Part 16
Saroh ke kotaTiga hari setelah kematian Suzan, si sundel perebut suami orang, datang kedua adik Aa Gugun, Roro dan Aryo. Roro baru menikah empat bulan, namun ia tidak datang bersama suaminya. Sedangkan Aryo adalah adik bungsu Aa Gugun.
Dengan senang hati, kusambut kedua adik iparku itu.
"Apa kabar kalian?" tanyaku sembari memeluk Roro.
"Kami baik, Kak," jawab mereka.
"Alhamdulillah. Yuk, masuk." ajaku pada mereka.
Mereka duduk di ruang tengah bersama Aa Gugun, sedangkan aku menyiapkan teh hangat dan juga camilan untuk mereka. Aku membuat bakwan, karena bahan-bahannya sangat simpel dan sudah tersedia di lemari penyimpanan.
Teh sudah kusuguhkan, sedangkan camilannya masih kugoreng.
"Ayo diminum dulu," tawarku.
"Bentar ya, camilannya masih di goreng."
"Iya, Kak," sahut mereka.
"Rencananya, berapa malam nhinap di sini?" tanyaku.
"Gak lama kok, Kak, mungkin besok udah pulang."
"Lo, kok sebentar banget. Gak kangen nih sama keponakannya?"
"Kangen, Kak. Kami rencananya mau ngajak kakak tinggal di kota lagi. Bisnis Aa Gugun maskin besar, aku gak bisa menjalankannya sendiri, Kak," ucap Aryo.
Aryo lah yang selama ini menjalankan usaha Aa Gugun.
"Bagaimana, Aa, mau ya?"
"Terserah kakakmu saja," ucap Aa Gugun.
"Bentar ya, mau anggkat gorengannya dulu."
Aku menuju dapur dan menganggat camilan u
yang kugoreng tadi. Sambil berpikir, apakah aku menerima tawaran mereka atau tidak. Aku pun ingin juga berada dikota."Yuk, dimakan gorengannya dulu." kusuguhkan sepiring gorengan.
"Gimana, Kak, mau gak?" tanya Aryo lagi.
"Baiklah, tapi aku ingin berumah sendiri biar bisa mandiri." syaratku pada mereka.
"Kan Aa Gugun emang punya rumah sendiri, Kak!" Roro menimpali.
"Tapi, aku gak mau tinggal di rumah Aa Gugun saat bersama Suzan." ketusku dengan tajam.
Roro dan Aryo hanya tertunduk, mereka lupa kalau selama ini menyembunyikan kelakuan abangnya yang telah nikah siri.
"Maafkan kami, Kak, kalau selama ini telah berbohong," ucap mereka lagi.
"Iya, gak apa. Kakak udah memaafkan," jawabku.
Walau sebenarnya hati ini terlalu sakit, karena selama ini mereka bohong. Perselingkuhan Aa Gugun aku ketahui dari seseorang warga yang kerja di kota.
Entah kenapa, rasa sakit ini berimbas ingin membalaskan sesuatu kepada mereka.
"Ya sudah, kapan kita berangkat ke kota, Aa?" tanyaku.
"Jadi, kakak bersedia?" tanya Roro kemudian.
"Iya. Oh,ya ... bagaimana kabar Ayah dan Mamah?"
"Alhamdulillah ... mereka sehat. Bagaimana untuk sementara, kak Saroh dan Aa tinggal bersama kami dulu?" tanya Aryo.
"Biar rumah Aa Gugun yang dulu, Roro yang akan menempatinya." lanjutnya kemudian.
"Kalau Aa, terserah kakakmu saja," ucap Aa Gugun.
"Ya, sudah kalau gitu, dua hari lagi kita berangkat." putusku kemudian.
"Aku akan menitipkan rumah ini kepada Mpok Ijah."
"Eh, mau tanya, beberapa hari yang lalu, seseorang datang kesini menyampaikan kematian Suzan. Emang, berapa korban yang meninggal atas kejadian itu?" tanyaku.
Karena penasaran dengan kematian si sundel kota itu.
"Cuma Suzan, Kak, yang meninggal." jawab Roro.
"Haaahh ...." aku pura-pura heran.
"Kata para penumpang, saat kejadian cuma Suzan yang terlempar dari mobil. Sedangkan yang lain, gak apa-apa. Cuma luka lecet karena benturan dari dalam mobil itu juga." Aryo menjelaskan.
"Dan yang lebih anehnya, sekujur tubuh Suzan seperti bekas cakaran. Tapi, sebagian lagi merasa wajar, karena Suzan terlemparnya pas jatyh ke semak-semak berduri." lanjut Aryo lagi.
"Ih, ngeri juga ya." aku bergidik, berpura-pura merasa ngeri.
Padahal, aku yakin, itu adalah perbuatan hantu penunggu pohon bambu yang ada di belakang rumah. Senangnya bisa menyingkirkan sundel kota itu.
"Yuk, ah, kita beristirahat dulu. Besok aku mau ke tempata Mpok Ijah dulu, sekalian menitip rumah ini padanya."
"Roro dan Aryo, silahkan kalian memilih kamar yang mana yang ingin di tempati."
"Kita barengan ke kotanya," lanjutku lagi.
"Iya, Kak." berbarengan mereka menjawab.
*****
Mentari pagi terbit dari ufuk timur, sinar hangatnya menembus di antara kisi-kis jendela.Pagi ini, aku ke tempat Mpok Ijah dan mengatakan niat kami ingin pindah ke kota, sekaligus menitipkan rumah peninggalan emak kepadanya.
"Mpok, kami besok berangkat ke kota dan akan tinggal di sana. Saya nitip rumah emak ya," ucapku pada Mpok Ijah.
"Kok, mendadak mau pindah ke kota?" tanya Mpok Ijah.
"Kemarin, adiknya Aa Gugun datang ke rumah, meminta kami untuk tinggal di kota. Karena usahanya maju pesat di kota. Jadi, Aa Gugun harus ikut menangani usaha itu. Karena, usaha itu awalnya milik Aa Gugun." terangku.
"Baiklah, Roh. Tapi ingat, jangan lupa dengan kampung halaman, ya," ucap Mpok Ijah.
"Iya, Mpok. Kamukan satu-satunya Mpokku." ku peluk dia.
"Besok berangkat jam berapa?""Pagi, Mpok."
"Baiklah. Pesanku, kamu harus jaga diri dikota ya."
"Iya, Mpok. Kan aku juga pernah tinggal di kota itu. Lagi pula, aku dan Aa Gugun kan bertemunya di kota itu," sahutku dengan tersipu.
"Ya, ampun, kok aku bisa lupa, ya." kami pun tertawa berbarengan.
*****
Tiba saatnya keberangkatan kami ke kota. Kami berangkat dengan di antar beberapa buah sepeda motor, menuju perbatasan masuk ke desa kami.Mobil yang di titipkan ke salah warga yang tinggal di perbatasan itu, karena mobil tidak bisa masuk.
Memerlukan waktu satu setengah jam untuk sampai ke perbatasan. Karena jalan yang tak memungkinkan dan sangat bergelombang.
Saat tiba di perbatasan, kami segera bersiap berangkat ke kota. Aku segera pamit kepada para warga yang telah mengantarkan kami. Tidak lupa dengan Mpok Ijah, karena dia ikut juga mengantarkanku ke perbatasan bersama Bang Rohmat.
"Kami berangkat ya, Mpok, Bang." pamitku pada mereka.
"Hati-hati di kota, ya." Mpok Ijah memberi nasehat.
"Gun, jaga istri dan anakmu. Jangan sampai mereka kamu telantarkan." nasehat Bang Rohmat kepada Aa Gugun.
"Iya, Bang."
Kami pun bersalaman, aku memeluk Mpok Ijah begitu erat. Dia pun menciumku, seakan berat melepaskan. Walau aku hanya adik angkatnya.
Kami pun berangkat ke kota dengan jarak tempuh tiga setengah jam.
.
.
.
By.Khanza Az-Zahra

KAMU SEDANG MEMBACA
Mertuaku Sandah
TerrorDi larang keras memPLGIAT cerita ini. Dan dilarang juga membawakan ceritanya ke youtube tanpa izin. Kalau ketahuan, akan di tuntut. Sandah adalah hantu kalimantan yang bentuknya hampir mirip seperti miss kunti. hanya bedanya, sandah berwajah besar d...