*Happy Reading*
•
•
•
•"Sial, kepalaku sakit." Daniel memegang kepalanya yang pening bukan main saat ia baru saja membuka matanya.
Ia kembali memejamkan mata dan mencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam, sialnya ingatannya langsung tertuju saat ia memeluk perempuan itu, Daniel sendiri tidak mengerti kenapa tiba-tiba dia melakukannya.
Rasa kasihan? Mungkin saja, tapi tanpa sadar dia sendiri yang mulai melewati sekat pembatas yang telah dibangunnya sejak awal diantara mereka. Padahal ia lah yang paling lantang untuk memberikan batas antara dirinya dan perempuan itu, namun kini ia yang malah melewati batas itu.
Daniel melirik jam pada nakasnya yang masih menunjukkan pukul 05.30, ia memilih segera bangkit dari ranjangnya dan membersihkan diri.
Setelah selesai membersihkan diri, ia keluar dan menemukan punggung kecil dengan balutan dress berwarna putih, siapa lagi kalau bukan istrinya, satu-satunya orang ia perbolehkan masuk ke kamarnya.
Perempuan itu berbalik kearahnya yang masih diam di depan pintu, tidak tau harus menghadapinya dengan sikap seperti apa "Kak, mau pakai kemeja warna abu-abu hari ini?" Ia bersuara lebih dulu, yang hanya mendapat anggukan dari pertanyaannya.
Naira mendekat dengan membawa kemeja yang sudah ia pilihkan, membantu Daniel memasangkan kemejanya seperti biasanya. Dia sama sekali tidak tampak canggung, sepertinya hanya Daniel lah yang merasa seperti itu.
Daniel menahan nafas saat tangan itu menyentuh dadanya, benar-benar terasa sangat canggung.
Kedekatan keduanya terasa semakin tidak benar.
"Sudah selesai." Suara Naira membuat Daniel mengalihkan fokusnya, berjalan menuju lemari tempat koleksi jam tangannya.
Naira menatap setiap bergerakan Daniel, pria itu berbeda lagi seperti semalam. Dia kembali dingin dan acuh terhadapnya.
"Mau pakai dasi warna navy kak?" Suaranya kembali memecah keheningan diantara mereka, dia menatap punggung tegap Daniel dari belakang, sikapnya berbeda lagi dari tadi malam, Naira menyadari itu. Dia tampak menghindarinya.
"Tidak perlu, keluar sekarang." Usirnya dingin, Naira mengangguk lesu. Dia pikir Daniel sudah sedikit berubah ternyata masih sama saja.
"Mau dibuatkan teh atau kopi kak?" Tanyanya kembali saat di depan pintu.
"Keluar Naira." Daniel menggeram, menekan namanya.
Tak ingin mencari masalah dengan Daniel, ia keluar dari sana dengan gontai.
"Mimpimu terlalu tinggi, kamu mengharapkan apa dari hubungan ini?" Seharusnya ia sadar dan tidak boleh terlena akan sedikit saja sikap baik Daniel padanya, karena mustahil mendapat maaf dan hati pria itu.
Sementara itu, Daniel melempar dasinya ke lemari berisi koleksi dasi dan jam tangannya.
"Brengsek!! Tolol!" Daniel menyugar rambutnya menyesali kebodohannya, harusnya ia berpikir panjang sebelum bertindak. Ia selalu berusaha keras membangun tembok pembatas diantara dirinya dan Naira, namun lagi-lagi ia yang selalu lebih dulu melewati pertahanan yang ia bangun. Perempuan itu selalu berhasil meruntuhkan egonya. Membuatnya berpikir keras, memangnya hal bagus apa yang ada di miliki perempuan itu selain tubuhnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Hold On
RomanceTakdir seorang Naira Liandra, gadis yang harus menerima segala kebencian dari keluarganya sendiri sejak dia kecil. Makian, kekerasan bukan hal asing baginya. Ayahnya seseorang yang dulu dia pikir akan melindunginya, berubah menjadi monster paling me...