Part 21. Teror Arwah Penasaran

2.1K 163 6
                                    

Saat kami masuk ke kamar, Nanda menujuk kearah ranjang tempat Ibu tidur. Aku dan Santi hampir terpekik bersamaan. Terkejut melihat apa yang ada di sana.

"Aaaahhhh ...."

"Ya Allah, bukankah semua barang-barang ini sudah kita sedekahka kepada para warga desa?" kataku penuh keheranan.

"Apakah mungkin yang dikatakan mereka itu benar? Bahwa, Ibu mendatangi warga satu persatu untuk meminta kembali barang yang sudah kita sedekahkan!" gumam Bang Bayu lagi.

Kami pun memeriksa barang-barang yang ada di atas ranjang tersebut. Sangat kotor dan menjijikan, penuh lumpur dan lendir. Aku hampir muntah melihatnya. Sedangkan Nanda mulai terisak.

"Ibu, kenapa bisa seperti ini? Pulang, lah, Bu. Jangan mengganggu lagi. Hik,,, hik."

"Yang, gimana ini?" tanyaku.

"Aku juga bingung, Yang. Kenapa Ibu bisa seperti ini. Kami sebagai anaknya merasa malu." Bang Bayu tertunduk dan mengusap wajahnya dengan kasar.

"Sabar, Yang. Kita akan mencari jalan supaya arwah Ibu tidak penasaran lagi," ujarku.

Aku memeluknya untuk memberi kekuatan dan dukungan, agar Bang Bayu tidak lagi bersedih.

"Santi ... Nanda ... Dengar, ya, kalian gak boleh bersedih. Kita akan mencari jalan keluar untuk permasalahan ini."

"Iya, Kak. Terima kasih telah memberikan nasehat dan dukungannya." Mereka memelukku.

"Bagaimanapun, aku kakak kalian, dan juga anak Ibu. Kita harus tetap semangat dan jangan berhenti mencari cara, agar Ibu tenang di alamnya."

"Yang, bagaimana dengan semua barang ini?" tanyaku.

"Bentar, aku ngambil gabang(karung goni) dulu, setelah itu kita bakar." kata Bang Bayu.

Bang Bayu berlalu menuju dapur, mencari karung yang dia maksud. Tak berapa lama, ia kembali ke kamar Ibu.

"Ini karungnya, biar aku yang merapikan tempat ini," ucapnya.

"Kalian segera kerjakan untuk tahlilan kita sore ini." perintahnya lagi.

Kami bertiga hanya mengangguk dan segera menuju dapur.

Terpikir olehku bahwa, bukankah kamar Ibu sudah rapi, kok bisa berantakan seperti tadi. Mungkinkah tadi malam Ibu memang datang ke kamar itu? Apa benar yang selama ini kulihat dan kudengar? Selalu terdengar suara berisik di kamar Ibu. Dia juga terlihat di dapur, mencuci piring kotor dan juga mengepel rumah.

Itu sebabnya, piring kotor selalu berlendir. Sisa makanan malam yang biasanya bisa untuk sarapan pagi, menjadi basi. Nasi di dalam magic com-pun bisa berlendir. Lantai licin karena lendir. Apakah semua itu, Ibu yang melakukannya?

Sengaja semua kejadian itu aku tutupi dari Bang Bayu dan adik-adiknya. Karena tak mau mereka tambah sedih dan khawatir memikirkan nasib sang Ibu yang menjadi arwah penasaran.

Saat kami memulai mengerjakan pekerjaan untuk acara, datang beberapa ibu-ibu tetangga sebelah.

"Assalamualaikum ...."

"Waalaikum salam ... masuklah ibu-ibu." ajakku pada mereka.

Walau mereka tahu kalau arwah Ibu penasaran, tetapi mereka tetap saja membantu kami memasak makanan untuk melaksanakan hajatan tahlil Ibu.

"Mau masak apa rencananya, Mir?"

"Masak kare aja kayaknya, Bu," sahutku.

"Yuk, segera kita kerjakan. Waktu berjalan gak akan terasa." kata salah satu dari mereka.

Mertuaku SandahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang