35. Luka Lama

6.6K 348 55
                                    

*Happy Reading*

"Ada yang begitu hancur hanya bisa diam, lalu menangis sendirian..."

/coklatpanas/




Middle and high school, few years ago...

"Ssshh sakit..." ringisan keluar dari bibir tipis gadis remaja yang tengah menahan sakit dari luka ditubuhnya yang terkena kapas.

"Maaf, ini udah pelan sekali." Dengan tenang dan telaten Zoe mengusap obat luka pada bahu Naira. Mengusapnya dengan hati-hati karena lukanya yang cukup parah.

Saat ini keduanya berada belakang sekolah tepatnya ditempat yang jarang di datangi siswa karena letaknya yang terpencil hingga jarang diketahui keberadaannya. Tempat yang selalu dijadikan keduanya untuk menghabiskan waktu istirahat.

"Kenapa bisa sampai separah ini? Tidak bisa pura-pura pingsan ya biar monsternya berhenti?" Tanyanya membuat Naira tertawa.

"Habisnya aku nggak bisa akting sih, kemarin aku coba tahan tangan Papa tapi malah semakin kuat dipukulnya."

"Jangan melawan Naira. Tahan semua dengan badan, kakimu tidak boleh terluka, kaki itu untuk lari, saat monster itu lengah kamu harus kabur. Jangan berontak, pukulannya akan semakin sakit." Zoe menaikkan seragam putih yang tadinya terbuka sebatas bahu, menandakan dia sudah selesai mengobati dan menenggelamkan wajahnya di leher gadis itu.

"Kemarin coba lari, tapi kakinya ditarik sampai kepalanya terbanting ke lantai." Zoe menarik bahu Naira kebelakang, agar bersender di dadanya, tangannya mengusap rambut Naira.

"Maaf, salahku." Bisiknya pelan membuat Naira terkekeh geli saat nafas pemuda itu terasa dilehernya, "Tidak apa-apa."

"Ke rumah sakit ya? Takut terjadi apa-apa." Bujuknya membuat Naira menegakkan tubuhnya dan berbalik kearah Zoe. Lalu menggeleng cepat, "nanti Papa tambah marah kalau ada berita buruk tentang keluarga kami."

"Publikasi lebih penting daripada Kesehatan kamu ya?" Zoe mengerutkan dahinya menatap Naira, gadis itu tetap saja tersenyum terlihat tanpa beban.

"Aku nggak suka bau rumah sakit, selalu teringat Mama." Zoe menghela nafas, membawa tubuh kecil itu ke pelukannya.

"Masih minum obat tidur?" Tanyanya pelan, berharap gadis di dekapannya ini menjawab jujur.

"Kalau habis dipukuli Papa aja. Biar nggak telat bangun." Jawabnya polos sambil memainkan jarinya di punggung Zoe.

"Minum teh kamomil aja ya, Mama sering minum itu kalau susah tidur. Nanti kita beli." Naira mengangguk mendongak melihat wajah Zoe, lalu tersenyum.

"Kakak udah tau banyak obat-obatan padahal belum jadi dokter. Enggak sabar ngeliat Kakak pakai baju dokter terus keliling rumah sakit. Pasti keren." Zoe tersenyum kecil mendengar celotehan gadis itu.

"Makan dulu ya? Nanti keburu masuk." Zoe mengambil kotak bekal ada di sampingnya, menyerahkannya pada Naira.

"Aku bawa bekal juga kok, ini" Naira juga mengambil kotak bekalnya dan membukanya, belum sempat ingin memakan, Zoe merebut kotak bekal ditangan Naira, menggantikannya dengan miliknya. "Jangan makan mie instan lagi Nairaaa. Susah banget dibilangin."

"Mie instan itu makanan terenak di dunia tau!" Kesalnya mencoba mengambil kembali kotak bekalnya dari Zoe.

"Makan ini aja. Aku bawa salmon." Zoe membuka kotak bekalnya.

Just Hold On Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang