Chapter 30 : a development?

206 36 0
                                    

(happy reading)

3 minggu berlalu, entah kapan terakhir kali dunia terasa lebih damai dari pada saat ini, perbincangan hangat tentang negara 'itu' sudah booming di negara tetangga maupun di luar tetangga. Tak segan pula salah satu personifikasi negara dengan alasan 'ingin menjenguk' nya mengirim pertanyaan tersebut di saat kondisi yang terbilang masih kritis.

Membuat namanya sedikit tercoreng di kalangan warga negara tersebut, alias Indonesia.

Bukan, maksud ku hanya warga nya saja, tidak sampai ke Indonesia itu sendiri. Singkat nya personifikasi Indonesia.

Indonesia, topik yang cukup menarik untuk kita bahas. Indonesia masih berusaha menyamakan lingkungan nya, beradaptasi dan menghafal apa yang menurut nya penting atau mungkin memang sangat penting, perkembangan yang tidak terlalu mulus untuk beradaptasi dalam lingkungan nya. Entah karena apa setiap kali Indonesia di dekati seseorang entah itu bukan yang dirinya kenal atau pun yang dirinya kenal sekalipun, Indonesia akan mencoba menghindar.

Kata 'ragu' selalu melintas di otak nya, ia selalu merasakan dejavu setiap saat di ajak berjalan keluar. Tak habis dari itu, Indonesia selalu merasakan sesuatu yang aneh saat berjalan kearah taman, apalagi bisikan angin yang mengajak nya meninggalkan tempat ini.

Selaku sebagai anak yang baik, Raditya selalu berusaha meyakinkan jika tidak ada yang perlu di ragu'kan, semua kehidupan ini memang 'layak' bagi Indonesia sendiri. Entah semakin banyak perlakuan manis dari anak itu, semakin sulit juga dirinya berusaha mencari ingatan nya sekuat tenaga.

Ingatan yang membekas setelah dirinya terbangun dari hutan. Ingatan seorang pemuda yang tidak jelas. Ingatan masa lalu sosok yang ia tempati. Ingatan kekerasan entah secara fisik maupun mental. Dan ingatan pelecehan seks*al.

Kalian pasti tidak menyangka kan dari mana Indonesia bisa mendapatkan 20% ingatan nya sendiri?, asal kalian tau dirinya berusaha mati-matian mencari cara bagaimana ingatan masa lalu nya pulih, walau sedikit menyesal jika yang ada hanya ingatan mengerikan. Bukan sebuah ingatan penting dan bahagia.

Dirinya mulai trauma untuk mengembalikan ingatan nya. Jangan bertanya bagaimana ia bisa mendapatkan memori-memori tersebut.

"Indo."

Suara ketukan pintu bisa dirinya dengar, apalagi dengan nama nya yang terpanggil sedikit keras. Dan bukan nya membuka pintu tersebut Indonesia tetap terdiam tak bergeming di sana, dirinya tau siapa yang sedang berada di depa pintu kamar nya.

Tuan Asean. Sosok yang berperan sebagai 'papa' nya, sosok organisasi dengan sifat manis dan penyayang, dan selalu menjadi incaran para wanita di luar sana walau status nya adalah organisasi penting.

Suara lembut mulai mengisi gendang telinga nya kembali setelah beberapa saat tidak terdengar ketukan pintu.

Jangan berpikir aneh-aneh saat Indonesia tidak membuka pintu kamar nya. Jujur saja di dalam benak terdalam Indonesia sendiri, dirinya sangat amat bingung, padahal hampir 4 minggu ia sudah berdiam diri di lingkungan ini. Semua tampak berbeda di setiap harinya.

Saat ini juga sudah tidak terdengar suara ketukan pintu, hanya ada keheningan di kamar bernuansa putih ini, jujur saja di dalam hati kecil nya ia merasa takut. Padahal tidak ada yang seharusnya ia takuti saat ini, karena kehidupan nya 'lumayan' sempurna, kasih sayang ada, pelayanan yang baik ada, di hormati banyak kalangan pun ada, apalagi dirinya sangat berharga. Tidak salah kan jika memiliki hal seperti itu?.

"pertama Netherlands, kedua Tuan Asean, ketiga Thai--? eh siapa ya? Thailand?, terus Singapore?" empat nama dapat dirinya sebutkan, itu adalah nama personifikasi dan satu organisasi yang akhir-akhir ini jarang ia temui, terkecuali dengan Raditya itu sendiri. Memang ini cukup tidak adil, karena dari sekian empat orang di sana hanya sampai satu hingga dua kali pertemuan yang ada.

ᴛɪᴍᴇ ᴛᴏ ᴡᴀᴋᴇ ᴜᴘ||ᴄʜ🇮🇩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang