Kebangkitan (part 9)

6.6K 299 41
                                    

Mertuaku Sandah
#Horor_Kalteng

Part 9

Tak ada seorang pun yang menyadari kehadiran sesosok wanita di bawah pohon pisang. Ingin aku menghampirinya, tapi ada sedikit merinding melihat rambutnya yang acak-acakan.

"Kak, ayo pulang. Ini sudah larut malam. Kita harus menyuguhkan makanan yang sudah tersedia untuk para pelayat yang mampir ke rumah." Santi menyadarkanku.

Aku berlari kecil untuk mengimbangi jalan Santi dan Nanda. Saat ku tolehkan kepala ke arah pohon pisang itu kembali, sosok wanita yang ada di sana sudah tidak ada.

Tengkukku langsung bergidik ngeri. Siapakah wanita yang menangus itu?

Sesampai di rumah, para pelayat yang mampir ke rumah lumayan banyak, walau hari sudah larut malam. Mereka segera membacakan doa tahlil. Setelahnya, makanan di suguhkan.

Acara selesai, para pelayat sudah pulang ke rumah masing-masing. Cucian piring kotor yang menumpuk pun kuabaikan, karena aku sudah terlalu lelah.

Kulirik jam yang melingkar di tangan, sudah menunjukan pukul dua belas malam lewat lima belas menit. Aku berinisiatif untuk mencuci piring kotor besok pagi.

Semua pintu dan jendela sudah di kunci rapat. Santi dan Nanda pun sudah masuk ke kamar mereka. Aku pun menyusul Bang Bayu yang baru masuk ke kamar.

"Yang, aku udah capek banget. Yuk, tidur."

Aku menuju ranjang, tidak lupa sebelumnya berganti pakaian dengan lingerie.

Kurebahkan tubuh di atas ranjang, dan Bang Bayu pun merebahkan diri disampingku.

Dalam sekejap, Bang Bayu sudah terlelap dalam tidurnya. Namun, beda denganku. Sampai detik ini, aku belum bisa memejamkan mata.

Kadang tubuh ini kumiringkan ke kiri, kadang ke kanan, kadang juga terlentang, namun tetap mata ini tak bisa terpejam.

Kegelisahanku semakin menjadi, saat terdengar suara berisik dari arah dapur. Ku lihat jam di dinding menunjukan pukul dua dini hari.

"Apakah Santi sudah bangun sekarang?" gumamku lirih.

Tapi, akal sehatku mengatakan, tidak mungkin Santi mencuci piring dini hari begini.

Segera kupeluk Bang Bayu dan bersembunyi di bawah ketiaknya. Semakin bergidik tengkukku, saat sayup terdengar suara memanggilku.

Dengan mengeratkan pelukan pada Bang Bayu dan akhirnya aku pun terlelap.

***
Alarm berbunyi tepat pukul setengah lima pagi. Dengan segera aku bangun dan mengambil wudhu. Tak lupa kubangunkan Bang Bayu untuk segera melaksanakan kewajiban dua rakaat berjamaah.

Selesai sholat, aku membangunkan Santi dan Nanda. Sedangkan Bang Bayu kembali tidur, karena dia merasa kurang enak badan.

"Santi ... Nanda ... ayo, bangun!"

Tak berapa lama, pintu kamar terbuka.

"Iya, Kak, masih ngantuk, nih," jawab Nanda.

"Gak sholat?" tanyaku.

Santi dan Nanda hanya cengengesan. Aku pun hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Yuk, bantu kakak untuk mencuci piring kotor bekas tadi malam," ajakku pada mereka.

Dengan enggan dan langkah yang gontai, mereka tetap mengikutiku sari belakang.

Piring kotor yang menumpuk sedang menunggu di tempat pencucian piring. Sedangkan Nanda, kupinta dia untuk memanaskan kembali sisa lauk tadi malam.

Aku dan Santi sudah bersiap mencuci piring kotor. Tapi, ada sesuatu yang membuat kami terkejut.

Hampir semua piring kotor licin dan berlendir. Kami pun saling berpandangan.

"Kak, kok bisa piring kotornya berlendir begini," tanya Santi.

"Aku juga gak ngerti, San. Apa ini dan siapa yang melakukannya?" aku pun semakin penasaran.

"Kak, lauknya juga berlendir. Iiiiihhhh ... jijik aku." teriak Nanda kemudian.

Nanda pun membuang semua lauk ke samping rumah.

"Aku harus menemukan jawabannya. Ada apa ini sebenarnya," gumamku dalam hati.

Aku dan Santi pun akhirnya menyemprot piring-piring kotor itu, agar lendir yang menempel segera hilang.

Setelah itu, kami pun segera menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk di dapur. Membersihkan semua yang kotor, dari depan sampai belakang. Karena, malam ini akan diadakan lagi acara tahlilan untuk Ibu.

Aku teringat, tadi malam aku mendengar suara berisik dari arah dapur. Dan sayup terdengar suara memanggil namaku. Jangan-jangan, itu adalah arwah Ibu yang penasaran.

Aku hanya bergidik ngeri.

****
Setelah tengah hari, ada beberapa ibu-ibu datang kerumah. Mereka membantu memasak untuk tahlilan malam ini.

Begitulah adat disini, para tetangga dan warga lainnya pasti datang untuk membantu menyiapkan keperluan untuk acara tahlilan.

Aku sangat senang dengan kebaikan mereka. Walaupun di kampung ini kami tidak mempunyai keluarga, namun, para warga sekitar sangat baik layaknya keluarga sendiri.

Kami bersama-sama mengerjakan semuanya, sambil bercanda dan bercerita.

Sampai tiba, saat seorang ibu-ibu berbisik kepada temannya. Namun masih terdengar olehku.

"Eh, tadi, saat aku ingin sholat subuh, aku melihat seseorang duduk didapur rumahku, dia sedang makan. Aku kira si siti, menantuku yang makan. Ternyata ... "

"Ternyata siapa?" yang lain terlihat antusias mendengar cerita ibu tadi.

"Ternyata dia Mak Eroh. Hiiii ..."

Yang lain pun ikut bergidik ngeri.

"Sssttt ... jangan keras-keras, gak enak sama anak dan mantunya," ucapnya lagi.

Aku hanya terdiam. Apa benar Ibu jadi arwah gentayangan?

****
Menjelang magrib, semua persediaan sudah siap. Tinggal menunggu para tamu yang datang setelah magrib usai.

Tak berapa lama, datang Mak Ijah. Dia segera bergabung dengan para ibu-ibu yang lainnya.

Karena penasaran, aku pun mendekati Mak Ijah.

"Mak, boleh aku tahu, apa penyebab Ibu seperti ini?" aku bertanya dengan berbisik kepadanya.

"Besok ya, Nak, emak ceritakan, datanglah ke rumah emak," jawabnya.

Aku hanya mengangguk.

Selesai sholat magrib, para tamu laki-laki sudah mulai berdatangan. Setelah semua kumpul, mereka pun memulai tahlilannya.

Tapi, saat di tengah-tengah acara tahlilan, ada seorang tamu berteriak dan langsung meloncat ke dalam rumah, di ikuti dengan yang lainnya.

.
.
.
.
Sampit,
By.Khanza Az-Zahra

Mertuaku SandahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang