Chapter 33 : a plan

173 29 4
                                    

(happy reading)


Hari dan waktu berganti, semua tampak sesuai apa yang di bayang kan di pikiran. Sebuah hubungan baru itu terbuka, entah keluarga, saudara dan lainnya.

Dan saat ini, satu sosok baru menginjakkan kaki nya di mansion berharga tersebut. Ibu kota yang sudah terbangun sekitar beberapa tahun lalu, atau mungkin sepuluh hingga lima belas tahun yang lalu?.

Nusantara namanya. Sebelumnya, nama tersebut tidak ada di raga sosok baru itu.

"Nusantara, ya?" angin sedikit menggerakkan rambut halus nya yang berwarna merah tersebut, entah sudah berapa lama personifikasi ini memandang ke arah taman yang luas hingga dirinya bisa melihat gerbang utama dari mansion Ditya ini. Indonesia, selaku inti pada province tampak merasa gelisah dan khawatir, walau sebenarnya jiwa nya bukan Indonesia dulu tetapi perasaan nya tampak dengan natural memberikan rasa gelisah dan khawatir untuk jiwa nya.

Walau begitu, kejutan yang di alami jiwa Indonesia tersebut akan menekan pikiran Indonesia. Mungkin kalian berpikir, jika ini bukan Indonesia yang asli, di mana Indonesia yang asli?, mengapa mereka tidak membenci nya karena bukan Indonesia yang asli berada di dalam raga nya?.

Cukup dengan dua kata, 'hal lumrah.'

Manik mata emas nya mengkilat di saat melihat sesuatu yang asing tampak keluar dari bawah pepohonan rindang di ujung taman, entah dari kapan pula penglihatan nya menjadi setajam elang.

"apa itu yang di maksud Kara?" sebuah surai berwarna hijau tua terlihat di seberang sebuah pepohonan. Sosok yang tidak terlalu asing bagi Indonesia sendiri.

Cekatan, Indonesia sudah tau siapa itu, bahkan dari rambut dan juga sebuah emblem di bagian baju nya langsung dengan cepat bisa di kenali. "Nusantara."

"sepertinya dulu aku pernah di panggil seperti itu, tetapi sekarang panggilan tersebut sudah berpindah kepada nya."

Seutas senyum tipis terlihat di bibir nya, perasaan hangat menyelimuti hati Indonesia, hingga dirinya tersadar. Ah betapa bodoh nya dirinya yang seharusnya sekarang mendekat ke sosok tersebut, Indonesia malahan hanya memandangi sosok tersebut dari teras, tetapi tak berselang lama Indonesia mundur dan kembali masuk ke Mansion ini.

-o0o-

"hah, sudah berapa lama aku tidak bisa melihat dunia luar?" suara dengan nada sedih mulai mengisi sekitar, manik mata berwarna kuning ke-emasan memancarkan rasa sedih sekaligus khawatir di sana, karena dirinya tiba-tiba berada di tempat yang terasa asing namun familier dengan suasana nya.

Sosok ini berpikir sembari mencopot sebuah emblem pancasila dan sebuah bendera negara Indonesia, sekilas raut wajah sedih tersebut di gantikan dengan raut wajah bingung, 'tunggu, bukan kah ini emblem yang biasa di pakai oleh Jaka?.'

Tetapi sebelum itu, sebuah tepukan di pundak nya mengalihkan asistensi nya, memang sedikit terkejut bahkan sosok ini tak sengaja menjatuhkan salah satu emblem di tangan nya, sehingga membuat dirinya panik sendiri.

"a-ah!, maaf membuat mu kaget" sosok ini terdiam saat mendengar suara tersebut, seakan-akan jantung nya berhenti bekerja beberapa saat ketika mendengar suara lembut itu, tanpa mempedulikan emblem yang terjatuh, ia langsung menoleh ke belakang.

"Indonesia?!, TUNGGU BAGAIMA----?."

"sst, jangan keras-keras, aku takut ada pelayan yang mendengar nya.."

"nah Kaltim, ayo masuk, aku sudah menantikan dirimu sedari tadi" province ini berusaha melepas tangan yang membekap mulutnya tetapi niat nya ia urungkan setelah mendengar ucapan personifikasi di depan, apalagi dengan senyuman tulus tersebut membuat dirinya tertegun sekitar 15 detik.

ᴛɪᴍᴇ ᴛᴏ ᴡᴀᴋᴇ ᴜᴘ||ᴄʜ🇮🇩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang