemudikan mobilnya begitu Eci sudah siap memasang sabuk pengaman. Lalu ia berdecak, "Kamu tuh sebenarnya niat nggak sih Ci nemenin aku. Aku bilang jam sembilan berangkat lho, tapi sekarang jam berapa coba? Hampir jam sebelas tuh"

"Ya kan kamu tau sendiri Al aku kesiangan bangunnya. Aku capek habis even kemarin" sanggahnya tak mau di salahkan.

Al mendengus mendengarnya, gadis di sampingnya itu takkan mau di salahkan begitu saja jika ia memilih diam dan enggan membalas ucapannya, "Ngeles aja terus kayak bajai. Ingat dong perjuangan aku kalo kamu lagi butuh aku, aku pasti langsung dateng nggak ada molornya. Lah giliran aku yang butuh?"

"Jadi kamu nggak ihklas ya selama ini bantuin aku? Nggak ihklas temenan sama aku?"

"Tuh baperan lagi. Bukannya gitu Ci, hari ini aku terlanjur ngomong mau kesana jam sembilan dan ternyata kita telat"

Sebenarnya Eci peka jika ia memang yang salah kali ini. Bukan hanya kali ini saja sebenarnya. Memang benar setelah dipikir pikir, Al memang bergerak cepat jika ia butuh bantuan. Tapi ia sering ngaret jika Al yang membutuhkannya, tapi Al kadang tidak mempermasalahkannya seperti kali ini. "Iya iya maaf deh aku yang salah"

"Yaudah sih nggak usah sedih gitu. Aku kan sabar nih orangnya, udah gapapa gausah sedih gitu"

Kalau saja Eci tidak ingat betapa membantunya Al di hidupnya, pasti tas yang ia pakai sekarang sudah melayang pada pria sombong nan songong di sampingnya ini.

***

"Kamu masuk ke ruangan aku aja, aku mau meeting dulu sama anak-anak" titah Al begitu sampai di bengkel.

Eci mengangguk lalu keluar dari mobil, mengikuti Al, "Ada makanan nggak di dalem?"

"Pesen aja, nanti aku yang bayar"

Setelahnya, Eci mencubit pipi Al karna pria itu selalu baik hati seperti sekarang. Lalu ia melenggang masuk ke dalam ruangan Al, yang sebenarnya tidak seluas ruangan Al di bengkel utamanya. Ruangan ini hanya berukuran empat kali empat meter saja dengan meja kerja beserta satu kursi yang biasa dipakai Al, dan dua kursi lagi jika hendak menerima tamu.
Eci duduk di kursi yang biasa di pakai Al dan segera mengorder makanan dan minumannya sekaligus karna di sini selalu tak ada makanan yang bisa dimakan.

Tak lama setelah makanannya datang, Al masuk ke ruangan itu. "Tumben pesen cuma dikit, biasanya juga ngabisin duitku"

"Nanti kalau kamu miskin aku mau minta sama siapa coba?"

Al tak menanggapi dan memilih duduk di depannya. "Ada temenku yang mau gunain EO kamu buat ulang tahun mamanya. Sebenernya dia mau ke kantor kamu hari ini, cuma karna dia lagi sibuk di Jakarta jadi mungkin nunggu dia pulang dulu, atau biar dia aku kasih kontak kamu aja ya?"

"Sebenarnya nggak perlu sih, cukup dia datang ke kantor aja. Tapi kalau dia emang sibuk, nggak papa sih. Temen kamu bukan kelompok mafia kan?"

"Enak aja. Ya bukanlah"

"Yaudah kasih nomor aku aja kalau gitu"

***

SeeU,

Seribu PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang