Tentang Saroh 2 (Part 14)

2.4K 180 7
                                    

Tentang Saroh 2

"Kamu kenapa, Roh?"

Tiba-tiba Aa Gugun sudah berada di depan pintu kamar mandi.

"Anu, Aa, mungkin masuk angin, gak enak badan." aku mencoba berkilah.

"Ya, sudah, nanti kuminta Mpok Ijah memanggil tukang urut," sahutnya lagi.

Aku hanya menganggukan kepala dan segera berlalu menuju kamar tidur untuk memberi ASI kepada Bayu.

Selang satu jam, Mpok Ijah datang bersama Bik Sarni, tukang urut sekaligus bidan beranak di kampung ini.

Aku mempersiapkan minyak untuk berurut(pijat) dan kasur tipis. Kuletakan di ruang tengah, agar lebih leluasa.

Sedangkan Bayu, bersama dengan Mpok Ijah. Begitu antengnya Bayu dalam gendongannya, sampai selesai Bik Sarni mengurut, Bayu tak rewel sedikit pun.

Bik Sarni pamit pulang, tapi Mpok Ijah gak ikut pamit pulang.

"Roh, kenapa kamu bisa muntah? Kamu kecapean?" tanya Mpok Ijah.

Aku hanya diam, apakah harus di ceritakan padanya atau tidak?

"Mpok, ada sesuatu yang harus aku ceritakan padamu," kataku.

"Apa itu, Roh?"

"Tapi, Mpok harus janji memegang rahasia ini sampai kapan pun?"

"Apaan sih?" Mpok Ijah tampak penasaran.

"Janji dulu, Mpok," jawabku lagi.

"Iya, janji deh." dengan mulut manyun, Mpok Ijah akhirnya berjanji.

Aku pun menceritakan semua yang terjadi dan yang telah kulakukan pada Aa Gugun. Mendengar itu semua, Mpok Ijah begitu marah padaku.

"Ya Allah, Roh, kamu tahu gak apa akibatnya kalau kau melakulan itu semua?" dengan suara tinggi dan penuh amarah, Mpok Ijah mengingatkanku.

"Maaf, Mpok, aku sudah melakukannya. Hatiku mendidih, Mpok, dan aku gak bisa membendung itu semua," jawabku dengan wajah tertunduk.

"Kamu tahu gak, apa akibatnya nanti? Kamu akan menjadi----."

Mpok Ijah memotong perkataannya sendiri. Wajahnya terlihat penuh kecemasan.

"Roh, kamu itu seperti adikku sendiri. Kalau ada apa-apa, harusnya kamu bertanya dulu padaku. Kamu inj masih terlalu muda, jadi gak tahu apa-apa." Mpok Ijah memelukku dengan kasih sayang.

Aku pun menangis dalam pelukannya. Tak tahu apa yang akan terjadi kelak, aku hanya bisa pasrah. Karena, sudah terlanjur terjadi.

"Mpok, apabila nanti sesuatu terjadi padaku, tolong aku ya."

"Aku akan selalu membantumu, Roh."

*****
Hari ini Aa Gugun akan kembali ke kota. Ada perasaan was-was, apakah dia akan mengingatku ataukah dia akan melupakanku. Namun, gejolak hati ini mengatakan, aku tidak ingin dia memiliki wanita selain diriku.

Aku menyiapkan sarapan sebelum Aa Gugun berangkat. Saat merebus air untuk membuat teh hangat, ada bisikan-bisikan aneh di telinga.

Bisikan itu seolah memintaku untuk memasukan kembali beberapa tetes darah nifas ke dalam air. Walau berusaha untuk melawannya, namun bisikan itu lebih kuat. Akhirnya, kumasukan beberapa tetes darah nifas tanpa sepengetahuan Aa Gugun.

Aku memang tidak bisa berpaling darinya, dan aku ingin akulah wanita satu-satunya dalam hidup Aa Gugun.

Setelah semua siap, aku memanggil Aa Gugun untuk sarapan terlebih dulu.

Mertuaku SandahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang