10

134 11 0
                                    

Matahari sudah cukup terik untuk memulai aktivitas dan pekerjaan. Masih dengan berdecak dan menggerutu sendirian di dalam mobil, Eci memfokuskan pandangannya ke jalanan depan. Karena hari ini jalanan tidak sedang lengang. Sejam yang lalu tiba-tiba ia mendapat telepon dari sahabatnya yang menyebalkan, siapa lagi kalau bukan Al. Pria itu memintanya agar menjemputnya di stasiun karena ia kembali ke Bandung tanpa membawa mobil, yang katanya sedang dipakai ayahnya.

Eci tiba di stasiun dan memarkirkan mobilnya di tempat parkir. Al bilang jika baru saja turun dari kereta jadi ia memilih menunggu di dalam mobil saja. Asyik bermain ponsel, ternyata Al sudah langsung duduk di sampingnya.

"Buset nggak permisi dulu nih Pak" sahutnya begitu Al memasang sabuk pengaman dan malah nyengir padanya.

"Baik banget deh sahabatku ini. Kita cari makan dulu ya, laper dari tadi belum sarapan"

Eci melirik jam tangannya sejenak, sambil kembali mengemudikan mobilnya, "Parah banget udah hampir waktunya makan siang malah belum sarapan"

"Ya gimana tadi balik aja mendadak"

"Bunga udah baikan Al?"

Al mengangguk sambil memejamkan matanya, kentara jika ia sedang lelah. "Udah dari kemarin"

Paham jika Al sedah terlihat lelah Eci membiarkannya, enggan berbicara benyak seperti biasanya. Ia mengemudikan mobilnya menuju rumah makan sejalan dengan arah apartemen Al agar lebih menghemat waktu.

"Bangun Al udah sampe katanya tadi laper" ucapnya sambil melepas sabuk pengaman.

Al menguap sebelum akhirnya bangun dan keluar dari mobil bersama Eci. "Ci aku mau soto aja" bisiknya membiarkan Eci memesan makanan sedangkan ia lebih memilih duduk di kursi dengan nyaman sambil menunggu Eci.

"Kita langsung ke apartemen atau ke bengkel kamu?" Tanya Eci begitu duduk di depan Al sambil menguncir rambutnya.

"Apartemen aja, mau tidur"

"Oh ya Ci, nant-" ucapan Al terpotong ketika ponsel Eci berbunyi yang langsung mendapat tindakan dari Eci.

"Ya Bim?" Sapanya

"Aku lagi nganter si Al, habis ini langsung pulang kok. Oh gitu, okedeh kamu jemput ke kantor aku aja. Oke see you"

Al meliriknya sejak tadi sembari mengamati. Begitu ponselnya di letakkan ia langsung buka suara. "Si Bima?"

Eci mengangguk menjawabnya. "Kenapa dia telpon kamu bukannya urusan kalian udah selesai ya?"

"Udah sih Al, cuman aku lupa cerita sama kamu tentang ini. Sebernya ak-"

"Bima deketin kamu?" Potong Al.

"Aku udah jadian sama Bima. Belum lama sih ak-"

"Dan kamu nggak cerita sama sekali sama aku? Selama itu Ci kamu nggak pernah cerita sama aku?" Al memandangnya dengan tajam, sebagai sahabatnya ia merasa tidak dianggap jika seperti ini.

"Aku nggak bermaksud gitu Al. Aku mau cerita sama kamu, tapi liat kamu yang lagi sibuk aku milih buat nunda aja. Toh nggak begitu penting juga kan?"

Nggak begitu penting.

Al mengulangi kalimat itu sambil tertawa getir. "Iya sih nggak penting juga buat aku. Bima emang baik sih pekerjaannya juga terjamin. Cocok buat kamu"

"Maaf ya Al, aku nggak bermaksud gitu kok. Lain kali aku bakal langsung cerita deh sama kamu. Janji"

"Yaudahlah terserah kamu aja Ci, semoga kamu betah sama dia"

***

Seribu PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang