part 12. Flash Back

3.1K 210 19
                                    

Namaku Maisaroh, biasa dipanggil Saroh atau Eroh. Menikah muda dengan Aa Gugun. Kira-kira, masih 17 tahun. Aku anak tunggal, sehingga semua kemauan harus selalu dituruti. Walau begitu, aku tidak bersekolah tinggi dan selalu melakukan apa yang kuinginkan.

Sehingga, kedua orang tua menyerah dengan perilaku burukku. Entah apa yang merasuki pikiran sampai akhirnya melakukan semua itu. Bagiku, uang adalah segala-galanya.

Aku selalu mendekati orang-orang berduit, walau mereka sudah tua. Yang penting, pemasukan selalu lancar. Sampai suatu ketika, aku bertemu Aa Gugun. Dia begitu tampan dan berwibawa. Usia kami terpaut sepuluh tahun. Aku ... jatuh hati padanya.
Awalnya, Aa Gugun tak menyukaiku. Namun, aku terus berusaha berkorban untuknya, agar dia luluh.

Ternyata benar, tidak sia-sia aku berjuang dan mengorbankan sahabat sendiri. Akhirnya, Aa Gugun mencintaiku. 

Sahabat sekaligus saudara angkatku itu yang pertama dicintai Aa Gugun telah kufitnah. Sehingga, Aa Gugun membencinya dan berakhir mencintaiku.

Betapa senangnya bisa mendapatkan Aa Gugun. Karena apa yang aku ingin, harus kudapatkan. Sebelum menikah, aku adalah gadis pemikat yang selalu direbutkan para laki-laki hidung belang. 

Namun, pekerjaan itu kulakukan di kota. Jaraknya empat jam dari desaku. Di kota itulah, aku bertemu Aa Gugun. Dia juga tahu kalau pekerjaanku adalah gadis pemikat. Namun, dia tak pernah protes.

Suatu hari, dia melamar dan ingin segera menikah denganku. Dia ingin, aku berhenti dari pekerjaan ini. Aku pun setuju. Akhirnya, aku pulang ke desa dan menikah dengannya. Tak seorang pun anggota keluarganya yang datang menghadiri pesta perkawinan kami. 
Akan tetapi, aku tak menghiraukan itu semua. Yang penting, Aa Gugun sudah menjadi milikku. Aku dan Aa Gugun tinggal di rumah orang tuaku. Karena anak tunggal, jadi rumah itu adalah rumahku juga.

Setelah seminggu kami menikah, Aa Gugun kembali ke kota. Dia melanjutkan bisnisnya. Namun, aku tetap tinggal di desa karena Ibu sedang sakit-sakitan. Aa Gugun pulang ke desa setiap dua minggu sekali dan menginap dua sampai tiga hari di rumah.

Tak terasa, pernikahan kami sudah memasuki bulan kelima. Selama menikah, aku selalu menuruti apa yang dia katakan, karena sangat mencintainya. Dia pun begitu memanjakanku dengan segala fasilitas yang diberikan.

Tak dikira, akhirnya aku pun hamil. Aa Gugun sangat gembira mendengar berita kehamilanku. Namun sayang, saat aku hamil tiga bulan, Ibu meninggalkanku untuk selamanya. Sedangkan Bapak, menyusul setelah tiga bulan kepergian Ibu.

Kini, hanya aku yang tinggal sendiri tanpa keluarga. Beruntung, Mpok Ijah menganggapku sebagai saudaranya. Jadi, aku selalu berbagi cerita hanya dengannya.

Saat kehamilanku berusia delapan bulan, aku mendapat kabar dari kota bahwa Aa Gugun selingkuh dengan mantan kekasihnya. Betapa hancur hatiku saat itu. Mempercayainya saat berada di kota, ternyata dia mengkhianati cintaku.

Karena mengalami tekanan, akhirnya aku melahirkan sebelum waktunya. Tak ada yang mendampingiku saat melahirkan, hanya Mpok Ijah yang selalu berada di sampingku. Begitu sulit melahirkan di usia muda sepertiku.

Ditambah lagi, tidak ada orang tua atau suami yang mendampingi. Namun, aku memiliki tekad kuat, harus melahirkan buah hati dan mengembalikan suami ke dalam pelukan.
Akhirnya, jagoanku lahir ke dunia dan kuberi nama Bayu prayoga. Mpok Ijah begitu telaten merawatku, walau dia memiliki keluarga sendiri. Bahkan Bang Rohmat, suami Mpok Ijah, begitu memahami keadaanku. Dia tidak keberatan kalau Mpok Ijah membantu.

Suatu hari, kuutarakan maksud hati untuk mengembalikan Aa Gugun ke pelukanku kepada Mpok Ijah.

 "Mpok, aku tidak ingin kehilangan Aa Gugun."

"Yang sabar, Roh. Pasti, nanti dia juga akan kembali."

"Tapi, aku ingin Aa Gugun menuruti semua kemauanku."

"Apa maksudmu, Roh?" tanyanya padaku.

"Aku ingin Mpok Ijah menemaniku, menemui dukun untuk membuat Aa Gugun tunduk."

"Jangan, Roh, itu musyrik!" balas Mpok Ijah.

"Tapi, Mpok, aku enggak ingin kehilangannya," ucapku lirih. Aku benar-benar tidak ingin kehilangan suami.

"Berikan pengertian dan doakan saja Gugun."

"Enggak mau, Mpok! Terlalu lama prosesnya. Aku ingin instan!" tukasku cepat.

"Astaghfirullah ... istighfar kamu, Roh."

Akhirnya, aku hanya diam dan mengalah. "Sudah dikabari Gugun kalau kamu melahirkan?"

Aku menggeleng lemah. "Belum, Mpok. Kan, di sini enggak ada sinyal," jawabku.

"Baiklah, nanti Bang Rohmat saja yang mengabari."

"Iya, Mpok, terima kasih selalu membantuku." Aku tersenyum, meski kesedihan masih terasa.

***
Tiga hari setelah melahirkan, Aa Gugun pulang dari kota. Akhir-akhir ini, dia selalu mengabaikanku setelah mempunyai selingkuhan yang kudengar beberapa waktu lalu.

"Bagaimana keadaanmu, Roh?" tanyanya saat baru masuk ke rumah.

"Kurang baik, Aa. Karena kamu sekarang berubah!" ketusku.

"Apa maksudmu? Aku baru pulang dan kamu mencari masalah!" ucapnya marah dan meninggalkanku.

Aku hanya bisa terisak. Aa Gugun tidak pernah seperti ini. Dia selalu manis dan baik. Lalu, sekarang berbeda. Semenjak punya selingkuhan, dia terus membuatku menangis. Dalam hati, aku bertekad akan membuat Aa Gugun bertekuk lutut di hadapanku.

.

___________________________
Untuk bagian part yang terhapus, apakah akan di up ulang atau tidak?
Minta pendapat kalian, ya😊🙏

Mertuaku SandahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang