Teror Awal (part 11)

6.5K 284 58
                                    

Mertuaku Sandah
#Horor_Kalteng

Part 11

Saat tersadar, aku sudah berada di kamar tidur bersama Bang Bayu. Bang Bayu masih terlelap dalam tidurnya. Aku bingung, apakah ini semua nyata ataukah hanya mimpi saja.

Kulirik jam dinding, sudah menunjukan jam setengah lima, sudah waktunya sholah subuh. Ku bangunkan Bang bayu untuk segera melaksanakan sholat wajib dua rakaat.

"Yang, bangun. Sholat dulu, ntar kesiangan." kugoyangkan tubuhnya.

Bang Bayu segera bangun dan membersihkan dirinya. Mengambil wudhu dan kamipun sholat berjamaah.

Selesai sholat, aku membangunkan kedua adik iparku untuk segera menunaikan sholat subuh. Sedangkan Bang Bayu membantuku untuk membersihkan tempat tidur dan juga menyapu ruang tengah sekaligus ruang tamu. Kami saling membantu untuk pekerjaan rumah

Aku lanjut mencuci piring kotor yang tidak terlalu banyak dan memanasi lauk sisa acara tahlilan tadi malam untuk sarapan pagi.

Namun, saat ingin memanasi lauk, aku terkejut, lauk sisa tadi malam telah ludes habis. Aku yakin, lauk itu masih ada sisanya. Tapi, kok telah habis tanpa sisa.

Kuraih mangkuk tempat masakan tersebut, terlihat ada lendir di mangkuk itu. Segera kubenahi dan kucuci mangkuk itu agar tidak ada yang mengetahuinya.

Setelah itu, kuperiksa kembali panci besar yang berisi nasi di atas kompor. Aku yakin, nasi itu masih ada. Tapi ternyata, nasi itu juga ludes.

Apakah tadi malam, saat aku melihat arwah penasaran Ibu, itu bukan mimpi? Apakah itu benar nyata? Lalu kenapa aku tiba-tiba saja berada didalam kamar bersama Bang Bayu?

Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikiranku.

"Yang, apa sarapannya sudah siap?" Bang Bayu tiba-tiba berada di sampingku.

"Ah, Yang, bikin kaget aja." aku terkejut dengan kehadiran Bang Bayu secara tiba-tiba dan langsung mencubit perutnya.

"Kok bengong? Mana sarapannya, Yang?" Bang Bayu mencium pipiku.

"Semua makannya basi, Yang. Kita beli nasi kuning aja ya di tempat mpok Zubai?"

"Iya, Yang, terserah kamu aja. Kamu beli nasinya, biar aku bikin teh hangatnya."

"Ok deh, Yang. Aku beli nasi kuningnya dulu, jangan lupa bikin teh manis hangatnya," ucapku.

"Siap, Ayangku." Bang Bayu kembali mengecup keningku.

"Jangan lupa belikan juga buat Santi dan Nanda."

"Iya, Yang, gak akan lupa deh."

Aku pun melangkah keluar menuju warung mpok Zubai.

Warung mpok Zubai hanya berjarak dua buah rumah dari rumah Mertuaku di sebelah kiri.

Sesampai di sana, sangat banyak orang-orang yang sudah berkumpul untuk membeli makanan yang dijual mpok Zubai. Diwarung itu, bukan hanya nasi kuning yang di jual. Tapi, berbagai makanan yang cocok buat sarapan pagi tersedia di sana. Seperti lontong sayur, buras, nasi kuning, dan berbagai macam kue tradisional.

Aku mengantri untuk mendapatkan makanan yang kupesan. Saat menunggu antrian, beberapa warga saling bercerita.

"Eh, tadi malam, seperti ada seseorang di dapur rumahku. Padahal akukan cuma berdua saja tinggal di rumah. Karena penasaran, kuintip deh. Eh, ternyata ... iiiihhhh, bikin merinding. Mak Saroh ada di dapurku." ibu itu sangat antusias bercerita kepada warga lainnya.

"Iya, sama. Saat aku bangun untuk sholat tahajud, eh tiba-tiba mak Saroh duduk di meja makan. Aku pun lari tunggang langgang masuk kekamar, itu pun masi kejedot pintu. Nih ..." ibu itu sambil memperlihatkan dahinya yang benjol.

Mertuaku SandahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang