Arwah Penasaran Ibu (part 10)

6K 275 22
                                    

Mertuaku Sandah
#Horor_Kalteng

Part 10

"Sandaaaaahhhh ...."

Warga yang lari tadi berteriak. Semua warga terkejut dan serentak masuk kedalam rumah. Mereka segera mengunci pintu dan jendela.

"Astagfirullah ...."

Serentak mereka mengucapkan istigfar. Warga lainnya yang berada di dalam rumah pun gemetaran karena merasa takut.

"Bayu, Ibumu bangkit lagi," kata salah seorang warga.

"Ya Allah ...." Bang Bayu menutup kedua wajahnya.

Santi dan Nanda pun menangis, mereka terlihat saling berpelukan. Aku segera menghampiri Bang Bayu, kemudian memeluknya.

Sedangkan bapak-bapak lainnya melanjutkan bacaan tahlil yang di pimpin Pak Rohmat.

Ibu-ibu yang lain masih bergerombol dan saling berpeluk, karena masih takut dengan kedatangan arwah Ibu yang penasaran.

Begitupun denganku, kakiku gemetaran karena ketakutan mendengar apa yang mereka katakan.

"Bayuuuu ...." terdengar sayup suara Ibu memanggil.

Ternyata benar apa yang warga lain bilang, kalau Ibu akan menjadi arwah penasaran.

"Yang, aku gak mengerti kenapa ini semua bisa terjadi?" ucapku.

"Aku pun gak mengerti, Yang," sahutnya.

Bang Bayu kemudian memelukku.

"Dengar, Yang, temani Santi dan Nanda. Aku akan mencoba komunikasi dengan arwah Ibu," ucap Bang Bayu.

"Apa kamu yakin, Yang?" tanyaku.

"Kamu gak takut?" sambunhku lagi.

"Bagaimana pun dia Ibuku, Yang," jawabnya pula.

"Baiklah, Yang. Hati-hati, sekalian baca doa," ucapku.

Akupun melepaskan pelukannya dan menghampiri santi dan Nanda. Kedua iparku itu langsung menghambur memelukku dan menangis.

Kulihat Bang Bayu perlahan berjalan menuju ke arah pintu luar. Salah satu warga menahan langkahnya.

"Apa kamu yakin, Nak?" tanya bapak itu.

"Iya, Pak," sahut Bang Bayu.

Perlahan, Bang Bayu membuka pintu itu. Semua warga yang menyaksikannya menahan nafas, begitu pun denganku. Harap-harap cemas apa yang akan terjadi apabila pintu itu terbuka. Sebagian warga yang lainnya, masih melanjutkan bacaan tahlil, berharap gangguan itu segera berakhir.

Pintu terbuka dan Bang Bayu perlahan melangkah keluar. Warga yang berada di depan pintu pun hanya melongo menyaksikan apa yang terjadi di luar.

"Ibu ... mana Ibu? Katanya hantu Ibu ada di luar?" tanya Bang Bayu heran.

Ternyata arwah penasaran Ibu sudah tidak ada di luar. Mereka yang tadinya menyaksikan Ibu, merasa lega. Karena arwah penasaran Ibu sudah tidak ada.

"Alhamdulillah ...." ucap mereka berbarengan.

"Ya sudah, Nak, mungkin Ibumu sudah kembali ke tempatnya," ucap salah satu warga.

"Iya, tadikan Ibumu memanggil namamu," sahut salah satu warga lainnya.

"Iya, Pak, tadi saya juga mendengarnya," ucap Bang Bayu.

"Ayo, yang lain kembali ke tempat masing-masing, kita percepat acaranya," ucap Pak Rohmat memberi perintah.

Serentak mereka kembali ke tempat masing-masing dan melanjutkan acara tahlilannya.

Tak berapa lama, makanan pun di suguhkan. Kali ini, mereka tidak makan di tempat, tapi di bawa pulang masing-masing. Mereka takut, kalau arwah penasaran Ibu akan kembali.

Dalam sekejap, rumah kembali sepi. Hanya Mak Ijah dan Pak Rohmat yang tertinggal. Mereka membantu kami untuk membereskan rumah.

"Nak, abaikan ya, kalau ada suara-suara gaduh yang kalian dengar. Jangan pernah di hiraukan," ucap Mak Ijah.

Kami hanya mengangguk. Tapi, rasa penasaranku tak jua kunjung hilang.

"Mak, besok saya ke rumah emak, ya. Ada yang ingin di tanyakan," ucapku.

"Dan emak harus ceritakan semuanya," bisiku padanya.

"Iya. Ingat pesan emak tadi ya, jangan lupa."

Kami semua hanya mengangguk.

Mak Ijah dan Pak Rohmat pun pulang. Hanya kami yang tersisa dan dalam pikiran masing-masing.

Acara sudah selesai, dan semua sudah beres di rapikan. Kami pun masuk kamar masing-masing untuk beristirahat.

Saat terlelap dalam mimpi yang indah, tiba-tiba aku terbangun. Karena mendengar suara ribut dari arah dapur.

Ingin aku beranjak dan menuju arah dapur, tapi aku teringat pesan dari Mak Ijah. Namun, rasa penasaranku lebih kuat ketimbang pesan dari Mak Ijah.

Aku beranjak dari ranjang dan melangkah untuk menuju dapur.

Perlahan kubuka pintu kamar agar tidak menimbulkan suara. Setelah pintu kamar terbuka, dengan mengendap-endap aku berjalan menuju arah dapur.

Setelah sampai diujung pintu penghubung dapur dan ruang tengah, aku benar-benar terkejut. Mataku melotot menyaksikan apa yang ada didapur itu.

Aku melihat seorang wanita berbaju putih dengan rambut awut-awutan, wajah yang lebar dan besar, serta wajah itu seperti meleleh. Rambutnya yang acak-acakan menutupi sebagian wajahnya.

Wanita itu memasukan semua makanan ke mulutnya yang lebar. Setelah ku perhatikan betul-betul wajah itu, ternyata dia adalah Ibu.

"Aaaaaaaaaaa ...."

Aku berteriak histeris, tubuhku langsung ambruk. Aku tak merasakan apa-apa lagi, hanya gelap.

.
.
.
Sampit,
By.Khanza Az-Zahra

Mertuaku SandahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang