*Happy Reading*
"Saat kau tau akan berakhir buruk, sanggupkah kau menghentikan saat semuanya masih terasa indah?"
•
•
•
•
Ketukan palu persidangan siang itu menjadi akhir dari segalanya. Rumah tangga yang mereka coba bangun selama hampir dua bulan ini berakhir di meja hijau setelah mengadakan beberapa sidang tanpa dihadiri keduanya.
Daniel menatap Aaron yang duduk di pihaknya, persidangan yang hanya dihadiri kurang dari sepuluh orang itu berakhir setelah memakan proses tidak lebih dari satu bulan. Semuanya sudah berakhir hari ini, dengan mudah.
Naira menatap Daniel yang enggan menatap kearahnya sejak awal pertemuan mereka, Naira tersenyum tipis saat pria itu mulai bangkit dari duduknya.
Naira menatap ke belakang, ditempat Leo duduk. Hanya Leo yang datang dipihaknya, laki-laki itu membalas tatapannya tanpa ekspresi. Naira tau, setelah ini hidupnya akan semakin sulit.
Naira terdiam memperhatikan beberapa orang mulai keluar dari ruangan, matanya terpaku pada punggung lebar dibalut setelan hitam, melangkah pergi meninggalkan ruangan. Padahal beberapa hari yang lalu, ia masih bisa memeluk punggung itu dengan bebas. Takdir seakan sangat tidak adil, waktu yang ia habiskan untuk memperjuangkannya lebih banyak daripada kesempatan singkat yang ia dapat untuk bersamanya.
Belajar melupakannya merupakan tugas baru untuk Naira, bukan hal yang mudah untuk bisa melepaskannya. Setelah kehilangan dirinya, Naira kehilangan segalanya. Rumah untuk pulang dan seseorang yang mencintainya. Tapi sekali lagi, ini semua salahnya.
Kalimat seperti 'jangan pergi, maafkan aku' rasanya kata-kata itu tidak lagi berarti. Mereka sudah benar-benar berpisah.
Naira memberanikan diri menghampiri Daniel yang tengah berbincang dengan pengacaranya dan Aaron di pintu keluar karena ia tidak lagi yakin kapan mereka bisa bertemu lagi setelah ini "Kak... boleh bicara sebentar?"
Naira berdiri dibelakang mereka, berdiri gamang di sana saat tidak ada yang mengidahkan ucapannya, seolah menganggapnya tidak ada. Saat mereka melangkah pergi, Naira sadar diri untuk tidak memaksa.
Dan akhirnya tiba di satu titik, dia tidak lagi bisa dicapai dan dirinya masih tercekat disana, merasa bahwa semuanya masih bisa diperbaiki.
Menyadari tidak lagi ada orang disekitarnya, Naira memutuskan menunggu Leo yang pergi ntah kemana di kursi tunggu. Naira menunggu cukup lama disana sebelum Aaron menghampirinya, yang refleks membuat Naira berdiri. Pria itu tersenyum tipis kearahnya.
"Bagaimana kabar kamu beberapa minggu ini?" Tanyanya membuka percakapan diantara mereka.
'Seperti neraka' adalah satu-satunya kalimat yang bisa mendefinisikan keadaannya sekarang namun Naira memilih memendamnya sendiri karena ia sadar ini semua kesalahannya.
"Maafkan saya, tidak bisa meruntuhkan pertahanan Daniel untuk menceraikan kamu." Sikap Aaron yang tidak sesuai dengan dugaan Naira membuat perempuan itu menunduk tidak enak. Ia mengira Aaron akan membencinya sama dengan Daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Hold On
RomanceTakdir seorang Naira Liandra, gadis yang harus menerima segala kebencian dari keluarganya sendiri sejak dia kecil. Makian, kekerasan bukan hal asing baginya. Ayahnya seseorang yang dulu dia pikir akan melindunginya, berubah menjadi monster paling me...