Masa Lalu Saroh (part 15)

2.4K 187 2
                                    

Saat mentari mulai tenggelam di ufuk barat, lantunan ayat suci mulai terdengar dari surau. Tak terasa, hari hampir menjelang magrib.

Kala itu, aku sedang menyiapkan camilan dan teh hangat seperti biasa untuk Aa Gugun. Terdengar suara ketukan di luar yang membuatku merasa heran, siapa yang bertamu senja hari begini.

"Aa, bukain pintu sana, siapa sih yang bertamu senja gini?" ucapku pada Aa Gugun.

Aa Gugun yang sedang bersama Bayu kecil pun berlalu menuju pintu luar.

"Siapa, Aa?" teriakku dari arah dapur.

Merasa gak mendapat jawaban, buru-buru aku menyusulkan keluar.

Terlihat Aa Gugun yang masih berdiri mematung didepan pintu. Dengan perlahan, kudekati dia. Dan ternyata seorang wanita berdiri di luar dengan tatapan marah kepada Aa Gugun.

Hatiku berkata, pasti dia adalah Suzan. Wanita yang telah merebut suamiku. Dengan mencoba untuk tenang, melawan gejolak amarah di dada, kudekati mereka.

"Siapa kau?" tanyaku berpura-pura tidak tahu.

"Aku istrinya Aa Gugun," jawabnya pula.

"Istri yang mana? Istri simpanan Aa Gugun yang di kota?" tanyaku lebih ketus.

"Walau aku istri simpanan, tapi aku juga berhak atas diri Aa Gugun," jawabnya tak kalah sengit.

"Oh, berarti dia kemari hanya untuk melawan dan membuatku emosi. Baiklah, kamu akan terima akibatnya telah mengambil suamiku," gumamku dalam hati.

"Berhaknya darimana? Istri simpanan kok merasa berhak," ucapku tak kalah sinisnya dengan mendekap kedua tangan didada.

Terlihat wajahnya memerah dengan nafas memburu tak beraturan, seperti menahan amarah yang sangat tinggi.

Sedangkan Aa Gugun hanya terdiam membisu, tanpa membela antara aku dan sundel kota itu.

"Aa, kenapa kau tak membelaku, sih?" tanya sundel itu.

Aa Gugun yang hanya terdiam, kini tergagap mendapat pertanyaan yang tak di sangkanya.

"Anu--- maaf Suzan, sebaiknya kamu pulang. Dan mulai sekarang aku ceraikan kamu."

Tiba-tiba Aa Gugun mengucapkan hal yang tidak di sangka-sangka. Sedangkan wajah sundel itu terlihat merah menahan malu dan amarah.

"Aa kejam, dulu bilangnya sayang banget denganku. Tapi sekarang, kenapa dengan Aa?" teriaknya keras sambil memukul-mukul Aa Gugun.

Melihat tingkahnya yang semakin menjadi, kutangkap dan kuputar tangannya kebelakang. Kepalanya pun mendongak karena kujambak rambutnya yang panjang.

"Hei, sundel, jangan macam-macam ya, kamu sama aku. Akan berakibat buruk kalau kau berani." ku ancam dirinya agak tidak berani berbuat yang macam-macam.

Dia hanya meringis kesakitan, karena rambutnya terus kutarik dan kepalanya semakin mendongak.

"Lepaskan aku, Saroh." teriaknya.

"Saroh, lepaskan dia, biarkan dia pulang." Aa Gugun berusaha untuk menenangkanku.

Pertengkaran di senja itu tidak ada yang tahu, karena halaman rumahku sangat luas dan rumah-rumah tetangga lumayan jauh jaraknya dengan rumahku.

Aku melepaskan wanita sundel itu atas permintaan Aa Gugun. Namun, ternyata sundel itu telah mengincar Bayu kecilku yang ada di ruang tengah.

Setelah kulepaskan, perempuan sundel itu langsung menerobos ke dalam dan mengangkat tubuh mungil Bayu. Sontak aku kaget dan marah.

"Akan kuhempaskan bayi ini kalau Aa Gugun tidak ikut aku." ancamnya.

Mendengar itu, tanpa pikir panjang dengan amarah yang memuncak, kuambil gelas kaca yang berisi kopi panas dan melemparkannya ke wajah sundel itu.

Dia tergagap, dan Bayu jatuh dari tangannya. Beruntung Aa Gugun dengan sigap menangkapnya.

Wanita sundel itu tersungkur kelantai. Dengan sigap, kutarik dia menuju arah luar dan mengusirnya dari rumah.

"Awas kau, Saroh, kau akan menyesal," teriaknya padaku.

"Coba saja." kutantang ancamannya.

Setelah itu, dia pun mengangkat kaki dari halaman rumahku.

Aa Gugun hanya termenung dengan menggendong Bayu yang sedang menangis.

Aku segera membereskan kekacauan ini, dan segera mengganti kopi dan teh hangat yang sudah tertumpah di lantai.

Entah, setan apa yang sudah merasukiku, ku seduh kopi di cangkir lain. Dan kuletakan di bawah pohon paring(bambu) rimbun yang berada di belakang rumah. Dan berharap, penunggu pohon itu akan membantuku membuat wanita sundel itu celaka.

Setelah itu, aku masuk kerumah dan kembali berkumpul dengan Aa Gugun.

*****
Pagi menjelang, aku sudah mempercantik diri. Tidak lupa, setiap kali kurapalkan mantra-mantra itu. Hari ini, kami ingin jalan-jalan ke pasar untuk membeli kebutuhan rumah.

Dengan sigap, kubangunkan Aa Gugun yang masih terlelap tidur.

"Aa, ayo bangun. Kitakan hari ini ke pasar," ucapku.

Tanpa harus membangunkan beberapa kali, Aa Gugun segera membersihkan dirinya.

Sementara dia mandi, aku menyiapkan teh hangat seperti biasa untuknya.

Saat akan berangkat ke pasar, tiba-tiba datang seorang pria tak di kenal menghampiri kami.

"Dengan Pak Gugun?" tanya orang itu.

"Ya, saya sendiri," sahut Aa Gugun.

"Apakah anda kenal dengan Bu Suzan?"

"Ya, emang kenapa?" Aa Gugun balik bertanya.

"Saya temannya sopir mobil travel yang Bu Suzan tumpangi. Tadi malam, mobil itu mengalami kecelakaan, dan Bu Suzan meninggal di RS. Sebelum dia meninggal, dia memberikan alamat Pak Gugun kepada saya dan meminta untuk menemui bapak." terang pria itu.

"Apakah bapak suaminya?" tanya pria itu lagi.

"Kami sudah bercerai. Sebaiknya bapak segera menghubungi keluarganya yang ada di kota," ucap Aa Gugun.

Aa Gugun pun memeberikan alamat orang tua Suzan kepada pria tersebut.

"Terima kasih, Pak?" ucapnya.

"Sama-sama," balas Aa Gugun.

Suzan meninggal dalam kecelakaan, jangan-jangan kecelakaan itu akibat dari ....

Mertuaku SandahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang