Akhir Masa Lalu Saroh (part 17)

2.3K 191 3
                                    

Part 17
Akhir masa lalu Saroh

Dikota, aku tinggal bersama mertuaku untuk sementara. Karena, kami belum memiliki rumah yang tepat untuk di diami.

Memang, tinggal bersama mertua ada saja yang gak enaknya. Yang lebih berpengaruh lagi, aku gak bisa memberikan teh hangat manis pada Aa Gugun seperti biasa waktu masih di desa.

Belum lagi nyinyiran Ibu Mertua yang memang dari awal gak suka denganku. Ada-ada saja yang dia masalahkan saat Aa Gugun tidak ada di rumah. Tapi, kalau Aa Gugun ada di rumah, Ibu Mertua gak akan berani memarahiku.

Sampai akhirnya aku sudah gak tahan lagi, Ibu Mertua seolah membuatku salah di depan Aa Gugun.

"Aa, cepatlah kita cari rumah. Aku udah gak betah tinggal disini. Ibumu cerewet banget."

"Sabar ya, Roh. Maklumi ajalah, namanya juga orang tua."

"Kalau Aa gak segera cari rumah, aku akan pulang ke kampung halaman." ancamku.

"Iya, besok Aku cari."

Usaha Aa Gugun di bidang furniture emang lagi sangat berkembang pesat. Aa Gugun memegang tiga buah toko, sedangkan yang lainnya dia serahkan kepada keluarganya yang lain.

Selang beberapa hari, akhirnya aku bisa bernafas lega. Tak perlu lagi serumah dengan Mertua yang sangat cerewet.

Dari hasil pemberian Aa Gugun tiap minggunya, aku bisa menyisihkan uang untuk merenovasi rumah peninggalan orang tuaku di kampung. Tanpa harus mengubah bentuk aslinya.

Dengan mempercayakan kepada Bang Rohmat dan juga Mpok Ijah, akhirnya rumah peninggalan bisa di renovasi. Tapi aku tetap meminta bangunannya dari kayu ulin yang kuat.

Selain merenovasi rumahku, aku juga merenovasi rumah Bang Rohmat dan Mpok Ijah. Karena mereka sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri.

Aku pun mempercayakan kepada mereka untuk menyimpan uangku.

****
Beberapa tahun kemudian.

Saat Bayu berusia sepuluh tahun, kami mengalami kebangkrutan. Toko meubel kami mengalami kebakaran, sedangkan toko yang lainnya telah di sita oleh Bank karena tidak bisa membayar pinjaman di sana.

Aku baru tahu, ternyata Aa Gugun meminjam uang untuk saudara sepupunya dengan jaminan toko kami. Dan sepupunya gak bisa bayar utang itu kepada Bank dan mengakibatkan toko kami yang di sita.

Ingin marah, tapi apalah daya, Mertuaku mengatakan bahwa akulah pembawa sial. Dendamku semakin menjadi kepada mereka. Aku pun akhirnya melakukan hal yang sama kepada Mertuaku persis seperti yang kulakuakan pada Aa Gugun.

Akhirnya, mereka semua tunduk dengan semua perintahku.

Karena sudah terbiasa dengan uang yang banyak, aku akhirnya tidak tahan dengan keadaan yang serba kekurangan.

Aku berkenalan dengan seorang teman yang bisa membuatku memiliki uang banyak lagi. Karena wajahku masih cantik dan mulus, aku pun menerima tawaran sahabat baruku.

Aku kembali menggeluti profesi sebagai wanita penggoda yang memiliki tarif yang sungguh fantastic.

Awalnya Aa Gugun tak mengetahui pekerjaan baruku. Namun saat itu, aku bertemu dengannya saat berada di sebuah Hotel bersama laki-laki hidung belang.

"Roh, siapa laki-laki itu?" tanya Aa Gugun tanpa marah sedikitpun.

"Langgananku." ketusku jawab.

"Roh, kamu bekerja itu lagi?"

"Iya, lumayan, tarifnya mahal. Hanya untuk orang-orang berduit saja," jawabku tanpa peduli perasaannya.

"Kalau kamu mau, bisa kok jadi pengantarku ke pelangganan, biar kamu dapat penghasilan juga. Cuma mengantarkan, akan ku kasih uang lebih." jelasku lagi.

Aa Gugun hanya terdiam.

Mulai saat itu, Aa Gugunlah yang mengantarkanku kepada para pelanggan.

Saat Bayu berusia lima belas tahun, aku hamil kembali. Saat itu, tak ada yang tahu kalau aku hamil. Kehamilan memasuki bulan kelima, aku masih melayani para tamu hidung belang. Aku hanya melayani para pejabat dan juga orang-orang berduit.

Aku tidak tahu, anak siapa yang kukandung. Tapi, yang pasti, ini bukan anak Aa Gugun.

Setelah Aa Gugun tahu, aku di mintanya untuk berhenti dan mau mengurus anak-anakku saja. Namun, aku tak mau berhenti.

Saat aku hamil, para hidung belang semakin banyak memesanku. Kata mereka, berhubungan dengan wanita hamil itu sangat nikmat dan menggairahkan.

Itulah kesempatanku, aku memasang tarif lebih mahal lagi.

Saat kehamilanku memasuki bulan kedelapan, aku pulang ke kampung halaman bersama Aa Gugun. Tanpa Bayu, karena Bayu harus sekolah. Kami menitipkan Bayu kepada Mertuaku, dan mereka pun menerimanya dengan senang hati.

Di kampung halaman, aku melahirkan anak kedua. Seorang bayi cantik yang kuberi nama Santi. Tiga bulan di kampung halaman, Santi kutitipan dengan Mpok Ijah, sedangkan aku dan Aa Gugun kembali ke kota.

Aku kembali menggeluti pekerjaanku sebagai wanita penggoda.

Selang dua tahun, aku hamil kembali. Kali ini, kami semua pulang ke kampung halaman. Rumah yang kami tempati, kami jual sebagai modal usaha untuk tinggal di desa.

Mulai saat itulah, kami tidak pernah lagi kembali di kota.

*****
"Begitulah, Nak, cerita tentang masa lalu Ibumu. Setelah Ibumu kembali ke desa ini, dia menceritakan semuanya kepadaku dan tak ingin melakukannya lagi." Mak Ijah menceritakan semua tentang Ibu.

"Jadi, maaf sebelumnya, kalian ini berbeda ayah. Tapi, walau kalian berbeda ayah, kalian harus tetap saling menyayangi. Dan ingat, jangan sampai mengikuti jejak Ibumu." Mak Ijah memberikan nasehat kepada kami.

Santi dan Nanda hanya menangis tersedu. Aku pun memeluk mereka, memberikan kekuatan dan dukungan. Bahwa aku selalu mencintai mereka semua.

.
.
.
By.Khanza Az-Zahra

***********
Maaf, baru bisa update karena kesibukan di duta🙏

Mertuaku SandahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang