Setelah sedikit percekcokannya dengan Al minggu lalu mereka berdua belum bertemu sama sekali bahkan juga belum berkomunikasi untuk telepon atau wa. Mengingat ucapannya kepada Bima yang menyanggupi untuk sedikit jaga jarak dengan Al sebagai bentuknya menghargai perasaan Bima. Walaupun pada dasarnya ia tetap merasa ada yang kurang karena kebiasaannya selama ini bersama Al namun Eci harus bisa mengontrol dirinya. Toh tidak mungkin selamanya mereka akan begini. Pasti mereka akan memiliki pasangan masing-masing nantinya.
"Cowok yang tempo hari kesini siapa Ci?" Ucap mamanya membuka obrolan di ruang makan dimana ada ayahnya juga ikut makan malam.
Ia paham siapa yang dimaksud mamanya, siapa lagi kalau bukan Bima. "Oh itu namanya Bima, Ma"
"Temen kamu? Atau cowok kamu?" Sudah Eci tebak jika mamanya pasti akan kepo seperti ini, tapi kenapa harus kali ini. Kenapa mamanya bertanya saat sedang makan malam dengan ayahnya, atau malah mungkin mamanya sengaja agar ayahnya juga ikut mendengar.
"Kita barusan pacaran sih Ma, belum lama kok"
"Dia kerjanya apa?" Kali ini ayahnya turut bertanya. Eci heran kenapa ayahnya langsung to the point sekali menanyakan pekerjaannya. Ya walaupun mungkin rata-rata ayah diluaran sana juga akan menanyakan hal yang sama.
"Dia dosen, Yah. Kita masih seumuran nggak beda terlalu jauh"
Ayahnya tampak mangguk-mangguk, "Kalian kenal dimana?"
"Jadi Bima itu temennya Al dan pernah jadi client aku buat ulang tahun mamanya. Terus kita jadi sering ketemu gitu Yah, dan ya akhirnya kita mau nyoba buat jalin hubungan. Dia baik kok nggak neko-neko juga"
"Ayah belum ketemu dan kenal secara langsung jadi belum bisa menilai, yang jelas mau gimanapun baiknya dia kamu tetep harus pinter jaga diri"
"Tapi dia ganteng juga ya Ci" saut mamanya sambil tertawa.
Eci memutar bola matanya, "Terus anak mama ini ga pantes dapet yang ganteng gitu?"
"Kamu ini, bukannya gitu tapi dia emang ganteng. Ya setara lah sama si Al. Oh iya Al kok lama banget nggak kesini? Kalian lagi berantem ya?" Kadang Eci heran kenapa mamanya sebegitunya dengan pria itu. Kalaupun mereka bertengkar pasti mamanya seolah mempunyai feeling sehingga pasti tau jika mereka bertengkar.
"Al lagi sibuk sih kayaknya dia kan punya beberapa cabang Ma wajar kalau jarang sering sibuk ngontrol"
Eci masih menampik jika mereka sedang bertengkar jadi ia memilih mencari alasan lain.
"Halah pake ngeles, Mama tau kalau kalian lagi berantem. Sering banget kalian berantem"Mendengarnya Eci hanya membatin, heran sekali lagi kenapa mamanya begitu yakin jika mereka sedang bertengkar walaupun kenyataannya mereka memang sedang bertengkar.
"Kalau senggang ajak si Bima kesini, Ayah pengen ngobrol"
***
Pagi ini Eci sedang meeting dengan seluruh anggota timnya untuk melaksanakan evaluasi bulanan terkait problem apa saja yang terjadi dan apa rencana program untuk bulan depan. Hal ini rutin ia lakukan tiap bulan agar antara timnya bisa membagikan pendapat dan juga keluhan mereka selama sebulan terakhir. Bulan depan jadwalnya lumayan padat sehingga ia akan membagi sekaligus proyek yang akan dipegang tim siapa agar terstruktur dengan mudah.
Hari ini ia rencananya ia akan pergi dengan Bima untuk menemaninya membeli laptop. Bima mengeluhkan laptopnya yang sering hang hingga ia menyarankan agar Bima membeli baru saja dan diiyakan oleh kekasihnya itu. Bima baru akan pulang dari kampus siang hari jadi ia akan menunggu di kantornya saja sembari mengecek laporan bulanan. Toh Bima juga setuju untuk menjemputnya disini.
Akhirnya meetingnya selesai juga setelah semuanya clear. Eci melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul sebelas siang.
"Iya halo Bim?"
"Aku baru keluar dari kelas, kamu udah selesai meeting kan?"
"Udah sayang, ini lagi nyantai doang. Kamu langsung kesini atau gimana?"
"Aku langsung kesana aja ya, ntar makan siang bareng kamu aja sekalian. Kamu belum makan siang kan?"
Eci tersenyum, "Belum kok, aman"
"Yaudah aku mau otw dulu, tungguin ya Sayang"
Eci kembali tersenyum lebar sembari tersipu, "Iya hati-hati ya nyetirnya. See you sayang"
Setelah mematikan panggilan Eci memilih untuk merapikan barang-barangnya agar nanti tidak perlu repot. Jarak kampus Bima ke sini sekitar 30 menit jadi ia masih punya sedikit waktu untuk bersiap. Semoga saja jalanan cukup lengang hingga tidak perlu bermacet-macetan. Ia barusan mengirim pesan kepada Bima, memberi tahu agar ia langsung masuk ruangannya saja begitu sampai dan diiyakan oleh pria itu.
Terkait dengan permintaan ayahnya yang ingin bertemu dengan Bima, Eci belum membicarakannya. Rencananya nanti ia akan memberitahu dan bertanya apakah Bima setuju atau tidak dengan permintaan ayahnya. Ia tidak ingin memaksa Bima karena mereka masih terhitung belum lama menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih, takutnya jika Bima merasa tidak nyaman dengan hal ini. Sebenarnya ia merasa keberatan dengan permintaan ayahnya namun di sisi lain ia mancoba mengerti perasaan ayahnya. Dimana memiliki seorang gadis yang wajar saja sang ayah akan lebih protektif jika ada seseorang yang mendekatinya.
Tak lama Bima mengabari jika ia sudah sampai dan akan segera menuju ke ruangannya hingga akhirnya terdengar suara ketukan pintu yang Eci yakin itu adalah Bima.
"Langsung masuk aka Bim" teriaknya dari dalam.
Pintupun terbuka dan benar saja Bima muncul dari balik pintu dengan senyumannya. Eci tersenyum sembari tertegun melihat Bima yang menurutnya nampak sexy dengan kacamatanya yang ia pakai kali ini. Ia berdiri menyambut kedatangan Bima dan mempersilahkannya duduk di sofa.
"Minum dulu, pasti kamu capek" ucap Eci sembari memberikan sebotol air mineral kepada Bima.
"Pengertian banget deh pacar aku ini" godanya sembari membuka botol minuman dan langsung meneguknya.
Fokus lah Ci, fokus!
Eci merasa berdosa sekali. Ia merasa hari ini Bima datang dengan aura yang berbeda. Melihatnya meneguk minuman dengan jakun naik turun saja membuatnya salah tingkah. Bima yang ditatap secara intens pun sadar, "Kenapa?"
"Hah?" Reflek Eci pun terkejut dan gelagapan.
"Aneh ya aku pake kacamata?" Tanya Bima lagi.
Eci menggeleng "Ah enggak kok ganteng. Tapi kamu keliatan sexy kalau gini"
"Oh ya?" Bima menaikkan sebelah alisnya sedangkan Eci mengangguk mengiyakan.
"Kamu juga sexy hari ini" bisik Bima mendekat.
Eci pun tergagap hingga membuat Bima tertawa melihat ekspresinya yang menurutnya lucu. Bima melihat jam tangannya yang menunjukkan waktu makan siang. "Mau pergi sekarang?"
"Bim" panggil Eci tak mengindahkan pertanyaan Bima.
Bima pun memandangnya, "Ya?"
"I want to kiss you"
Begitu mengatakan hal itu Eci merealisasikan keinginannya. Ia bergerak mendekat dan meraup wajah kekasihnya yang masih mematung, kemudian mengecup bibirnya beberapa saat. Bima langsung mengimbanginya dengan melumat bibir gadis itu dengan cukup ganas yang membuat Eci terkejut. Cara Bima menciumnya kali ini terasa berbeda. Tubuhnya berdesir sembari memainkan lidahnya bersamaan dengan lidah Bima yang menyeruak masuk.
Bima mengusap punggungnya dengan sedikit menekan agar tubuh keduanya lebih menempel satu sama lain. Bima terdengar menggeram tertahan kemudian dengan sekali sentakan ia mengangkat Eci untuk duduk di pangkuannya. Mereka masih saling berpagut tidak memedulikan dimana mereka sekarang dengan ruangan yang tidak terkunci. Eci melepas kacamata Bima dan menatapnya hingga Bima buru-buru menarik tengkuknya dan kembali menciumnya dengan penuh tekanan. Ciuman mereka saling menuntut satu sama lain untuk saling menyecap.
"Ci kamu di dalem kan?"
***
Jangan lupa vote dan komen
SeeU
KAMU SEDANG MEMBACA
Seribu Purnama
Romance"Brengsek kamu Al," "Satu lagi, jangan pernah nemuin aku setelah ini" -Swastika Eci "Ci, dengerin aku, dengerin perasaanku selama ini,Ci" -Algavian Maheswara _____ Benar kata orang, satu keburukan akan menghilangkan seribu kebaikan. Tak peduli seber...