Part 23. Akhir Dari Semua

2.8K 190 17
                                    

Hari ini, tepat selama enam hari di kota, Bang Bayu pulang bersama Ante Roro dan Om Aryo.

Dirumah Mak Ijah, Ante Roro dan Om Aryo menceritakan semuanya.

"Ro, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Mak Ijah.

"Kami sebenarnya tak merelakan itu semua, Mpok," ucap Ante Roro.

"Apakah kalian mengetahui apa yang Saroh lakukan selama dia masih muda dulu?" lanjut Mak Ijah.

"Iya, Mpok. Kami gak rela kalau kak Saroh melakukan itu semua kepada keluarga kami, terlebih pada orang tua kami," dengus Ante Roro kesal.

"Maafkanlah Saroh, dia melakukan semua itu pasti ada alasannya." Mak Ijah berusaha meminta maaf.

"Iya, Nte, kami minta maaf atas perlakuan buruk Ibu kepada keluarga Ante," ucapku jua.

"Tapi, ibu kalian itu melakukan hal tidak terpuji dan melanggar agama." Om Aryo ikut menimpali dengan penuh emosi.

"Sabar, jangan penuh emosi." Pak Rohmat datang untuk menengahi.

"Kita cari jalan yang terbaik. Jangan hanya melihat kesalahan yang lain, sedangkan kita tidak tahu kesalahan pada diri kita sendiri," lanjut Pak Rohmat.

Semuanya terdiam dalam pikiran masing-masing. Terlihat Om Aryo sudah bisa menguasai emosinya yang tadi meledak.

"Benar, Bang, maafkan kami juga," ucap Om Aryo kepada pak Rohmat.

"Kami juga salah, dulu membiarkan Aa Gugun selingkuh. Sementara kak Saroh tinggal di desa. Begitu pun ibu kami yang selalu tak menyukai kak Saroh," ucap Ante Roro.

"Mungkin kak Saroh hanya menginginkan keluarganya utuh, makanya dia melakukan hal-hal semacam itu. Karena kita semua memiliki kesalahan masing-masing, maka kami memaafkan kak Saroh." lanjut Ante Roro.

"Nah, ini lebih bagus. Lebih baik kita semua saling memaafkan dan sebelum menjudge seseorang, kita juga harus melihat kesalahan pada diri kita juga," jelas Pak Rohmat.

Kami pun saling berselaman dan saling berpelukan, bertanda masalah keluarga ini telah selesai.

"Senja ini, Roro dan Aryo harus berani menghadapi arwah penasaran Saroh," ucap Mak Ijah.

"Tapi, Mpok, kami  merasa takut!" ucap Om Aryo.

"Kalian harus bisa, cuma mengatakan padanya bahwa kalian sudah memaafkan dan minta dia untuk pergi dari desa ini," sahut Mak Ijah.

****
Senja menjelang, kami sudah mempersiapkan segalanya didalam kamar Ibu. Semangkok lauk dan sebakul nasi.

Dengan hati yang sangat berdebar, kami menantikan saat-saat itu. Kami semua berkumpul di ruang tengah.

Saat ada suara ribut-ribut dari arah kamar Ibu, yang menandakan Ibu sudah datang. Kaki semakin bergetar, tubuh berkeringat dingin, menandakan ketakutan semakin menyelimuti kami semua. Santi dan Nanda tidak lepas dari pelukanku. Sedangkan Ante Roro dan Om Aryo, ikut juga merasa ketakutan.

"Ayo, cepat kalian masuk," ujar Mak Ijah.

"Kami takut, Mpok," jawab Ante Roro.

"Beranikan diri, biar kelar masalah ini." lanjut Mak Ijah.

Dengan sedikit keberanian, mereka melangkah menuju kamar Ibu. Terlihat jelas, ketakutan di wajah Ante Roro. Tubuhnya sedikit gemetaran, dan terus memegang ujung baju belakang Om Aryo.

Krrriiiieeeeeettttt ....

Suara pintu kamar Ibu berbunyi, menambahkan keangkeran suasana malam ini. Belum sempat masuk, wajah Ante Roro langsung tegang kemudian jatuh terkulai ke lantai dan pingsan.

Mertuaku SandahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang