26. Bali Night

6.7K 297 30
                                    

*Happy Reading*




Angin dingin malam langsung menyambut mereka sekeluarnya dari menghabiskan malam di resort mewah pinggir pantai.

Mereka baru saja bertemu dan membicarakan launching hotel Daniel besok dengan beberapa orang yang terlibat di dalam peresmian besok.

"Bisa-bisanya mereka tahan dengan pakaian terbuka begitu disini. Sedangkan gue udah mau mati kedinginan." Aaron mengeratkan mantel tebalnya, sungguh sangat dingin.

Daniel tersenyum miring, "dan lo masih nerima tawaran Aditama buat ke bar?" Ejeknya sarkas.

"Gue cuma iyain aja, bukan berarti gue mau."

Tak ingin menanggapi Aaron, Daniel mempercepat langkahnya menuju hotel mereka.

"Oh ya, gue udah nyiapin semuanya buat Naira, mulai dari pakaian sampai Make up. So be careful besok, jangan lo buat capek malam ini."

"Tutup mulut lo sebelum usia lo yang gue tutup." Daniel menatap tajam Aaron yang terkekeh, ia langsung memasuki kamar.

Daniel membuka pintu, yang pertama ia lihat adalah Naira yang tertidur di sofa. Sepertinya dia sangat lelah sampai tidak menyadari Daniel sudah pulang.

Suara langkah seseorang mengusik tidurnya, dengan panik ia langsung bangkit dari sofa, menatap keseluruhan ruangan.

Naira bernafas lega saat mendapati punggung Daniel yang sedang berganti pakaian.

"Kau sudah bangun?" Daniel melangkah kearah Naira, memakai bajunya di depan perempuan itu.

Naira yang masih dilanda kantuk sekaligus takut hanya mengangguk kecil.

"Besok pagi kau harus sudah bersiap, Aaron akan membawakan beberapa pakaian besok, pilihlah yang menurutmu nyaman."

"Dan lagi setibanya disana, jangan pernah menjawab pertanyaan dari wartawan, cukup diam dan terus mengikutiku. Mengerti?"

"Iya, mengerti kak."

Daniel menghempaskan tubuhnya ke sofa, menyalakan televisi. Naira mengikuti Daniel, duduk disampingnya dengan canggung.

Naira mencengkram perutnya saat rasa perih itu datang lagi, dia sangat kelaparan. Naira ingat, ia hanya memakan satu potong roti di pesawat hari ini.

Ia tidak menemukan makanan apapun disini. Daniel tidak menyediakan apapun. Walau ia sudah terbiasa menahan lapar, namun kali ini benar-benar membuat perutnya sangat perih mengingat kegiatan mereka tadi sore yang menyita banyak tenaga.

Naira melirik Daniel yang sibuk pada ponselnya, mau tidak mau ia mencoba memberanikan diri.

"Kak, sudah makan malam?" Tanyanya pelan.

"Sudah." Jawabnya singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

Naira menghela nafas, lagi-lagi diabaikan. Ia beranjak dari sofa berniat tidur di sofa kamar.

Daniel menatap kepergian perempuan itu, dia baru teringat tidak meninggalkan apa-apa disini.
Ia memang sengaja tidak memenuhi kulkas karena hanya menempati hotel ini satu malam.

"Kenapa? Kau belum makan?"

"Belum kak." Lirihnya pelan.

Daniel menghela nafas, "dibawah kan ada cafe dan restoran, kenapa tidak kesana tadi? Atau kamu bisa kan tinggal hubungi room service? Sekarang sudah tengah malam."

"Aku nggak punya uang Kak." Jawaban dari istrinya membuat Daniel menghela nafas panjang, "semua orang tau kamu itu istriku, siapa yang berani menagih bayaran denganmu?"

Just Hold On Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang